Thursday, March 5, 2009

Catatan Sepi

Kumasuki relung-relung hatiku malam ini.
Sepi. Sunyi. Sendiri.
Entah mengapa, dia datang lagi.
Dia datang diam-diam, terkadang menusuk tajam dan mengoyakkan dinding-dinding pertahanan hatiku.
Lalu hatiku bobol, rubuh diam-diam dan terbawa arusnya.

Sepi itu memang tidak enak.
Sepi itu memang membuat frustrasi.
Sepi itu memang membuat orang bisa berpikir macam-macam.

Di antara derai tawa dan senyum ceria yang kujumpai, rasa sepi itu tetap ada.
Diam dan konstan tinggal di hatiku.
Di antara keriuhan pesta dan keramaiannya, rasa sepi itu juga tidak jua pergi.
Entahlah, mengapa dia begitu betah berlama-lama kali ini?
Aku sudah sering mengusirnya pergi.
Namun, dengan penuh percaya diri, dia kembali lagi.
Lagi dan lagi.

Tidak cukup sekali. Rasanya sudah kulakukan puluhan bahkan ratusan kali.
Setiap kali dia datang, aku selalu menyuruhnya pergi.
Namun, dia malah tinggal lebih lama.

Akhirnya, kutemukan cara baru.
Berteman sepi.
Aku berteman dengan rasa sepi itu.
Kudalami relung hatiku dan bertanya, “ Wahai sepi, ada apa gerangan? Apa yang membuatmu betah berdiam di sana?”
Rasa kosong dan hampa yang berada di diri ini kuakui dan kubawa lari
Kepada sang Pencipta.
Hanya Dia yang bisa mengusir kesepianku.
Hanya Dia yang bisa memberikan embun kesejukan penawar sepi.

Berteman sepi.
Sepi tak terhindarkan.
Dia datang dan pergi. Dan terkadang tinggal beberapa waktu lamanya.
Dan bila dia kembali, aku sudah tidak kuatir lagi.
Kucari Dia dan kubawa dia-sang sepi- kepadaNya.
Dia akan cairkan kesepian itu dan ubahkan hal itu jadi suatu kebahagiaan.

Sepi. Sunyi. Sendiri.
Hampa. Lara. Nestapa.
Adakah penawar sepi abadi???
Dia. Dia. Dia.
Pencipta. Sang Khalik.

Singapore, 27 Februari 2009
-fon-

No comments:

Post a Comment