Ketika hari berjalan pelan
Semua sepertinya biasa
Tidak ada yang istimewa
Hanya lewat begitu saja
Di tengah hari-hari biasa
Hati tetap merindukan
Kejutan
Kehangatan
Kebahagiaan
Yang pernah ada
Dan mencairkan kebekuan
Dalam diri dan hati
Ketika hari berjalan penuh kejutan
Tak lama kemudian
Rasa biasa pun hadir lagi
Setelah terkesima
Ah, itu cuma sementara saja
Nanti juga biasa lagi…
Hidupku?
Biasa saja
Prestasiku?
Biasa juga
Semua tentangku?
Amatlah biasa
Namun, ketika Sang Luar Biasa tiba
Hidupku tidak lagi biasa
Oh, maksudku…
Tetap kujalani dengan biasa
Tetapi …
Ada satu kehangatan di hati
Ada satu kepercayaan yang bangkit lagi
Ada satu kekuatan dalam kasih yang menyusupi hati
Ada satu kedamaian yang tak bisa terlukiskan dengan kata-kata
Karena mengalaminya dan mengalami-Nya
Memang luar biasa
Sungguh, aku terbius…
Dalam keluar-biasaan- Nya
Dalam keajaiban-Nya
Dalam segala sesuatu yang nampaknya
Sangat biasa sekali
Super biasa malah!
Dia bisa berikan satu sentuhan khas-Nya
Dan jadikan itu Luar Biasa
Dia sungguh LUAR BIASA! :)
Singapore, 29 May 2009
-fon-
* dilanda perasaan luar biasa akan Dia yang hadir dalam diriku yang teramat biasa ini… Ma’ kasih, Tuhan…
Chapters of Life, begitu saya senang menyebutnya. Karena bagi saya, hidup adalah babak demi babak, bab demi bab, yang menjadikan buku kehidupan saya sempurna.
Thursday, May 28, 2009
Wednesday, May 27, 2009
Ketika Harus Mengakhiri
Roh Moo-Hyun
I can't imagine the countless agonies down the road. The rest of my life would only be a burden for others. I can't do anything because I'm not healthy. I can't read books, nor can I write.
Don't be too sad. Isn't life and death all part of nature? Don't be sorry. Don't blame anybody. It's fate. Please cremate me. And please leave a small tombstone near home. I've long thought about that. (catatan bunuh diri yang ditemukan di computer mantan Presiden Korea Selatan Roh Moo-Hyun, source: BBC News).
Akhir-akhir ini, berita meninggalnya beberapa orang ternama dengan jalan bunuh diri, membuat saya prihatin. Di Korea, bahkan mantan presidennya, Roh Moo-Hyun, memilih jalan ini. Karena pada awalnya Roh adalah presiden yang terkenal bersih, bahkan berjanji untuk memberantas korupsi, malah ketahuan istrinya dan keluarganya menerima suap sebesar $ 6 Mn (6 juta). Dengan perasaan malu dan bersalah yang mendominasi, Roh akhirnya memilih bunuh diri dengan cara menjatuhkan dirinya ketika mendaki gunung di belakang rumahnya. Tragis dan ‘shocking’.
Jang Ja Yeon (Jang Ja Yun)
The shock suicide of Boys Over Flowers actress Jang Ja Yun (26) is still causing shockwaves all over Korea and the industry with many speculating over the actual reasons behind her doing so. Theories ranged from contractual woes with her management, lack of appearances (airtime) in Boys Before Flowers, bashing by antis, etc but close friends have revealed that the main reason was probably depression. Jang Ja Yun had hanged herself in her home yesterday with police ruling out any forms of foul play after initial investigations.(source asiauniverse.net)
Boys Over Flowers, film Korea semacam F4 yang sudah dikenal di Indonesia lewat para aktor Taiwan dari serial Meteor Garden, memiliki kisah sedih. Salah satu artis pendukungnya Jang Ja Yeon, meninggal dunia dalam usia muda. Dan meninggalnya lagi-lagi dikarenakan bunuh diri. Apakah memang kehidupan di Korea Selatan begitu stressnya? Sehingga apabila orang melakukan kesalahah, sepertinya tidak ada jalan keluar? Mantan presiden Roh yang terkenal jujur dan pernah melakukan kesalahan, meninggal dengan meloncat dari gunung. Ja Yeon, terakhir saya baca melalui harian The Straits Times, menuliskan surat sebelum ia meninggal. Surat itu membuka banyak rahasia di balik kematiannya. Yaitu adanya konspirasi dari pihak-pihak yang berpengaruh dalam pertelevisian di Korea Selatan dan adanya paksaan dari managementnya agar dia melakukan hubungan seksual dengan orang-orang berpengaruh tersebut. Hal yang menyedihkan sekaligus juga amat menyakitkan, membuat si artis muda yang cantik itu, tak mampu bertahan. Hidup memang keras bagi mereka. Tetapi apakah sungguh tiada jalan lain?
Lucy Gordon
Young British actress Lucy Gordon has been found dead in her Paris flat after apparently committing suicide.
The Spider-Man 3 actress was found dead at the 10th arrondissement apartment on Wednesday, two days before her 29th birthday.
A police spokesman said an autopsy had been ordered to determine the cause of death, adding that it appeared to be a suicide.
The Oxford-born actress appeared in a dozen films including as reporter Jennifer Dugan in the third instalment of Spider-Man. (source:msn.com)
Tidak di Korea Selatan, tidak di Paris, berita yang sama masih mewarnai kematian artis cantik, salah satu pemeran film Spider Man, Lucy Gordon juga meninggal dunia karena bunuh diri.
Ada apa gerangan di balik semua tindakan orang-orang ternama ini? Bagaimana dengan orang-orang biasa di Indonesia misalnya, yang kelaparan, tak bisa makan, dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri?
Dari keprihatinan akan masalah ini, saya ingin mengajak kita bersama melihat, mengapa seseorang sampai berniat mengakhiri hidupnya.
Mengapa Sampai Bunuh Diri?
Bunuh diri atau suicide dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin sui caedere yang berarti membunuh diri sendiri adalah tindakan yang ditujukan untuk mengakhiri hidup sang pelaku sendiri. Secara garis besar bunuh diri terjadi karena dua hal:
1.Bunuh diri irasional; Terjadi karena pengaruh obat (misalnya obat -obatan yang memiliki efek paranoia), atau karena penyakit organik (misalnya schizophrenia yang diikuti oleh waham nihilistik).
2.Bunuh diri rasional; Terjadi melalui pertimbangan akal, misalnya bunuh diri karena kesulitan ekonomi .
Di sisi lain, ada banyak hal yang melatarbelakangi mengapa seseorang atau sekelompok orang melakukan perbuatan ini, yaitu :
1.Permasalahan Psikologis, seperti depresi, rasa malu (bedakan antara malu dan dilecehkan), rasa takut terhadap sesuatu (sampai dengan tahap phobia). Secara umum bunuh diri karena permasalahan Psikologis adalah kegagalan seseorang melakukan coping (penyesuaian diri) dari permasalahan yang dihadapinya.
2.Belief System atau sistem kepercayaan di mana orang menafsirkan arti kematian akibat perbuatan bunuh diri dilihat dari sudut pandang keyakinan yang mereka miliki.
3.Kehormatan Sosial. Pandangan bahwa bunuh diri adalah perbuatan mulia rupanya dipegang teguh oleh bangsa Jepang dengan melihat bahwa bunuh diri adalah cara yang lebih terhormat untuk “hidup” daripada hidup dengan rasa malu.
4.Bunuh Diri Medis (Euthanasia). Bunuh diri yang satu ini sampai sekarang menjadi kontroversial mengenai legalitasnya. Euthanasia biasanya dilakukan pada pasien yang secara medis tidak mungkin sembuh, atau pasien yang karena sakitnya menderita sakit yang tak tertahankan. Pengorbanan diri untuk tidak menjadi beban bagi orang lain seringkali dijadikan alasan orang melakukan tindakan ini . (Sumber: id.shvoong.com)
Mungkin terlalu kompleks sepertinya hal yang dialami seseorang dan dia hanya melihat kebuntuan tak berujung, tanpa jalan keluar, sehingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Sedangkan dalam ajaran agama mana pun, bunuh diri/tindakan mengakhiri hidupnya sendiri tidak pernah mendapatkan persetujuan karena itu bertentangan dengan kehendakNya.
Memang, zaman sepertinya semakin sulit, permasalahan semakin luas dan sukar dipikir dengan keterbatasan akal manusia, namun, dengan berpegang pada iman, hendaknya (moga-moga) hal demikian dapat di-minimized, karena dengan kepercayaan bahwa Tuhan sudah mengatur segalanya, mudah-mudahan kita kembali percaya dan mendapatkan pegangan di dalam Dia untuk menapaki hari-hari yang berbatu sekali pun di depan kita.
Singapore, May 27, 2009
-fon-
* Ditulis di tengah simpatiku terhadap korban bunuh diri yang semakin meningkat, serta rasa putus asa dalam menghadapi hidup yang juga bertambah. Jujur, hidup memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak ada jalan keluar. Mencoba berserah kepadaNya senantiasa…
I can't imagine the countless agonies down the road. The rest of my life would only be a burden for others. I can't do anything because I'm not healthy. I can't read books, nor can I write.
Don't be too sad. Isn't life and death all part of nature? Don't be sorry. Don't blame anybody. It's fate. Please cremate me. And please leave a small tombstone near home. I've long thought about that. (catatan bunuh diri yang ditemukan di computer mantan Presiden Korea Selatan Roh Moo-Hyun, source: BBC News).
Akhir-akhir ini, berita meninggalnya beberapa orang ternama dengan jalan bunuh diri, membuat saya prihatin. Di Korea, bahkan mantan presidennya, Roh Moo-Hyun, memilih jalan ini. Karena pada awalnya Roh adalah presiden yang terkenal bersih, bahkan berjanji untuk memberantas korupsi, malah ketahuan istrinya dan keluarganya menerima suap sebesar $ 6 Mn (6 juta). Dengan perasaan malu dan bersalah yang mendominasi, Roh akhirnya memilih bunuh diri dengan cara menjatuhkan dirinya ketika mendaki gunung di belakang rumahnya. Tragis dan ‘shocking’.
Jang Ja Yeon (Jang Ja Yun)
The shock suicide of Boys Over Flowers actress Jang Ja Yun (26) is still causing shockwaves all over Korea and the industry with many speculating over the actual reasons behind her doing so. Theories ranged from contractual woes with her management, lack of appearances (airtime) in Boys Before Flowers, bashing by antis, etc but close friends have revealed that the main reason was probably depression. Jang Ja Yun had hanged herself in her home yesterday with police ruling out any forms of foul play after initial investigations.(source asiauniverse.net)
Boys Over Flowers, film Korea semacam F4 yang sudah dikenal di Indonesia lewat para aktor Taiwan dari serial Meteor Garden, memiliki kisah sedih. Salah satu artis pendukungnya Jang Ja Yeon, meninggal dunia dalam usia muda. Dan meninggalnya lagi-lagi dikarenakan bunuh diri. Apakah memang kehidupan di Korea Selatan begitu stressnya? Sehingga apabila orang melakukan kesalahah, sepertinya tidak ada jalan keluar? Mantan presiden Roh yang terkenal jujur dan pernah melakukan kesalahan, meninggal dengan meloncat dari gunung. Ja Yeon, terakhir saya baca melalui harian The Straits Times, menuliskan surat sebelum ia meninggal. Surat itu membuka banyak rahasia di balik kematiannya. Yaitu adanya konspirasi dari pihak-pihak yang berpengaruh dalam pertelevisian di Korea Selatan dan adanya paksaan dari managementnya agar dia melakukan hubungan seksual dengan orang-orang berpengaruh tersebut. Hal yang menyedihkan sekaligus juga amat menyakitkan, membuat si artis muda yang cantik itu, tak mampu bertahan. Hidup memang keras bagi mereka. Tetapi apakah sungguh tiada jalan lain?
Lucy Gordon
Young British actress Lucy Gordon has been found dead in her Paris flat after apparently committing suicide.
The Spider-Man 3 actress was found dead at the 10th arrondissement apartment on Wednesday, two days before her 29th birthday.
A police spokesman said an autopsy had been ordered to determine the cause of death, adding that it appeared to be a suicide.
The Oxford-born actress appeared in a dozen films including as reporter Jennifer Dugan in the third instalment of Spider-Man. (source:msn.com)
Tidak di Korea Selatan, tidak di Paris, berita yang sama masih mewarnai kematian artis cantik, salah satu pemeran film Spider Man, Lucy Gordon juga meninggal dunia karena bunuh diri.
Ada apa gerangan di balik semua tindakan orang-orang ternama ini? Bagaimana dengan orang-orang biasa di Indonesia misalnya, yang kelaparan, tak bisa makan, dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri?
Dari keprihatinan akan masalah ini, saya ingin mengajak kita bersama melihat, mengapa seseorang sampai berniat mengakhiri hidupnya.
Mengapa Sampai Bunuh Diri?
Bunuh diri atau suicide dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin sui caedere yang berarti membunuh diri sendiri adalah tindakan yang ditujukan untuk mengakhiri hidup sang pelaku sendiri. Secara garis besar bunuh diri terjadi karena dua hal:
1.Bunuh diri irasional; Terjadi karena pengaruh obat (misalnya obat -obatan yang memiliki efek paranoia), atau karena penyakit organik (misalnya schizophrenia yang diikuti oleh waham nihilistik).
2.Bunuh diri rasional; Terjadi melalui pertimbangan akal, misalnya bunuh diri karena kesulitan ekonomi .
Di sisi lain, ada banyak hal yang melatarbelakangi mengapa seseorang atau sekelompok orang melakukan perbuatan ini, yaitu :
1.Permasalahan Psikologis, seperti depresi, rasa malu (bedakan antara malu dan dilecehkan), rasa takut terhadap sesuatu (sampai dengan tahap phobia). Secara umum bunuh diri karena permasalahan Psikologis adalah kegagalan seseorang melakukan coping (penyesuaian diri) dari permasalahan yang dihadapinya.
2.Belief System atau sistem kepercayaan di mana orang menafsirkan arti kematian akibat perbuatan bunuh diri dilihat dari sudut pandang keyakinan yang mereka miliki.
3.Kehormatan Sosial. Pandangan bahwa bunuh diri adalah perbuatan mulia rupanya dipegang teguh oleh bangsa Jepang dengan melihat bahwa bunuh diri adalah cara yang lebih terhormat untuk “hidup” daripada hidup dengan rasa malu.
4.Bunuh Diri Medis (Euthanasia). Bunuh diri yang satu ini sampai sekarang menjadi kontroversial mengenai legalitasnya. Euthanasia biasanya dilakukan pada pasien yang secara medis tidak mungkin sembuh, atau pasien yang karena sakitnya menderita sakit yang tak tertahankan. Pengorbanan diri untuk tidak menjadi beban bagi orang lain seringkali dijadikan alasan orang melakukan tindakan ini . (Sumber: id.shvoong.com)
Mungkin terlalu kompleks sepertinya hal yang dialami seseorang dan dia hanya melihat kebuntuan tak berujung, tanpa jalan keluar, sehingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Sedangkan dalam ajaran agama mana pun, bunuh diri/tindakan mengakhiri hidupnya sendiri tidak pernah mendapatkan persetujuan karena itu bertentangan dengan kehendakNya.
Memang, zaman sepertinya semakin sulit, permasalahan semakin luas dan sukar dipikir dengan keterbatasan akal manusia, namun, dengan berpegang pada iman, hendaknya (moga-moga) hal demikian dapat di-minimized, karena dengan kepercayaan bahwa Tuhan sudah mengatur segalanya, mudah-mudahan kita kembali percaya dan mendapatkan pegangan di dalam Dia untuk menapaki hari-hari yang berbatu sekali pun di depan kita.
Singapore, May 27, 2009
-fon-
* Ditulis di tengah simpatiku terhadap korban bunuh diri yang semakin meningkat, serta rasa putus asa dalam menghadapi hidup yang juga bertambah. Jujur, hidup memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak ada jalan keluar. Mencoba berserah kepadaNya senantiasa…
Monday, May 25, 2009
Di MRT
Duduk di sini…
Di jalur East West line…
Kudapati banyak wajah muram…
Entah karena tekanan keadaan…
Entah itu sudah jadi kebiasaan…
Semua tampak serius dan …
Tanpa senyuman…
Tempat duduk reserved (reserved seat)…
Yang juga sering disebut
Priority seat…
Seharusnya adalah hak
Para orang tua (mereka yang lanjut usia)
Ibu bapak yang membawa anaknya…
Atau bagi mereka…
Yang kurang beruntung…
Akibat cacat fisik…
Namun seringkali
Mata fisik melihat…
Tetapi mata hati tidak…
Jadi walaupun orang yang harusnya
Berhak duduk
Tetap berdiri
Sementara yang duduk hanyalah
Mereka yang masih sehat
Dan muda
Yang sibuk dengah Handphone-nya…
Ipod-nya…
MP3-nya…
Korannya…
Majalahnya…
Buku pelajarannya…
Kegiatannya…
Pokoknya apa saja tentangnya…
Seolah hidup dalam dunianya saja…
Yang lain?
Tak Kasat Mata…
Memang tidak semua se-cuek itu
Masih ada pribadi hangat penuh senyuman
Yang memberikan tempat duduknya
Bagi para orang tua
Bagi anak-anak kecil
Dan mereka yang cacat fisik
Dan aku pun merasa…
Ada aliran kasih yang hangat…
Menjalari hatiku…
Singapura yang terkadang demikian cueknya…
Ternyata masih menyisakan…
Orang-orang yang lembut hatinya…
Ketika kulihat seorang nenek tua…
Memasuki pintu MRT…
Segera saja aku bangkit berdiri
Dan memberikan tempat dudukku
Semoga kasihku tetap ada dan tak pernah mati
Biarpun untuk hal yang sepertinya remeh dan kecil seperti ini…
Singapore, 25 Mei 2009
-fon-
* tercipta siang ini di MRT…
Di jalur East West line…
Kudapati banyak wajah muram…
Entah karena tekanan keadaan…
Entah itu sudah jadi kebiasaan…
Semua tampak serius dan …
Tanpa senyuman…
Tempat duduk reserved (reserved seat)…
Yang juga sering disebut
Priority seat…
Seharusnya adalah hak
Para orang tua (mereka yang lanjut usia)
Ibu bapak yang membawa anaknya…
Atau bagi mereka…
Yang kurang beruntung…
Akibat cacat fisik…
Namun seringkali
Mata fisik melihat…
Tetapi mata hati tidak…
Jadi walaupun orang yang harusnya
Berhak duduk
Tetap berdiri
Sementara yang duduk hanyalah
Mereka yang masih sehat
Dan muda
Yang sibuk dengah Handphone-nya…
Ipod-nya…
MP3-nya…
Korannya…
Majalahnya…
Buku pelajarannya…
Kegiatannya…
Pokoknya apa saja tentangnya…
Seolah hidup dalam dunianya saja…
Yang lain?
Tak Kasat Mata…
Memang tidak semua se-cuek itu
Masih ada pribadi hangat penuh senyuman
Yang memberikan tempat duduknya
Bagi para orang tua
Bagi anak-anak kecil
Dan mereka yang cacat fisik
Dan aku pun merasa…
Ada aliran kasih yang hangat…
Menjalari hatiku…
Singapura yang terkadang demikian cueknya…
Ternyata masih menyisakan…
Orang-orang yang lembut hatinya…
Ketika kulihat seorang nenek tua…
Memasuki pintu MRT…
Segera saja aku bangkit berdiri
Dan memberikan tempat dudukku
Semoga kasihku tetap ada dan tak pernah mati
Biarpun untuk hal yang sepertinya remeh dan kecil seperti ini…
Singapore, 25 Mei 2009
-fon-
* tercipta siang ini di MRT…
Saturday, May 23, 2009
Inilah Hidupku, Bapa...
Hidupku bukanlah tanpa cela,
Banyak kali kulakukan kesalahan
Banyak kali pula terjadi kelalaian
Yang disengaja ataupun
Yang sekali pun tak pernah terlintas dalam pikiran
Hidupku bukan selalu gegap gempita…
Bak ucapan yang pernah terdengar
Muda foya-foya
Tua kaya raya
Mati masuk surga…
Maaf…
Aku pikir kalau begitu caranya…
Maunya enak saja…
Hidupku terkadang amat sederhana
Sekaligus pernah cukup rumit juga
Ketika semua kupikirkan dalam kerangka
Keterbatasanku sebagai manusia
Namun, inilah hidupku Bapa…
Pahit-manis
Duka-ceria
Tangis-tawa
Dalam ketidaksempurnaan hidupku ini
Aku mau sekali lagi
Mempersembahkannya kepada-Mu.
Inilah hidupku, Bapa…
Dengan kekuatan yang ada…
Aku mau menjadikannya hidup yang berarti…
Sehingga tiada hari-hari yang dilalui percuma
Karena kupercaya bahwa
Setiap kejadian, setiap peristiwa
Merupakan kepingan puzzle kehidupan
Yang sudah Kaurangkai sebelumnya
Dengan sempurna.
Singapore, May 23, 2009
-fon-
* Lord, I surrender. I offer my life to YOU.
Banyak kali kulakukan kesalahan
Banyak kali pula terjadi kelalaian
Yang disengaja ataupun
Yang sekali pun tak pernah terlintas dalam pikiran
Hidupku bukan selalu gegap gempita…
Bak ucapan yang pernah terdengar
Muda foya-foya
Tua kaya raya
Mati masuk surga…
Maaf…
Aku pikir kalau begitu caranya…
Maunya enak saja…
Hidupku terkadang amat sederhana
Sekaligus pernah cukup rumit juga
Ketika semua kupikirkan dalam kerangka
Keterbatasanku sebagai manusia
Namun, inilah hidupku Bapa…
Pahit-manis
Duka-ceria
Tangis-tawa
Dalam ketidaksempurnaan hidupku ini
Aku mau sekali lagi
Mempersembahkannya kepada-Mu.
Inilah hidupku, Bapa…
Dengan kekuatan yang ada…
Aku mau menjadikannya hidup yang berarti…
Sehingga tiada hari-hari yang dilalui percuma
Karena kupercaya bahwa
Setiap kejadian, setiap peristiwa
Merupakan kepingan puzzle kehidupan
Yang sudah Kaurangkai sebelumnya
Dengan sempurna.
Singapore, May 23, 2009
-fon-
* Lord, I surrender. I offer my life to YOU.
Tuesday, May 19, 2009
He Is Able!
Late at night, in the middle of doing some reflections in Matthew 8, I just realized that God wants us to stay calm and keep our faith in Him. Right now, maybe our world seems fall apart. Everything is misplaced. Nothing is going right. Maybe, we’re just like the disciples who face the furious storm which came up on our life’s lake. Our peaceful lake has become a mess due to the storm of life. Like the disciples, we shouted to Him, “ Lord, save us! We’re going to drown!”
But then, He replied, “ You of little faith, why are you so afraid?” Well, I just imagined once more that I’m so scared of the furious storm and almost forgot that He got more power than anything else, not to mention ‘only’ a furious storm in my life. The only thing that matter is just my faith in Him. Maybe I’m thinking too much and not depending myself too much on Him.
Then he got up and rebuked the winds and the waves, and it was completely calm. Yes, Jesus can do it as easy as one, two, three. He can change the situation so easily. He can rebuked the winds and the waves of our life and make them completely calm. We need to believe that He’s able to do that. And in the middle of those stormy and windy nights of our life, He wants us to stay faithful and learn something. At least we learn to hang on in Him and less arrogant, knowing that we won’t be able to make it without Him.
He can turn all the bad things upside down. He can turn our mourning into dancing. Sometimes, we just give up too easily so that we don’t have the chance to see the beauty of His plans in our life.
Sometimes, we really just need to wait for one moment. And who knows that one moment of time will be the time that He has already prepared for such a long time to fulfill His promises in our life. He is able! (-fon-)
23Then he got into the boat and his disciples followed him. 24Without warning, a furious storm came up on the lake, so that the waves swept over the boat. But Jesus was sleeping. 25The disciples went and woke him, saying, "Lord, save us! We're going to drown!"
26He replied, "You of little faith, why are you so afraid?" Then he got up and rebuked the winds and the waves, and it was completely calm.
27The men were amazed and asked, "What kind of man is this? Even the winds and the waves obey him!"
(Matthew 8: 23-27)
But then, He replied, “ You of little faith, why are you so afraid?” Well, I just imagined once more that I’m so scared of the furious storm and almost forgot that He got more power than anything else, not to mention ‘only’ a furious storm in my life. The only thing that matter is just my faith in Him. Maybe I’m thinking too much and not depending myself too much on Him.
Then he got up and rebuked the winds and the waves, and it was completely calm. Yes, Jesus can do it as easy as one, two, three. He can change the situation so easily. He can rebuked the winds and the waves of our life and make them completely calm. We need to believe that He’s able to do that. And in the middle of those stormy and windy nights of our life, He wants us to stay faithful and learn something. At least we learn to hang on in Him and less arrogant, knowing that we won’t be able to make it without Him.
He can turn all the bad things upside down. He can turn our mourning into dancing. Sometimes, we just give up too easily so that we don’t have the chance to see the beauty of His plans in our life.
Sometimes, we really just need to wait for one moment. And who knows that one moment of time will be the time that He has already prepared for such a long time to fulfill His promises in our life. He is able! (-fon-)
23Then he got into the boat and his disciples followed him. 24Without warning, a furious storm came up on the lake, so that the waves swept over the boat. But Jesus was sleeping. 25The disciples went and woke him, saying, "Lord, save us! We're going to drown!"
26He replied, "You of little faith, why are you so afraid?" Then he got up and rebuked the winds and the waves, and it was completely calm.
27The men were amazed and asked, "What kind of man is this? Even the winds and the waves obey him!"
(Matthew 8: 23-27)
Monday, May 18, 2009
Mencari Kedamaian Part 2
Berdamai dengan diri sendiri…
Setelah aku lihat-lihat, ternyata banyak kali permasalahan yang timbul dengan orang lain, tercipta karena masalah yang ada dalam diri belum selesai. Memang seumur hidup kita bakal terus berkutat dengan masalah baru yang muncul, namun, setidaknya berusaha untuk selalu punya ruang maaf terhadap diri sendiri. Itu mungkin yang sulit.
Rasa bersalah banyak kali menyerang kita. Guilty feeling itu terkadang begitu kuat, menghantam diri kita, dan terus memaki kita. Suara yang ada dalam diri begitu negatif dan hasilnya cara pandang kita terhadap orang lain, terhadap lingkungan, terhadap dunia, cenderung juga negatif. Karena suara dalam diri tak kunjung selesai memarahi kebodohan-kebodohan yang kita lakukan.
If you find it difficult to say to another ‘the door of my heart is open to you, whatever you do, ‘ then the difficulty is trifling compared with the difficulty in saying to yourself, “ Me. The one I’ve been so close to for as long as I can remember. Myself. The door of my heart is open to me as well. All of me no matter what I have done. Come in.’
( Ajahn Brahm, Opening the Door of Your Heart)
Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Kata-kata yang tak asing didengar namun terkadang sulit dipraktekkan. Karena kita cenderung mudah mengampuni orang yang baru bertemu sekali, tak sengaja menginjak kaki kita di bus kota, ketimbang orang yang tinggal serumah (anggota keluarga) yang melakukan tindakan menyebalkan bertahun-tahun. Dan rasanya lebih sulit lagi mengampuni kebodohan ataupun kegagalan yang dialami diri sendiri. Dengan demikian menambah parah luka kita bahwa kita tidak diterima oleh diri sendiri.
Ini waktunya untuk mengampuni diri sendiri dengan cinta tanpa syarat. So, let’s say it bravely: my own self, whatever you’ve done, I FORGIVE YOU.
Damai itu bisa tercipta dari dalam diri. Dan semoga damai yang ada di diri, bisa tersalurkan kepada sesame dan orang di sekitar kita. (-fon-)
Setelah aku lihat-lihat, ternyata banyak kali permasalahan yang timbul dengan orang lain, tercipta karena masalah yang ada dalam diri belum selesai. Memang seumur hidup kita bakal terus berkutat dengan masalah baru yang muncul, namun, setidaknya berusaha untuk selalu punya ruang maaf terhadap diri sendiri. Itu mungkin yang sulit.
Rasa bersalah banyak kali menyerang kita. Guilty feeling itu terkadang begitu kuat, menghantam diri kita, dan terus memaki kita. Suara yang ada dalam diri begitu negatif dan hasilnya cara pandang kita terhadap orang lain, terhadap lingkungan, terhadap dunia, cenderung juga negatif. Karena suara dalam diri tak kunjung selesai memarahi kebodohan-kebodohan yang kita lakukan.
If you find it difficult to say to another ‘the door of my heart is open to you, whatever you do, ‘ then the difficulty is trifling compared with the difficulty in saying to yourself, “ Me. The one I’ve been so close to for as long as I can remember. Myself. The door of my heart is open to me as well. All of me no matter what I have done. Come in.’
( Ajahn Brahm, Opening the Door of Your Heart)
Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Kata-kata yang tak asing didengar namun terkadang sulit dipraktekkan. Karena kita cenderung mudah mengampuni orang yang baru bertemu sekali, tak sengaja menginjak kaki kita di bus kota, ketimbang orang yang tinggal serumah (anggota keluarga) yang melakukan tindakan menyebalkan bertahun-tahun. Dan rasanya lebih sulit lagi mengampuni kebodohan ataupun kegagalan yang dialami diri sendiri. Dengan demikian menambah parah luka kita bahwa kita tidak diterima oleh diri sendiri.
Ini waktunya untuk mengampuni diri sendiri dengan cinta tanpa syarat. So, let’s say it bravely: my own self, whatever you’ve done, I FORGIVE YOU.
Damai itu bisa tercipta dari dalam diri. Dan semoga damai yang ada di diri, bisa tersalurkan kepada sesame dan orang di sekitar kita. (-fon-)
Hujan
Hari ini hujan membasahi bumi
Setelah sekian lama
Hanya kegersangan dan kekeringan
Melanda...
Hujan...
Dalam pandanganku saat ini
Alam makin warna warni
Hijaunya rumput
Merah-kuning-ungunya bunga
Semakin bertambah indah
Karena selama ini
Tertutup debu yang membungkus
Lapisan luarnya
Hati manusia pun pernah
Terbungkus kepedihan
Seperti debu yang melapisi tanaman
Dan sang hati sungguh merindukan
K-E-D-A-M-A-I-A-N
Bak datangnya hujan
di tengah kekeringan
Hujan...
Siramilah hatiku dengan kedamaian
Jika alam terlalu takut akan hujan berlebihan
yang menyebabkan kebanjiran...
Namun, aku di sini menantikan
Banjirnya hatiku
oleh damai, suka cita, dan
ketenangan yang tak tergantikan
dengan materi semisal uang
Hujan...
Datanglah!
Siramilah hati manusia yang keletihan
Dan berilah sedikitnya kelegaan
Dan hari menjadi semakin mudah dijalani
Karena tak lagi merasa sendiri.
Hujan...
Kehadiranmu dinantikan!
Singapore, 18 Mei 2009
-fon-
* Di tengah hujan: saat puisi ini tercipta dan dituliskan.
Setelah sekian lama
Hanya kegersangan dan kekeringan
Melanda...
Hujan...
Dalam pandanganku saat ini
Alam makin warna warni
Hijaunya rumput
Merah-kuning-ungunya bunga
Semakin bertambah indah
Karena selama ini
Tertutup debu yang membungkus
Lapisan luarnya
Hati manusia pun pernah
Terbungkus kepedihan
Seperti debu yang melapisi tanaman
Dan sang hati sungguh merindukan
K-E-D-A-M-A-I-A-N
Bak datangnya hujan
di tengah kekeringan
Hujan...
Siramilah hatiku dengan kedamaian
Jika alam terlalu takut akan hujan berlebihan
yang menyebabkan kebanjiran...
Namun, aku di sini menantikan
Banjirnya hatiku
oleh damai, suka cita, dan
ketenangan yang tak tergantikan
dengan materi semisal uang
Hujan...
Datanglah!
Siramilah hati manusia yang keletihan
Dan berilah sedikitnya kelegaan
Dan hari menjadi semakin mudah dijalani
Karena tak lagi merasa sendiri.
Hujan...
Kehadiranmu dinantikan!
Singapore, 18 Mei 2009
-fon-
* Di tengah hujan: saat puisi ini tercipta dan dituliskan.
Sunday, May 17, 2009
Ah...
Ah...
Kuhela nafas...
Hari yang panjang lewat sudah
Dengan banyak cerita tersisa...
Ketika terbaring di peraduan..
Terlintas satu per satu
Slide kehidupan
Tatkala kumulai perjuangan
Saat pertama tinggal di perantauan
Lelah tak menjadi halangan
Hanya hati teguh
Memandang masa depan
Ketika kemapanan mulai terasa
Kegigihan tidak lagi sama
Namun satu harap terus bergema
Melakukan yang terbaik yang kubisa
Ketika kemapanan beranjak pergi
Karena PHK dan resesi
Ah...
Kuhela nafas sekali lagi
Hampir aku lupa berterima kasih
Atas apa yang masih kumiliki
Helaan nafas panjang terjadi
Banyak kali ketika aku menyadari
Bahwa hidup dan kehidupan ini
Hanyalah sementara sekali
Ah...
Kali ini helaan nafasku
Akan tertuju pada rasa bahagiaku
Yang selama ini seolah bersembunyi
Namun kutahu
Dia ada di situ
Dan tak pernah pergi jauh dariku
Singapore, 18 Mei 2009
-fon-
*Ah, aku hanya ingin menuangkan rasa di hati malam ini:)
Kuhela nafas...
Hari yang panjang lewat sudah
Dengan banyak cerita tersisa...
Ketika terbaring di peraduan..
Terlintas satu per satu
Slide kehidupan
Tatkala kumulai perjuangan
Saat pertama tinggal di perantauan
Lelah tak menjadi halangan
Hanya hati teguh
Memandang masa depan
Ketika kemapanan mulai terasa
Kegigihan tidak lagi sama
Namun satu harap terus bergema
Melakukan yang terbaik yang kubisa
Ketika kemapanan beranjak pergi
Karena PHK dan resesi
Ah...
Kuhela nafas sekali lagi
Hampir aku lupa berterima kasih
Atas apa yang masih kumiliki
Helaan nafas panjang terjadi
Banyak kali ketika aku menyadari
Bahwa hidup dan kehidupan ini
Hanyalah sementara sekali
Ah...
Kali ini helaan nafasku
Akan tertuju pada rasa bahagiaku
Yang selama ini seolah bersembunyi
Namun kutahu
Dia ada di situ
Dan tak pernah pergi jauh dariku
Singapore, 18 Mei 2009
-fon-
*Ah, aku hanya ingin menuangkan rasa di hati malam ini:)
Saturday, May 16, 2009
Di Ambang Sadar
Ketika kesulitan memuncak…
Otak berpikir seolah tak ada jalan keluar
Semua jalan sepertinya buntu
Belok kanan, mampet
Belok kiri, mampet juga
Harusnya putar balik?
Eh, kena macet.
Keadaan sepertinya terhenti.
Tak ada jalan keluar
Terperangkap
Dan tak bisa lari ke mana pun
Terjebak
Dalam keadaan sulit
Pikiran bilang: seharusnya kamu begini
Seharusnya kamu begitu
Kamu telah melakukan kesalahan
Apa iya?
Terkadang aku bilang ke pikiranku,
Aku sudah lakukan yang terbaik
Semampuku
Pikiran terus menyerangku
Dan memojokkanku
Pikiran bilang aku bodoh
Aku salah langkah
Tapi… Apa pernah orang tidak salah langkah sekalipun?
Apakah ini suatu kebodohan yang tak bisa diperbaiki?
Pikiranku terus membombardirku dengan pertanyaan
Juga kekuatiran
Tak lupa, terselip kemarahan
Lagi-lagi soal kebodohan
Akan tingkah lakuku di masa lalu
Ketika diri ini sudah begitu dibenci
Oleh diri kita sendiri
Itulah saatnya terpojok
Dan terpuruk dalam lembah kekelaman terdalam
Di ambang sadar,
Kucoba bangkit lagi
Aku mau tetap waras
Karena terkadang pikiran ini membawaku melanglang buana
Terlalu jauh entah ke mana
Sehingga hampir saja
Sadarku juga meluap tanpa makna
Pikiranku menerawang jauh
Tidak!
Dia tidak lagi menghakimiku
Dia juga tidak menyalahkanku
Karena dia tengah diistirahatkan
Oleh obat penenang itu
Di batas sadar dan tidak
Di batas waras dan tidak
Sulit berucap kata bermakna
Sulit menerima kata positif
Karena semua telah disetir
Dengan kepedihan tanpa tara
Yang ada di dalam jiwa
Entahlah…
Kalau saja waktu bisa kuputar
Aku mau lebih pintar
Dalam menangani masalah yang datang menghajar
Agar aku tak gentar
Menghadapi apa pun yang tadinya membuatku gemetar
Dan tidak berlaku sok pintar
Mending aku juga belajar
Untuk kembali menerima semua yang tak menyenangkan ini
Sebagai bagian dari rencana Ilahi.
Singapore, 16 May 2009
-fon-
* merasakan kepedihan orang-orang yang kehilangan kesadaran akibat stress berlebihan. Simpati dan doaku bersama kalian! God bless u…
Otak berpikir seolah tak ada jalan keluar
Semua jalan sepertinya buntu
Belok kanan, mampet
Belok kiri, mampet juga
Harusnya putar balik?
Eh, kena macet.
Keadaan sepertinya terhenti.
Tak ada jalan keluar
Terperangkap
Dan tak bisa lari ke mana pun
Terjebak
Dalam keadaan sulit
Pikiran bilang: seharusnya kamu begini
Seharusnya kamu begitu
Kamu telah melakukan kesalahan
Apa iya?
Terkadang aku bilang ke pikiranku,
Aku sudah lakukan yang terbaik
Semampuku
Pikiran terus menyerangku
Dan memojokkanku
Pikiran bilang aku bodoh
Aku salah langkah
Tapi… Apa pernah orang tidak salah langkah sekalipun?
Apakah ini suatu kebodohan yang tak bisa diperbaiki?
Pikiranku terus membombardirku dengan pertanyaan
Juga kekuatiran
Tak lupa, terselip kemarahan
Lagi-lagi soal kebodohan
Akan tingkah lakuku di masa lalu
Ketika diri ini sudah begitu dibenci
Oleh diri kita sendiri
Itulah saatnya terpojok
Dan terpuruk dalam lembah kekelaman terdalam
Di ambang sadar,
Kucoba bangkit lagi
Aku mau tetap waras
Karena terkadang pikiran ini membawaku melanglang buana
Terlalu jauh entah ke mana
Sehingga hampir saja
Sadarku juga meluap tanpa makna
Pikiranku menerawang jauh
Tidak!
Dia tidak lagi menghakimiku
Dia juga tidak menyalahkanku
Karena dia tengah diistirahatkan
Oleh obat penenang itu
Di batas sadar dan tidak
Di batas waras dan tidak
Sulit berucap kata bermakna
Sulit menerima kata positif
Karena semua telah disetir
Dengan kepedihan tanpa tara
Yang ada di dalam jiwa
Entahlah…
Kalau saja waktu bisa kuputar
Aku mau lebih pintar
Dalam menangani masalah yang datang menghajar
Agar aku tak gentar
Menghadapi apa pun yang tadinya membuatku gemetar
Dan tidak berlaku sok pintar
Mending aku juga belajar
Untuk kembali menerima semua yang tak menyenangkan ini
Sebagai bagian dari rencana Ilahi.
Singapore, 16 May 2009
-fon-
* merasakan kepedihan orang-orang yang kehilangan kesadaran akibat stress berlebihan. Simpati dan doaku bersama kalian! God bless u…
Wednesday, May 13, 2009
Kubersimpuh
Dalam kerinduanku akan Engkau…
Kubersimpuh…
Duduk…
Hening…
Berdoa…
Mendengar suara-Mu…
Dalam rasa kangenku yang dalam akan hadir-Mu…
Kubersimpuh…
Mencoba mendekatkan kembali diriku…
Pada diri-Mu…
Dalam keletihan jiwaku…
Kutahu…
Tidak ada jalan yang lebih baik…
Selain bersimpuh…
Dan kembali memuji nama-Mu…
Dalam galaunya kehidupanku…
Kutemukan kembali rasa damai itu…
Saat kubersimpuh…
Hanya kepada-Mu…
Dalam kacaunya pikiran yang pernah mengganggu…
Kubersimpuh…
Dan aku tahu…
Kau datang untuk menenangkan kembali kekacauan itu…
Dalam kebahagiaanku…
Kubersimpuh…
Terima Kasih, Tuhan…
Atas seluruh karunia-Mu…
Dalam kesukacitaanku…
Kubersimpuh…
Karena aku tahu…
Di atas sana…
Kau pun tersenyum bersamaku…
Dalam keceriaanku…
Kubersimpuh…
Dan berbisik kepada-Mu…
Engkau sediakan yang terbaik bagiku…
Tuhan…
Aku mau…
Tetap bersimpuh…
Dengan kedua lututku…
Dalam susah senangku…
Dalam sendu cerianya lagu kehidupanku…
Aku mau memeluk-Mu
Erat-erat…
Karena hanya Kau sahabat sejatiku…
Kembali kubersimpuh…
Memuji kebesaran-Mu…
Yang tak pernah habis-habisnya…
Terucap dari mulutku…
Singapore, 13 May 2009
-fon-
Kubersimpuh…
Duduk…
Hening…
Berdoa…
Mendengar suara-Mu…
Dalam rasa kangenku yang dalam akan hadir-Mu…
Kubersimpuh…
Mencoba mendekatkan kembali diriku…
Pada diri-Mu…
Dalam keletihan jiwaku…
Kutahu…
Tidak ada jalan yang lebih baik…
Selain bersimpuh…
Dan kembali memuji nama-Mu…
Dalam galaunya kehidupanku…
Kutemukan kembali rasa damai itu…
Saat kubersimpuh…
Hanya kepada-Mu…
Dalam kacaunya pikiran yang pernah mengganggu…
Kubersimpuh…
Dan aku tahu…
Kau datang untuk menenangkan kembali kekacauan itu…
Dalam kebahagiaanku…
Kubersimpuh…
Terima Kasih, Tuhan…
Atas seluruh karunia-Mu…
Dalam kesukacitaanku…
Kubersimpuh…
Karena aku tahu…
Di atas sana…
Kau pun tersenyum bersamaku…
Dalam keceriaanku…
Kubersimpuh…
Dan berbisik kepada-Mu…
Engkau sediakan yang terbaik bagiku…
Tuhan…
Aku mau…
Tetap bersimpuh…
Dengan kedua lututku…
Dalam susah senangku…
Dalam sendu cerianya lagu kehidupanku…
Aku mau memeluk-Mu
Erat-erat…
Karena hanya Kau sahabat sejatiku…
Kembali kubersimpuh…
Memuji kebesaran-Mu…
Yang tak pernah habis-habisnya…
Terucap dari mulutku…
Singapore, 13 May 2009
-fon-
Sunday, May 10, 2009
Dua Sejoli
Dua sejoli menjalin cinta…
Saat mereka pertama kali bertemu semasa SMA
Rasanya dunia milik berdua
Dan cinta mereka begitu nyata
Dari SMA mereka melanjutkan ke universitas yang berbeda
Namun, mereka tak terpisahkan jua
Malah semakin lengket saja
Bak kumbang dengan madunya
Bak roti dengan selainya
Bak kopi dengan gulanya
Ah, rasanya begitu indah
Dan setamat kuliah, bekerja, mereka pun berencana
Untuk saling mengikrarkan cinta
Apa lagi yang ditunggu pula?
Bukankah mereka sudah saling cocok satu dengan lainnya?
Pernikahan dirancang sedemikian rupa
Yang terbaik yang mereka bisa
Manis, penuh keinginan untuk mewujudkan cita-cita bahagia
Yang sudah tak sabar ingin mereka raih bersama
Setelah tak lama mereka menikah
Lahirlah anak-anak pelengkap keharmonisan mereka
Satu, dua, tiga…
Menambah keceriaan mereka sekeluarga
Sepuluh tahun sesudah perkawinan mereka
Entah mengapa
Sepertinya mereka kehilangan arah
Sehingga yang berpacaran lebih dari tujuh tahun lamanya
Plus perkawinan yang memasuki satu dasa warsa
Goncang seketika
Sepertinya, tahun-tahun yang mereka lalui sekian lama
Tujuh belas tahun tepatnya
Tak berarti apa-apa
Sungguh menyedihkan dan membuat merana
Sekarang mereka tak lagi saling peduli
Boro-boro saling mengerti
Yang ada hanya caci maki
Dan piring terbang di sana-sini
Menyedihkan sekali
Terkadang apa yang dimulai baik di awal
Berakhir tragis dan berantakan
Mengecewakan memang
Tapi apakah memang sudah tiada jalan?
Ataukah hanya karena sang ego
Jadi tak mau saling memaafkan?
Memang mengarungi perjalanan kehidupan
Amat banyak yang tak bisa ditebak pikiran
Hanya bisa berjalan dalam Tuhan
Karena pasangan mungkin akan mengecewakan
Namun Tuhan tidak.
Dalam hidup perkawinan yang berpusat pada Tuhan
Selalu ada jalan dan pengampunan
Yang harus rela dilakukan
Menekan kemarahan dan gantilah dengan senyuman
Semoga ada jalan keluar dari tiap permasalahan
Dua sejoli
Yang tadinya berseteru
Sekarang kembali bersatu
Mereka ingat janji setia mereka dulu
Pada saat mereka berkata, “ I DO”
Ya, sayangku…
Aku akan setia padamu
Dalam untung dan malang
Dalam sehat dan sakit
Dalam kaya atau miskin
Dalam suka maupun duka
Dunia tawarkan banyak godaan
Mulai dari TTM sampai selingkuh beneran
Namun, jangan sampai kekuatan cinta dikalahkan
Hanya karena nafsu dan kebosanan
Dua sejoli
Saling memandang penuh arti
Dan saling berjanji
Untuk kembali saling mengasihi
Bukan hanya untuk sehari
Namun sampai akhir nanti
Singapore, May 11, 2009
-fon-
* persembahan untuk pasangan-pasangan yang dilanda kelesuan dalam pernikahan. Jangan ragu untuk tetap berjuang dan bertahan melawan godaan zaman edan. Tetap setia pertahankan perkawinan dengan cinta dan melibatkan Tuhan. Smoga bisa…Semangat!:)
Saat mereka pertama kali bertemu semasa SMA
Rasanya dunia milik berdua
Dan cinta mereka begitu nyata
Dari SMA mereka melanjutkan ke universitas yang berbeda
Namun, mereka tak terpisahkan jua
Malah semakin lengket saja
Bak kumbang dengan madunya
Bak roti dengan selainya
Bak kopi dengan gulanya
Ah, rasanya begitu indah
Dan setamat kuliah, bekerja, mereka pun berencana
Untuk saling mengikrarkan cinta
Apa lagi yang ditunggu pula?
Bukankah mereka sudah saling cocok satu dengan lainnya?
Pernikahan dirancang sedemikian rupa
Yang terbaik yang mereka bisa
Manis, penuh keinginan untuk mewujudkan cita-cita bahagia
Yang sudah tak sabar ingin mereka raih bersama
Setelah tak lama mereka menikah
Lahirlah anak-anak pelengkap keharmonisan mereka
Satu, dua, tiga…
Menambah keceriaan mereka sekeluarga
Sepuluh tahun sesudah perkawinan mereka
Entah mengapa
Sepertinya mereka kehilangan arah
Sehingga yang berpacaran lebih dari tujuh tahun lamanya
Plus perkawinan yang memasuki satu dasa warsa
Goncang seketika
Sepertinya, tahun-tahun yang mereka lalui sekian lama
Tujuh belas tahun tepatnya
Tak berarti apa-apa
Sungguh menyedihkan dan membuat merana
Sekarang mereka tak lagi saling peduli
Boro-boro saling mengerti
Yang ada hanya caci maki
Dan piring terbang di sana-sini
Menyedihkan sekali
Terkadang apa yang dimulai baik di awal
Berakhir tragis dan berantakan
Mengecewakan memang
Tapi apakah memang sudah tiada jalan?
Ataukah hanya karena sang ego
Jadi tak mau saling memaafkan?
Memang mengarungi perjalanan kehidupan
Amat banyak yang tak bisa ditebak pikiran
Hanya bisa berjalan dalam Tuhan
Karena pasangan mungkin akan mengecewakan
Namun Tuhan tidak.
Dalam hidup perkawinan yang berpusat pada Tuhan
Selalu ada jalan dan pengampunan
Yang harus rela dilakukan
Menekan kemarahan dan gantilah dengan senyuman
Semoga ada jalan keluar dari tiap permasalahan
Dua sejoli
Yang tadinya berseteru
Sekarang kembali bersatu
Mereka ingat janji setia mereka dulu
Pada saat mereka berkata, “ I DO”
Ya, sayangku…
Aku akan setia padamu
Dalam untung dan malang
Dalam sehat dan sakit
Dalam kaya atau miskin
Dalam suka maupun duka
Dunia tawarkan banyak godaan
Mulai dari TTM sampai selingkuh beneran
Namun, jangan sampai kekuatan cinta dikalahkan
Hanya karena nafsu dan kebosanan
Dua sejoli
Saling memandang penuh arti
Dan saling berjanji
Untuk kembali saling mengasihi
Bukan hanya untuk sehari
Namun sampai akhir nanti
Singapore, May 11, 2009
-fon-
* persembahan untuk pasangan-pasangan yang dilanda kelesuan dalam pernikahan. Jangan ragu untuk tetap berjuang dan bertahan melawan godaan zaman edan. Tetap setia pertahankan perkawinan dengan cinta dan melibatkan Tuhan. Smoga bisa…Semangat!:)
Monday, May 4, 2009
X-Men Origins: Wolverine Mengajarkan Saya…
Kemarin, saya beruntung mendapatkan kesempatan menonton X-Men Origins: Wolverine. Dan film yang merupakan prequel dari X-Men ini, sedikit banyak menggoreskan kesan mendalam di hati saya. Setidaknya, Hugh Jackman berhasil menggores hati saya dengan kuku-kuku besinya…hahaha… Jokin’ :)
Saya hanya akan mencuplik sebagian kecil dari Wolverine, karena ini bukan review terhadap film tersebut, namun setidaknya saya belajar sesuatu dari film itu. And I’d like to share it with you, friends! :)
Setting: Northwest Territories, tahun 1845.
Film ini dibuka dengan adegan James kecil berada di tempat tidur, dalam kondisi kurang sehat. Ditemani oleh Victor yang juga berada di kamar. Suasana berubah secara cepat, ketika ayah James yang tadinya berada di dalam kamar, langsung keluar, dan terdengar keributan. James dan Victor bergegas keluar. Dan James melihat ayahnya terkulai lemas di lantai, tewas seketika, akibat ulah seorang pria tak dikenal yang berada bersama ibunya. Lalu, si kecil James, dalam kemarahan akibat ditinggal ayahnya, langsung mengeluarkan kuku-kukunya, sebagai bagian dari kekuatan extra, kekuatan super yang dimilikinya. Menghampiri si pria, menusukkan cengkeraman cakarnya dan membunuhnya. Sebelum meninggal, si pria berucap, “ He wasn’t your real father, SON!”
Maka, James kecil lari dengan ketakutan, karena dia telah membunuh ayah kandungnya sendiri, yang dikira seorang penjahat yang telah membunuh ayah angkat/ayah tirinya.
Reflection…
Sering kali kemarahan membuat kita melakukan hal-hal yang tidak seharusnya. Yang bukan saja melukai orang lain secara mental dengan kata-kata kasar misalnya, namun terkadang sampai melakukan tindakan kriminal seperti melukai dengan senjata tajam atau sampai kepada yang lebih ekstrim, membunuh. Dan konyolnya, James malah membunuh ayah kandungnya sendiri. Dalam kemarahan dan salah sangka yang besar dia melakukannya. Apa yang dilihat, langsung diasumsikan berdasarkan pemikirannya, dan langsung: HAJAR Bleh!
Tanpa mengetahui permasalahan yang sebetulnya terjadi, kita sering melihat, langsung menilai dan terkadang membalas. Saat kita pikir kita disakiti atau diancam, kita langsung bereaksi. Dan disengaja atau tidak, reaksi kita sering melukai orang lain. Dan adegan di awal film Wolverine itu mengajarkan saya untuk tidak langsung menghakimi apa yang tengah terjadi di depan mata saya. Karena saya bisa keliru, dan kalau keliru itu dibiarkan, bisa berakibat fatal. Moga-moga saya bisa mencari tahu, apa yang sebenarnya tengah terjadi, mempertimbangkannya, baru kemudian bereaksi. Dan moga-moga juga dengan demikian, saya tidak melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain. Terkadang, tentunya, dengan keterbatasan sebagai manusia, saya pun tidak mampu untuk terus bersikap ‘wise’ (bijaksana). Namun setidaknya, hari ini saya ingin berusaha untuk tidak judgmental dengan pikiran saya terhadap kejadian yang ada walaupun itu di depan mata sekali pun.
Wolverine mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati dalam menilai karena saya bisa salah. Saya hanya manusia. Kalau superhero saja bisa salah, apalagi saya? Saya hanya seorang manusia biasa.
Setting: Apartemen kami, pukul 15.22, tahun 2009
Saya bukan superhero. Namun, mudah-mudahan saya bisa menjadi manusia yang lebih baik hari ini. Karena menyadari saya sering salah, salah sangka-salah mengkomunikasikan-salah tafsir-salah omong dan salah-salah yang lain.
Yah, namanya juga manusia… Bukan excuse, namun at least menyadari kelemahan dan mau menjadi lebih baik. Smoga bisa…:)
Singapore, May 4, 2009
-fon-
* thanks to hubby utk nonton barengnya. Thanks to my in laws utk jagain Audrey selama kami nonton :)
Saya hanya akan mencuplik sebagian kecil dari Wolverine, karena ini bukan review terhadap film tersebut, namun setidaknya saya belajar sesuatu dari film itu. And I’d like to share it with you, friends! :)
Setting: Northwest Territories, tahun 1845.
Film ini dibuka dengan adegan James kecil berada di tempat tidur, dalam kondisi kurang sehat. Ditemani oleh Victor yang juga berada di kamar. Suasana berubah secara cepat, ketika ayah James yang tadinya berada di dalam kamar, langsung keluar, dan terdengar keributan. James dan Victor bergegas keluar. Dan James melihat ayahnya terkulai lemas di lantai, tewas seketika, akibat ulah seorang pria tak dikenal yang berada bersama ibunya. Lalu, si kecil James, dalam kemarahan akibat ditinggal ayahnya, langsung mengeluarkan kuku-kukunya, sebagai bagian dari kekuatan extra, kekuatan super yang dimilikinya. Menghampiri si pria, menusukkan cengkeraman cakarnya dan membunuhnya. Sebelum meninggal, si pria berucap, “ He wasn’t your real father, SON!”
Maka, James kecil lari dengan ketakutan, karena dia telah membunuh ayah kandungnya sendiri, yang dikira seorang penjahat yang telah membunuh ayah angkat/ayah tirinya.
Reflection…
Sering kali kemarahan membuat kita melakukan hal-hal yang tidak seharusnya. Yang bukan saja melukai orang lain secara mental dengan kata-kata kasar misalnya, namun terkadang sampai melakukan tindakan kriminal seperti melukai dengan senjata tajam atau sampai kepada yang lebih ekstrim, membunuh. Dan konyolnya, James malah membunuh ayah kandungnya sendiri. Dalam kemarahan dan salah sangka yang besar dia melakukannya. Apa yang dilihat, langsung diasumsikan berdasarkan pemikirannya, dan langsung: HAJAR Bleh!
Tanpa mengetahui permasalahan yang sebetulnya terjadi, kita sering melihat, langsung menilai dan terkadang membalas. Saat kita pikir kita disakiti atau diancam, kita langsung bereaksi. Dan disengaja atau tidak, reaksi kita sering melukai orang lain. Dan adegan di awal film Wolverine itu mengajarkan saya untuk tidak langsung menghakimi apa yang tengah terjadi di depan mata saya. Karena saya bisa keliru, dan kalau keliru itu dibiarkan, bisa berakibat fatal. Moga-moga saya bisa mencari tahu, apa yang sebenarnya tengah terjadi, mempertimbangkannya, baru kemudian bereaksi. Dan moga-moga juga dengan demikian, saya tidak melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain. Terkadang, tentunya, dengan keterbatasan sebagai manusia, saya pun tidak mampu untuk terus bersikap ‘wise’ (bijaksana). Namun setidaknya, hari ini saya ingin berusaha untuk tidak judgmental dengan pikiran saya terhadap kejadian yang ada walaupun itu di depan mata sekali pun.
Wolverine mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati dalam menilai karena saya bisa salah. Saya hanya manusia. Kalau superhero saja bisa salah, apalagi saya? Saya hanya seorang manusia biasa.
Setting: Apartemen kami, pukul 15.22, tahun 2009
Saya bukan superhero. Namun, mudah-mudahan saya bisa menjadi manusia yang lebih baik hari ini. Karena menyadari saya sering salah, salah sangka-salah mengkomunikasikan-salah tafsir-salah omong dan salah-salah yang lain.
Yah, namanya juga manusia… Bukan excuse, namun at least menyadari kelemahan dan mau menjadi lebih baik. Smoga bisa…:)
Singapore, May 4, 2009
-fon-
* thanks to hubby utk nonton barengnya. Thanks to my in laws utk jagain Audrey selama kami nonton :)
Saturday, May 2, 2009
Mengurai Benang Kusut
Sesosok pantulan wajah di cermin,
Tak ada senyuman,
Yang ada hanya raut cemberut,
Tersenyum kecut,
Dengan dahi sedikit berkerut,
Mungkin ini yang namanya benang kusut,
Hasil dari pikiran yang berlarut-larut.
Pikiran…
Salah satu tersangka yang jadi biang kerok
Dan selalu jadi benang kusut
Saking kusutnya
Seperti si meong dalam film animasi
Yang tengah mencengkeram kuat segelondong benang wol
Dan menguraikannya berhamburan ke lantai
Terburai dan kusut
Sulit mengembalikannya kepada gelondongan semula…
Pikiran yang kusut,
Sulit dicari ujung pangkalnya,
Terkadang dia sangat mengganggu
Bahkan sampai membuat insomnia
Bukan karena apa-apa
Sederhana saja,
Karena si benang terlalu kusut
Mencengkeram kedamaian yang seharusnya kita punya
Perasaan…
Perasaan juga bisa kusut
Kacau, bak rambut awut-awut
Namun, sekali lagi, bila dia berkuasa,
Kadang orang jadi tak tentu arah,
Terkadang seperti orang gila,
Yang bisa nangis sambil tertawa,
Kusut, awut-awut, cemberut,
Lama-lama bisa bikin keriput…
Pikiran dan perasaan…
Kadang manusia dibuat lelah
Dipermainkan mereka
Diombang-ambing kiri dan kanan
Tak tentu arah.
Benang kusut ketika dicoba
Ditelusuri asal muasalnya
Selalu ada dari bagian masa lalu
Yang muncul kembali, menyeruak, dan sangat mengganggu
Kesedihan, luka, kepahitan, dan (mungkin) pengkhianatan
Semua hal yang menyakitkan
Menelusuri benang kusut,
Terkadang kita pun mendapati,
Bahwa banyak juga terjadi
Dari kekuatiran akan masa depan
Yang semakin kelihatan tak pasti
Mengurai benang kusut?
Tidaklah mudah…
Karena banyak kali kita diperbudak
Benang kusut pikiran dan perasaan,
Lebih daripada kesadaran
Yang s’harusnya tetap bertahan
Yang terbaik yang bisa dilakukan
Melatih kesadaran
Dan hidup untuk saat ini
Detik ini
Jam ini
Hari ini
Benang kusut?
Mungkin tetap ada dan tak bisa pergi
Setidaknya asal dia tidak mendominasi
Kedamaian yang dirindukan di hati.
Singapore, 2 Mei 2009
-fon-
Tak ada senyuman,
Yang ada hanya raut cemberut,
Tersenyum kecut,
Dengan dahi sedikit berkerut,
Mungkin ini yang namanya benang kusut,
Hasil dari pikiran yang berlarut-larut.
Pikiran…
Salah satu tersangka yang jadi biang kerok
Dan selalu jadi benang kusut
Saking kusutnya
Seperti si meong dalam film animasi
Yang tengah mencengkeram kuat segelondong benang wol
Dan menguraikannya berhamburan ke lantai
Terburai dan kusut
Sulit mengembalikannya kepada gelondongan semula…
Pikiran yang kusut,
Sulit dicari ujung pangkalnya,
Terkadang dia sangat mengganggu
Bahkan sampai membuat insomnia
Bukan karena apa-apa
Sederhana saja,
Karena si benang terlalu kusut
Mencengkeram kedamaian yang seharusnya kita punya
Perasaan…
Perasaan juga bisa kusut
Kacau, bak rambut awut-awut
Namun, sekali lagi, bila dia berkuasa,
Kadang orang jadi tak tentu arah,
Terkadang seperti orang gila,
Yang bisa nangis sambil tertawa,
Kusut, awut-awut, cemberut,
Lama-lama bisa bikin keriput…
Pikiran dan perasaan…
Kadang manusia dibuat lelah
Dipermainkan mereka
Diombang-ambing kiri dan kanan
Tak tentu arah.
Benang kusut ketika dicoba
Ditelusuri asal muasalnya
Selalu ada dari bagian masa lalu
Yang muncul kembali, menyeruak, dan sangat mengganggu
Kesedihan, luka, kepahitan, dan (mungkin) pengkhianatan
Semua hal yang menyakitkan
Menelusuri benang kusut,
Terkadang kita pun mendapati,
Bahwa banyak juga terjadi
Dari kekuatiran akan masa depan
Yang semakin kelihatan tak pasti
Mengurai benang kusut?
Tidaklah mudah…
Karena banyak kali kita diperbudak
Benang kusut pikiran dan perasaan,
Lebih daripada kesadaran
Yang s’harusnya tetap bertahan
Yang terbaik yang bisa dilakukan
Melatih kesadaran
Dan hidup untuk saat ini
Detik ini
Jam ini
Hari ini
Benang kusut?
Mungkin tetap ada dan tak bisa pergi
Setidaknya asal dia tidak mendominasi
Kedamaian yang dirindukan di hati.
Singapore, 2 Mei 2009
-fon-
Subscribe to:
Posts (Atom)