Saturday, May 2, 2009

Mengurai Benang Kusut

Sesosok pantulan wajah di cermin,
Tak ada senyuman,
Yang ada hanya raut cemberut,
Tersenyum kecut,
Dengan dahi sedikit berkerut,
Mungkin ini yang namanya benang kusut,
Hasil dari pikiran yang berlarut-larut.

Pikiran…
Salah satu tersangka yang jadi biang kerok
Dan selalu jadi benang kusut
Saking kusutnya
Seperti si meong dalam film animasi
Yang tengah mencengkeram kuat segelondong benang wol
Dan menguraikannya berhamburan ke lantai
Terburai dan kusut
Sulit mengembalikannya kepada gelondongan semula…


Pikiran yang kusut,
Sulit dicari ujung pangkalnya,
Terkadang dia sangat mengganggu
Bahkan sampai membuat insomnia
Bukan karena apa-apa
Sederhana saja,
Karena si benang terlalu kusut
Mencengkeram kedamaian yang seharusnya kita punya

Perasaan…
Perasaan juga bisa kusut
Kacau, bak rambut awut-awut
Namun, sekali lagi, bila dia berkuasa,
Kadang orang jadi tak tentu arah,
Terkadang seperti orang gila,
Yang bisa nangis sambil tertawa,
Kusut, awut-awut, cemberut,
Lama-lama bisa bikin keriput…

Pikiran dan perasaan…
Kadang manusia dibuat lelah
Dipermainkan mereka
Diombang-ambing kiri dan kanan
Tak tentu arah.

Benang kusut ketika dicoba
Ditelusuri asal muasalnya
Selalu ada dari bagian masa lalu
Yang muncul kembali, menyeruak, dan sangat mengganggu
Kesedihan, luka, kepahitan, dan (mungkin) pengkhianatan
Semua hal yang menyakitkan

Menelusuri benang kusut,
Terkadang kita pun mendapati,
Bahwa banyak juga terjadi
Dari kekuatiran akan masa depan
Yang semakin kelihatan tak pasti

Mengurai benang kusut?
Tidaklah mudah…
Karena banyak kali kita diperbudak
Benang kusut pikiran dan perasaan,
Lebih daripada kesadaran
Yang s’harusnya tetap bertahan

Yang terbaik yang bisa dilakukan
Melatih kesadaran
Dan hidup untuk saat ini
Detik ini
Jam ini
Hari ini

Benang kusut?
Mungkin tetap ada dan tak bisa pergi
Setidaknya asal dia tidak mendominasi
Kedamaian yang dirindukan di hati.

Singapore, 2 Mei 2009
-fon-

No comments:

Post a Comment