Thursday, June 18, 2009

Pesawat Kertas

Kemarin…
Ketika Audrey bermain dengan Maya, anak tetangga kami. Nanny-nya, sekaligus teman baikku, Rajes, membuatkan Audrey pesawat kertas. Maya juga mendapatkan yang sama. Pertama dibuat untuk Maya, lalu Maya menunggu selesainya milik Audrey. Setelah pesawat kertas Audrey selesai, Audrey langsung meloncat-loncat senang, sambil memainkan pesawat itu seolah menerbangkannya dengan tangan mungilnya.
Melihat hal tersebut, Maya ikut melakukan hal yang sama. Mereka berdua berjingkrak-jingkrak, tersenyum, tertawa ceria. Amat gembira! Hanya karena hal sederhana semacam itu, anak-anak langsung bisa mensyukurinya dan reaksinya: kegembiraan terpancar di wajah mereka. So simple!

Hari Ini…
Aku hanya berpikir, semakin dewasa, kita semakin sulit untuk dibuat gembira. Jangankan pesawat kertas, naik pesawat betulan dan berlibur pun, terkadang rasanya masih kuranggg saja. Liburan ke Bali bersama keluarga tidak disyukuri, malahan dengan iri melihat teman yang sedang enak-enaknya berlibur di Eropa, Amerika, Australia, Jepang, dan Korea.
Tidak pernah cukup!

Atau kalau tidak, melihat teman menenteng tas seharga puluhan juta rupiah, langsung letih lesu tak bersemangat, karena tas miliknya ‘hanya’ seharga lima ratus ribu rupiah saja.
Padahal kalau uang Rp.500 ribu itu dibelanjakan nasi bungkus seharga Rp.5.000 per bungkus, masih bisa memberi makan 100 anak panti asuhan atau 100 tuna wisma atau 100 Opa-oma panti jompo atau 100 pengemis yang menahan lapar karena sehari hanya bisa makan sekali saja mungkin?

Sedang minum kopi instan di rumah, yang dipikirkan, “ Hmm, enak kali ya… kalau minum kopi sambil makan cheese cake di gerai kopi ternama di mall ber-AC dan gaul…”
Lalu pergilah ke gerai kopi ternama itu. Setelah di sana, berpikir, lebih enak lagi kalau makan kue dan minum kopi di hotel berbintang lima di kawasan mewah Sudirman-Kuningan-Thamrin. Setelah pergi ke sana pun, keinginan bertambah, lebih enak lagi kalau high tea buffet di hotel ternama di Hongkong. Dan seterusnya…
Again, tidak pernah cukup…

Hari ini, biarlah kita belajar ‘disenangkan’ dengan hal-hal yang sederhana. Seperti halnya pesawat kertas yang diterima Audrey dan Maya. Mari kita syukuri hal-hal yang kita miliki.
Sulit memang untuk tidak melihat apa yang orang lain miliki. Namun, bila hanya sebatas melihat dan balik lagi ke realitas dan bersyukur kembali dengan apa yang diberikan-Nya, dipercayakan-Nya kepada kita, mudah-mudahan hidup ini jadi lebih indah. Seceria senyum anak-anak yang polos, kegembiraan yang terpancar di mata mereka, semangat yang hadir saat mereka melompat kegirangan, hanya karena mendapatkan pesawat kertas.

Diperlukan sikap hati yang penuh syukur, kaca mata yang juga berlensakan SYUKUR, untuk tetap dapat melihat semua kejadian, semua hal, dalam kerangka syukur. Smoga kita bisa menjadi pribadi yang tahu berterima kasih, tidak melulu ‘complain’. Kalau dulunya seperti itu, kamu tidak sendirian, mari kita sama-sama perbaiki diri, sehingga hidup akan lebih mudah untuk dijalani dengan sikap positif kita.

Singapore, 19 June 2009
-fon-
* mau belajar untuk terus bersyukur…. Sekecil apa pun, itu anugerah-Nya. Thank God!

No comments:

Post a Comment