Thursday, July 8, 2010

Thank God I Found You Part 16



*** Episode: Karma

Previously on Thank God I Found You part 15 (Episode: Silih Bergantinya Suka dan Duka).

Willem kembali ke Jakarta masih dalam kondisi tertekan. Tak mampu ia makan, tak sempat ia memasukkan makanan ke mulutnya. Lalu beranjak ke kamar, memecahkan vas bunga di kamarnya dan membangkitkan ide bunuh diri lagi setelah upaya sebelumnya gagal. Susi dan Vic berada di Sentosa Resort dan tengah terlena dalam penuh percikan asmara yang menjalar tiba-tiba, Susi pun seolah lupa akan Willem. Dan Vita? Ya, Vita telah menerima lamaran Jason sekaligus menegaskan bahwa ia telah menunggu sepanjang hidupnya untuk kesempatan ini. Dan bagaimanakah kelanjutan serial TGIFY ini, silakan simak di episode berikut ini…

Episode: Karma

Cause what goes around, comes around.
What goes up, must come down.

(Karma-Alicia Keys)

Marina Bay Sands Casino-Singapore

Setelah malam sebelumnya menikmati kehangatan cinta yang membara di The Sentosa Resort and Spa, Susi dan Vic kembali berpegangan tangan. Hari ini mereka menuju Casino yang baru grand opening 23 Juni lalu. Setelah sebelumnya hanya peresmian pertama kali 27 April 2010. Vic seolah sudah amat fasih duduk di meja judi. Sejujurnya, Susi bingung juga. Vic ini apa sih pekerjaannya? Mengapa dia begitu rileks dan menikmati hidup, tanpa perlu bekerja keras seperti orang-orang? Ah, tapi dia menepisnya. Apa pula pedulinya. Itu tak penting. Bukankah perasaan adalah yang utama dan di atas segala-galanya?

Susi amat cantik. Vic baru saja membelikannya pakaian perancang kelas dunia, Burberry, di butiknya yang berlokasi di ION Orchard. Semua mata memandang Susi yang cantik, Vic yang tampan, yang juga dalam balutan rancangan kelas dunia- Armani. Tak banyak pria yang sebegitu royal menghamburkan uangnya demi Susi. Ada beberapa, tapi tak ada yang bisa menyaingi Vic. Dia terlalu luar biasa. Susi tak banyak tahu tentangnya, kecuali Vic asal USA dan Warga Negara Amerika Serikat. Ibunya keturunan Asia, Susi pun tak tahu dari negara mana. Ada terselip sedikit tanya di hatinya, tetapi selalu berhasil dia tepis begitu saja. Seolah semua kemewahan yang dia terima bisa membungkam mulutnya dan menghentikan gerombolan pertanyaannya…

Mereka terus duduk di meja judi di Casino. Sementara Susi hanya duduk manis di samping Vic, mengamati permainan. Vic sendiri konsentrasi penuh pada kartu-kartu yang ada di tangannya, plus kartu-kartu yang dikeluarkan oleh lawan mainnya. Suasana tegang, namun akhirnya senyum Vic terkembang. Amat lebar. Dia berhasil memenangkan permainan itu, sekali lagi. Sudah tiga kali Vic menang besar. Tak lama, Vic memutuskan untuk berhenti. Dia menukarkan koin-koin yang didapat saat bermain dengan uang tunai. Mereka pun sudah menyiapkan tas besar dari merek Louis Vuitton sebelum mereka ke Casino ini. Isisnya penuh dengan uang, sampai 70,000 SGD. Setara dengan empat ratus juta rupiah lebih, mendekati angka lima ratus juta rupiah. Vic melenggang, menuju pintu keluar Casino dan naik ke taksi yang tersedia di sana. Lalu, mereka menuju sebuah bank untuk menabungkan ke rekening Vic. Sebagian saja. Karena sisanya dibawa Vic dalam bentuk tunai. Susi masih diam. Tak biasanya dia begitu. Biasanya dia teramat lihai membaca seluruh situasi yang ada dan berpikir macam-macam cara keji untuk menjatuhkan Jason dan Vita, atau untuk memikat Willem. Tetapi dengan Vic, seolah dia mati kutu, karena dia berhadapan dengan seseorang yang jauh lebih licik, lebih lihai, ketimbang dirinya.

***

Late lunch di Fullerton Hotel.

“ Susi, do you bring along your passport?” Tanya Vic.

“ Yeah, why Vic?” tanya Susi.

“ Ok, no problem, then. I was just asking.” Vic menjawab sambil tersenyum manis, lalu melanjutkan melahap ‘fresh oyster’ yang ada di hadapannya.

Setelah makan siang, mereka kembali naik taksi.

Driver: “ Where you want to go, Sir?”

Vic: “ Changi Airport.”

Driver: “ Which terminal or which airline?”

Vic: “ Singapore Airlines.”

Driver: “ Okay.”

“Vic, where are we going?” Tanya Susi agak cemas. Vic terlalu mendadak dan tak bisa diduga ke mana perginya. Baru bertemu, langsung dibawa terbang ke negara lain. Antah berantah.

“ If you can not tell me, then I will ask the driver to stop and our relationship ends here.” Kata Susi lagi.

“ We’re going to Hongkong, Honey. Because I’ve had so much fun and so much cash, why don’t we spend some?” Vic tersenyum polos.

HONGKONG??? Mata Susi membelalak. Dia selalu suka Hongkong. Waktu kecil, Papa pernah mengajaknya ke sana bersama Mama. Tentunya sebelum Papa mengenal sekretaris yang akhirnya menjadi Mama tirinya itu, huh!

“ Why don’t you tell me earlier? I always love Hongkong.” Kata Susi manis.

Pesawat yang tersedia bagi mereka adalah SQ pukul 17.50 waktu Singapura dan akan tiba di Bandara Chek Lap Kok (Hongkong International Airport) pukul 21.35 nanti malam. Susi tak tahu petualangan bersama Vic ini akan membawanya merambah ke mana saja. Yang pasti, dia hanya menikmatinya, tanpa banyak tanya!

***

Aku pulang ke rumah dengan hati berbunga-bunga. Kamar biru jadi saksi keindahan cintaku. Akhirnya perjalanan cinta membawaku juga ke hari ini, hari di mana seseorang yang kucinta dan mencintaiku melamarku. Ah, senangnya!

Kuputar CD yang setia menemaniku…Thank God I Found You-Mariah Carey

Semuanya jadi indah, bahagia, penuh pelangi cinta yang kurasakan. Bunga mawar merah itu jadi saksi bahagiaku bersama Jason. Akhirnya, kutemukan sesosok pria untuk menghabiskan sisa usia bersamaku, sampai maut memisahkan kami berdua…

Thank God I found you
I was lost without you
My every wish and every dream
Somehow became reality
When you brought the sunlight
Completed my whole life
I'm overwhelmed with gratitude
Cause baby I'm so thankful
I found you

Suara lembut mendayu-dayu Mariah Carey masih memenuhi ruangan. Kurasakan hal itu, persis seperti yang digambarkannya dalam lagunya: overwhelmed with gratitude, yaaaa aku sangat sangat sangatttt berterima kasih. Thank God!

SMS masuk dari Jason.

Lg ngapain, Vit?”

Kujawab:

“ Lg liat bunga dari kamu:)”

SMS kami berlanjut, sekitar sampai 1 jam. Cinta memang membuat orang lupa waktu!:)

Bahagia, penuhilah hari-hariku. Isilah dengan cinta yang tulus, karena bersama Jason aku berani memutuskan untuk mengakhiri masa lajangku, setelah semua drama yang terjadi. Setelah semua kesedihan dan tawa yang mewarnai….Kusiapkan hatiku, kusiapkan diriku untuk terus menatap masa depan… Hari-hari bersama Jason…

***

Hongkong, pukul 22.00.

Indahnya lampu-lampu yang menerangi Hongkong menghantarkan Susi dan Vic ‘landing’ dengan selamat. Soft landing dari pilot Singapore Airlines membuat mereka merasa tenang. Dan Susi pun teringat banyak hal yang dia lakukan bersama keluarganya dulu, sekitar tiga belas tahun lalu. Waktu itu tentunya belum ada Disneyland, tapi buat Susi Hongkong tetaplah surga di mana banyak kenangan manis bersama kedua orang tuanya tercipta…

5 Connaught Road, Central, Hong Kong. Mandarin Oriental Hongkong.

Hotel berbintang 5 ini terasa apik dan cantik. Susi memasukinya dengan bangga dalam genggaman tangan Vic mengapa hidup seolah begitu mudah? Less complicated dan dia merasa dia bisa mengarungi hidup bersama Vic walaupun banyak ketidakpastian, tetapi dia suka tantangan dan perubahan yang menyenangkan semacam ini.

Mereka menempati kamar suite. Cukup besar, indah, dan mewah. Memandangi pemandangan Hongkong di malam hari. Susi tersenyum bahagia. Teringat ketika dia kecil, dia dibelikan boneka beruang warna merah jambu di sini. Di kota ini. Memori, mengapa kau begitu intens menghampiri Susi malam ini?

Susi kembali masuk ke toilet. Hal yang dia selalu suka karena toilet-toilet di hotel-hotel mewah ini bersih, rapi, dan wangi. Tak seperti toilet-toilet pada umumnya. Di mal pun terkadang bau juga. Tetapi, tidak di hotel, tidak pula di rumah Susi. Karena dia gemar berlama-lama di kamar mandi, dengan ritualnya: bersih-bersihnya yang tak kunjung habis… Juga untuk berlama-lama mengagumi kecantikan wajahnya.

Selesai ritual kamar mandinya, Susi melihat kembali ke jendela, sementara menunggu Vic yang masuk ke kamar mandi. Masih indah, namun tiba-tiba beberapa orang berseragam biru tua, memakai masker sehingga tak jelas wajahnya bergelantungan di depan jendela dengan tali yang terulur dari bagian atas hotel. Ih, keren. Kayak di pilem-pilem itu lho. Mereka lagi mau memburu siapa dan di lantai berapa ya? Ujarnya dalam hati…

Tiba-tiba mereka berhenti di lantai tujuh, kamar Vic dan Susi. Susi mundur ke arah tempat tidur. Koq mereka berhenti di sini?

Vic yang mendengar kekacauan itu segera ke luar kamar mandi, hanya dengan pakaian santai: celana pendek hitam dan kaos abu-abu, dia mengambil dompetnya dan pisau yang ada di kamar hotel buat memotong buah. Lalu pergi begitu saja, meninggalkan Susi sendiri yang berteriak kencang,
“ Vic, don’t leave me! Where are you going???”

Tak lagi dipedulikannya teriakan Susi, dia bergegas lari. Terlambat sudah, ketika dibukanya pintu, orang-orang berseragam biru tua itu juga memenuhi pintu mereka. Ada empat orang. Sementara tiga orang yang bergelantungan tadi, sudah mendarat selamat masuk ke kamar, melalui balkon kamar mereka.

Vic yang tak kehilangan akal, segera menodongkan pisaunya pada Susi.

“ I will kill her.” Desisnya serius.

“ Vic…” Ujar Susi memelas.

“ You just listen to me if you want to be safe.” Kata Vic mengancam.

Mereka berjalan menuju pintu keluar kamar, perlahan yang mengepung kamar Vic pun memberikan jalan bagi mereka. Di lift, Susi masih ketakutan, karena Vic jadinya liar, kejam dan membabi buta, tak seperti Vic yang dia kenal semasa di Singapura. Mana kelembutan itu, Vic??? Mana cinta yang seolah membara itu?

Susi mulai menangis. Inikah karma? Atas seluruh kejahatan yang dia rencanakan? Atas seluruh tindakannya yang membuat dirinya melupakan Willem begitu saja tanpa lagi peduli padanya?

Dihelanya nafasnya. Masih dalam ancaman pisau yang ternyata cukup tajam dan sudah melukai lehernya, dirinya teringat kata-kata ini:

Cause what goes around, comes around.

Dia kini menuai hasil dari perlakuan buruknya kepada banyak orang.

Sampai di lobby hotel, lift terbuka dan sudah dikepung pasukan berseragam itu. Salah satunya berhasil memukul kepala Vic yang pingsan tiba-tiba. Dan dia langsung diringkus oleh pasukan itu. Yang Susi kemudian dengar, mereka adalah CID Hongkong yang khusus berurusan dengan penjahat kelas berat.

Vic, penjahat???

Susi masih tidak mengerti. Masih bingung. Masih dalam kimono putih dari hotel. Sampai akhirnya, seorang petugas hotel membantunya ke kamar dan menunggunya mengganti pakaian dan berkemas-kemas. Hongkong, mengapa kali ini hanya duka yang singgah???

Bersambung…

HCMC, 9 Juli 2010

-fon-

sumber gambar:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIc2DiPQroi6fCaLuQUKCg4AcuBA3BcggyajlWynmFxLNJY-qtHPDc8Cbx_jnn2Wy_0MDC0mPB-Np2uIe7MRahoSQMOm_CFirdDP9PEg3udPMcX9VyQVMldBXFca6jyoP238X3JH_E1BkL/s1600/Thank+God+I+found+You.jpg

No comments:

Post a Comment