“ Mau tahu jenis kelamin bayi Anda? “ Tanya dokter spesialis USG itu dalam Bahasa Inggris berlogat
“ Ok, sure,” jawabku.
Masih dalam hati yang berkecamuk juga. Semua perasaan jadi satu. Ingin tahu, sekaligus juga resah haha…
Karena anak pertama kami adalah perempuan, wajar bila keinginan untuk punya anak lelaki juga cukup kuat. Tetapi dalam hati, aku terus meyakini bahwa apa pun jenis kelamin bayi tersebut, tidaklah masalah karena yakin Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik, sesuai dengan kebutuhan kami.
“ It’s a girl,” ujarnya lagi.
“ Ok, thanks.” Tuturku perlahan.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan USG menyeluruh termasuk melihat wajah si bayi dengan teknik USG 4D. Ah, tiba-tiba air mata sedikit menetes di pipiku. Betapa aku ingin memeluknya. Membisikkan di telinganya, kalau tak jadi masalah bagi kami kalaupun dia seorang bayi perempuan lagi karena bagi kami, dia tetap Sang Puteri. Princess in our heart!
Masih takjub dan haru dengan seluruh kelengkapan panca indera yang terlihat di layar TV yang terpampang di hadapanku. Bayi lelaki, pentingkah? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Buat yang mementingkan marga, tentunya bayi lelaki lebih dianggap penting. Namun, di era modern semacam ini, masih haruskah mempermasalahkan ‘gender’? Apakah seorang bayi perempuan tak punya hak untuk hidup dan mengecap hal-hal yang berkualitas sebagaimana layaknya seorang bayi lelaki?
Terlintas di kepalaku: wajah beberapa sahabat yang masih merindukan momongan. Betapa mereka akan bersyukur bila diberikan seorang bayi- apa pun jenis kelaminnya. So, thank God, it’s a girl. Another princess is being added up into our family. Praise the Lord!
Masih dalam kebisuan di hati. Haru menyeruak kembali. I love you, my princess! And how I want to hug you and share this love with you!
-fon-
No comments:
Post a Comment