All my bags are packed, I'm ready to go
I'm standin' here outside your door
I hate to wake you up to say goodbye
But the dawn is breakin', it's early morn
The taxi's waitin', he's blowin' his horn
Already I'm so lonesome I could die
So kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go
'Cause I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh, babe, I hate to go
(Leaving on a Jet Plane – Chantal Kreviazuk).
Part 1:
Enam bulan setelah pernikahan kami…
Part 2:
Satu tahun kemudian.
Dia tertidur dengan pulasnya. Sudah setahun aku kangen menantikannya. Wajah ‘innocent’-nya tampak bahagia. Seketika ponselnya berbunyi, segera kuangkat karena tak ingin mengganggu tidurnya.
“ Hello, darling, how are you? I miss you,” desah suara wanita di seberang
Terperanjat, langsung kumatikan seketika.
Part 3:
Kuambil koper dan barangku seadanya. Tak sempat kuteliti berlama-lama.
Yang pasti, lagu yang sama mengiringi kepergianku seperti ketika kutangisi keberangkatannya…
'Cause I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh, babe, I hate to go
Part 4:
Setahun di pengasinganku…
Kontak dari
“ Mengapa kaupergi tanpa pesan?” tanyanya via SMS.
Mungkin waktu itu aku terlalu emosi, desisku perlahan. Hanya berucap dalam hati walaupun kutahu emosiku tertahan. Tetapi, aku pun tak menyesali. Kalau dia punya seorang kekasih yang lain lagi, apa harus kupertahankan cinta ini?
Kuputar lagu itu kembali. Lagi dan lagi.
Memenuhi seisi ruangan ini.
Mencoba mengisi…
Ruang kosong bernama hati…
Tiba-tiba, entah kekuatan dari mana memaksaku pergi.
Berkemas lagi.
‘Leaving on a jetplane’ berpadu tangisku.
Aku ingin jumpa kamu..
Jordanku…
-fon-
* thanks to Chantal and her Leaving on a Jet plane for the inspiration on this story…
sumber gambar:
mononoaware.concretebadger.net
No comments:
Post a Comment