Thursday, August 11, 2011

Belajar dari Smurf


Belajar dari Smurf

Saya ingat, komik Smurf adalah salah satu bacaan saya ketika kecil. The Smurfs atau yang dalam bahasa Perancisnya Les Schtroumpfs, merupakan karya kreatif dari kartunis bernama Peyo (yang nama aslinya adalah Pierre Culliford). Pertama kali The Smurfs ini diperkenalkan pada tanggal 23 Oktober 1958. Bersama dengan Tintin, dia memenuhi rak buku keluarga kami. Walaupun sebetulnya saya yakin, masih banyak yang lebih Smurf-mania daripada saya, tetapi karena menonton filmnya kemarin, saya koq jadi bernostalgia sekaligus ingin memetik pelajaran dari film tersebut juga, ya…

Yang saya ingat, Smurf adalah makhluk kecil setinggi tiga buah apel, tinggal di Desa Smurf yang aman dan tenteram. Penghuninya pun macam-macam dengan keunikannya masing-masing. Ada yang centil tukang berhias, gembul yang tukang makan, ‘clumsy’ Si Ceroboh yang jadi pemeran utama di film The Smurf dari awal sampai akhir. Papa Smurf dan Smurfin, juga Smurf yang intelek dan pandai yang mengetahui segala sesuatu. Ah, melihat desa Smurf, seolah melihat kehidupan manusia sendiri. Tentunya tiap dari kita punya sifat-sifat yang menonjol, walaupun tidak sama persis seperti Smurf…

Membaca kisahnya pun sering membuat tersenyum. Karena harus berasumsi juga dengan kata-kata smurf. Misalnya aku mau smurf roti. Smurf di sini berarti makan, tetapi tidak di kalimat lain. Dan isi film ini, saya ceritakan singkat saja, karena kasihan yang belum nonton hehe… Intinya adalah para smurf ini masuk ke dunia manusia dan bertemu dengan keluarga Winslow yang tengah menunggu kehadiran bayi mereka. Patrick dan Grace Winslow (yang diperankan oleh Neil Patrick Harris yang terkenal dengan serial ‘How I Met Your Mother’, sementara Grace diperankan oleh Jayma Mays yang terkenal sebagai Emma di serial ‘Glee’), kedatangan tamu yaitu para smurf itu. Ada bagian yang kocak, ada bagian yang bikin terharu. Ketika Papa Smurf ditangkap Gargamel, seorang anggota Smurf berhasil mendatangkan seluruh penghuni desa Smurf yang kemudian bersatu-padu untuk sesama mereka. Kesatuan yang erat yang mungkin semakin hari semakin luntur di masa kini. Terhapus oleh materialisme, mementingkan diri sendiri, jadi semakin berkurang tali silaturahmi yang baik.

Smurf juga makhluk yang lucu, ceria, dan suka bernyanyi. Mungkin, kecuali Smurf Gerutu. Lalu, aku koq teringat, tak jarang, berlaku sebagai Smurf Gerutu juga, yang seringnya ngomelll melulu…Ampun, dah… Hahaha… Ini saatnya jadi lebih ceria, lebih sukacita dalam menjalani kehidupan kita.

Film yang akhirnya happy-ending ini, kemudian saya putar ulang di kepala saya, di hati saya. Walau terpotong dua kali karena membawa anak sulung kami ke toilet, saya tetap menemukan kebaikan dan pembelajaran di dalamnya. Smurf itu ceria, bersahabat, dan selalu saling membantu. Jika bisa menghidupkan sifat-sifat baiknya di dunia yang kita tinggali sekarang ini, alangkah bahagianya. Kenapa kita tidak coba dari sekarang?

HCMC, 10 Agustus 2011

-fon-

No comments:

Post a Comment