Wednesday, August 24, 2011

The Voice


Setelah agak bosan dengan American Idol yang sudah mencapai season 10 di tahun ini dan menghasilkan pemenangnya Scotty McCreery yang ber-genre country, ada tayangan lain masih di bidang musik yang cukup menarik hati saya. Adalah The Voice, yang sudah menghasilkan pemenangnya di Amerika sana, dan baru tayang perdana di stasiun televisi AXN semalam. Saya tertarik dengan konsep yang ditawarkan, yaitu saat para juri yang terdiri dari Christina Aguilera yang cukup ternama, Blake Shelton (penyanyi country dengan banyak fans), Adam Levine-vokalis Maroon 5, dan Cee Lo Green (anggota group Hip Hop Goodie Mobb di tahun 1990-an) mendengarkan suara para kontestan untuk pertama kalinya tanpa memandang wajah/penampilan mereka (blind audition). Hanya murni suara mereka saja yang didengar. Berbeda dengan ajang nyanyi lainnya, penampilan juga menjadi sesuatu yang utama. Bisa jadi si kontestan berwajah cantik/tampan, namun kemampuan nyanyinya biasa-biasa saja. Berbeda dengan tayangan ini, jika para juri yang kemudian menjadi pelatih para kontestan ini (Coach) tertarik barulah mereka memencet bel yang otomatis membalikkan kursi mereka dan memungkinkan mereka melihat penampilan Sang Kontestan tersebut secara keseluruhan.

Menarik bagi saya untuk kemudian membandingkan dengan kehidupan kita. Berapa banyak dari kita yang bisa menilai seseorang murni hanya dari kelebihannya saja? Misalnya: kebaikan hatinya. Jarang ya, jujur saya pun tidak selalu bisa melakukannya. Setiap kali kita berhadapan dengan seseorang, sebelum melihat hatinya, tak jarang kita terlanjur memberikan penilaian terhadap keseluruhan paketnya. Mungkin wajahnya, mungkin cara bicaranya, mungkin dandanannya, mungkin merek yang dikenakannya, mungkin rambutnya, mungkin handphone ataupun gadget-nya, mungkin harta atau jabatannya, mungkin dan seribu satu mungkin lainnya. Jarang, kita bisa langsung melihat seseorang dari hatinya, bahkan boleh dikatakan hampir tidak mungkin. Segala sesuatu yang menjadikan seseorang sebagai satu paket, kita perhatikan semuanya. Dan apabila ternyata diri kita yang dihakimi sedemikian rupa oleh orang lain, rasanya mudah bagi kita untuk kemudian menjadi tersinggung atau tidak suka. Padahal, ya…kita lakukan hal yang sama terhadap orang lain.

Blind audition dari The Voice ini, mengajak saya berpikir untuk lebih objektif dalam memberikan penilaian terhadap seseorang. Karena jika saya yang dinilai secara subjektif, ternyata saya pun tidak suka. Maka adalah baik pula jika saya belajar untuk tidak sok tahu apalagi langsung menilai buruk ketika pertama kali berjumpa dengan seseorang. Biarkan mengalir saja dan terlihat suatu kebaikan di dalam hati seseorang yang pasti dimiliki olehnya, daripada terlanjur menghakimi ini dan itu, bahkan memendam rasa tidak suka. Tentunya, ini bukanlah hal yang mudah dan langsung bisa dipraktekkan begitu saja. Tetapi, apabila saya bisa belajar lebih objektif, akan baik pula buat diri saya.

Tuhan sendiri selalu menilai kita secara objektif. Dia yang tahu isi hati kita… Bukan melulu pada tas yang saya pakai, sepatu, baju dari butik/ disainer ternama atau baju dari pasar sebelah, rambut yang ditata salon terkemuka atau salon murahan. Bukan pula pada kekurangan yang saya miliki, tetapi kebaikan yang pastinya ada pada diri setiap manusia.

The Voice baru mulai tayang semalam di Asia dan saya kira, tak ada salahnya kita pun mulai belajar untuk lebih objektif dan tidak segera menilai seseorang berdasarkan kekurangannya semata.

Ah, saya jadi malu, karena terkadang terlanjur menilai negatif seseorang sebegitu gampangnya. Saya mau belajar lebih baik lagi. Tuhan, ajari saya, terima kasih.

Ho Chi Minh City, 22 Agustus 2011

@Copyright Fonny Jodikin

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

No comments:

Post a Comment