Wednesday, July 7, 2010

Juara



* liputan piala dunia ala Fonny:)


Piala dunia akhirnya bergema juga gaungnya di diri saya, walaupun jujurnya saya tidak mengikuti secara intens partai demi partai yang berlangsung. Saya hanya sesekali mengecek hasilnya dan setidaknya saya tahu grup mana yang akan berhadapan di Final yaitu Belanda vs Spanyol. Beberapa tim yang dianggap sanggup menjadi terbaik juga berguguran seperti Italia misalnya atau Inggris (yang walaupun saya tidak ingat permainannya, setidaknya saya ingat kerennya David Beckham dalam busana disainer papan atas di sudut lapangan hijau itu hahaha).

Intinya, setiap grup berlomba untuk jadi yang terbaik. Setiap dari mereka berlomba untuk jadi pemenang. Kalau bisa ya dapat piala dunialah, kira-kira begitu. Ada grup yang memang diunggulkan menjadi juara, nyatanya kalah terlebih dahulu. Dan sebaliknya ada grup yang tidak diunggulkan ya koq malah bisa melindas lawan-lawan yang lebih tangguh. Menjadi juara tentunya membutuhkan teknik permainan yang cerdas dan cantik, selain itu membutuhkan mental juara untuk memenangkan pertandingan. Koq tiba-tiba teringat partai Argentina melawan Jerman dengan hasil yang cukup mencengangkan 0-4. Kekalahan yang cukup telak. Karena kalah itu hal biasa, tapi kalau kalah telak? Rasanya sakit juga ya…

Seperti biasa, pembelajaran hidup kali ini berasal dari liputan piala dunia. Setiap dari kita selalu ingin jadi pemenang kehidupan ini, setidaknya jadi juaranya. Terkadang kita pernah menghalalkan segala cara, yang penting ‘GW’ menang. Yang penting saya juara. Tak peduli apa pun caranya. Mungkin dengan menyuap wasit, mungkin dengan kong kali kong (konspirasi) dengan pelatih lawan supaya menurunkan pemain-pemain cadangan saja pas pertandingan, mungkin dengan bermain kasar, yang penting saya menang. Walaupun itu berarti menghalalkan segala cara.

Ada kalanya, pemain-pemain kehidupan yang sportif saya jumpai. Berusaha yang terbaik, menang syukur kepada-Nya, kalah? Mungkin kecewa dan menangis, tetapi tidak henti berjuang untuk lakukan dan berikan yang terbaik. Wasit kehidupan kita, untungnya bukan tipe yang suka suap. Dia takkan bisa disuap dengan uang berapa pun, dengan barang berharga apa pun. Jadilah kehendak-Nya, itu saja. Kita malah tak selalu dibiarkan-Nya menang melulu, karena kita tak pernah tahu rasanya kalah-bangkit-dan belajar untuk jadi lebih baik dalam pertandingan kehidupan ini. Grup-grup di sepakbola atau juara dunia olahraga lainnya pun membuktikan bahwa mereka bukan selalu menang di tiap pertandingan, tetapi dengan keinginan untuk menjadi yang terbaik: mereka bangkit dan berjuang lagi dan tidak langsung menyerah begitu saja.

Mungkin kita tak selalu jadi juara di tiap babakan kehidupan kita, tetapi kita bisa mohonkan mental juara dari-Nya. Karena pertandingan kehidupan ini bukanlah lomba lari 100m yang harus kita selesaikan segera. Terkadang, hidup tak ubahnya lomba lari marathon yang membutuhkan stamina dan semangat juang sepanjang perlombaan untuk mencapai garis finish.

Jatuh-bangunnya kita. Menang-kalahnya kita…

Semuanya adalah tetap baik, selama kita punya mental juara yang terus lakukan perjuangan tanpa henti dalam hidup ini. Setidaknya, pada suatu saat nanti kita akan menyelesaikan pertandingan kehidupan ini dengan bangga. Bukan karena kita tak pernah kalah, bukan karena kita tak pernah gagal, melainkan kita terus berusaha: walau dalam perih-walau dalam tetesan air mata- untuk bangkit kembali dan berdiri tegar bersama-Nya, apa pun yang terjadi.

Semoga kita terus berusaha untuk memenangkan perlombaan hidup kita di dalam Dia. Bukan dengan iri hati dan dengki terhadap kesuksesan orang lain, tetapi dengan memberikan yang terbaik karena kita semua layak bermental juara dan menjadi kebanggaan-Nya. Sehingga akhirnya berkibarlah bendera-bendera pemenang kehidupan itu dalam naungan kasih-Nya.

Waving flag for the winners of life, yeahhh! :)

HCMC, 8 Juli 2010

-fon-


Sumber gambar:
maths.vn

2 comments: