Thursday, November 11, 2010

Lari


Aku mau lari! Itu kata hatiku.

Ke mana? Tanya sisi hatiku yang lain.

Ke mana saja! Yang penting bisa kudapati kedamaian di hati…


Aku tak mau tinggal seterusnya di tempat ini. Karena di sini, takkan kudapatkan apa yang kucari. Semua permasalahan yang melilit ini memuakkan, menyebalkan, dan mengesalkan.

Lari! Tujuanku belum pasti, tapi kebulatan tekadku sudah terpatri…

Aku pindah ke kota lain. Dengan harapan damai itu akan kudapatkan. Ketenangan yang kuimpikan serta selalu kurindukan. Awalnya kurasakan hal itu. Bahkan aku merasa inilah tempat idamanku. Namun, setelah sekian lama: permasalahan yang sama timbul lagi. Dengan orang yang berbeda tentunya, karena aku sudah tak berada di kota yang sama. Sudah berpindah-pindah. Aku bosan, muak, jemu, ingin pindah lagi.

Terus kulakukan. Dari pindah rumah, pindah kantor, pindah kota, bahkan pindah negara. Terus kucari dan kucari…

Mungkin kedamaian itu ada di sini?

Akhirnya kuberlabuh di sebuah kampung sepi. Terpencil. Tanpa banyak orang yang lalu lalang di sini.

Senyap merayap. Sang Kupu kepakkan sayap. Berdiri di bawah langit yang jadi atap.


Kutengadah.

Berharap bisa bungkam amarah. Malah teringat nasihat ayah:

“ Sabar, Nak! Kau takkan pernah bisa lari dari kenyataan. Kau takkan pernah bisa merasakan ketenangan dengan mencarinya di luar sana. Seberapa jauh kau lari, seberapa banyak tempat kausinggahi, takkan pernah kaujumpai damai itu selain dalam diri.”


Aku tertegun. Tepat ketika kunyalakan api unggun.

Terasa damai itu begitu anggun.


Ia datang. Sinarnya bak bintang.

Tak lagi kuharus berang.

Apalagi bimbang…


Damai itu ada di sini.

Hari ini.

Dalam hati ini.


Ho Chi Minh City, 11/11/2010

-fon-

sumber gambar:

etalk.sgu.edu

2 comments:

  1. Cukup membuaku mengerti akan hidup ini...
    ^_^

    ReplyDelete
  2. @ Dana: trims komentarnya... Ma kasih sudah mampir ke sini... Ya, setidaknya tiap hari adalah proses pembelajaran yang baru... tk care...

    ReplyDelete