Tuesday, April 26, 2011

Plakkk...

Mengapa konten dari doa saya cuma begitu-begitu saja? Kalau tak minta kaya, minta kondang, sehat, enteng jodoh, panjang umur, punya anak. Konten doa saya sangat mencitrakan doa seorang pengecut dan manusia yang mau menang sendiri? Sumber: Mari Menyaring, Parodi- Samuel Mulia kompas, 17 April 2011.

Saya baru kena tampar!

Bukan kena tampar dalam arti sesungguhnya. Tetapi, ketika membaca tulisan Samuel Mulia Hari Minggu yang lalu, saya terkena tamparan yang cukup dahsyat.

Plakkk…

Saya pegang pipi saya: tidak sakit… Tetapi, jantung saya koq berdetak lebih kencang? Kepala? Nyut-nyutan, pandangan mata jadi agak sedikit berkunang-kunang. Sebegitu parahnya kah efek kena tamparan rohani kali ini?

Selama ini, disadari atau tidak… Seringnya saya berdoa seperti yang dikatakan Samuel Mulia itu. Yah, kadang-kadang sih, berdoa juga: “ Jadilah padaku menurut perkataan atau kehendak-Mu.” Tapi, ya itu setelah doa yang sebelum-sebelumnya yang dipenuhi permintaan dan serba demanding terhadap-Nya…

Pernyataan Samuel Mulia di artikel tersebut bahwa kita maunya minta meluluuu, menyadarkan saya juga kalau selama ini saya pun masih begitu. Memang wajar sih, seorang anak minta kepada Bapa-Nya. Tetapi, kalau minta dan minta terussss dan maunya menang sendiri, yah itu nggak bener juga, ‘kan?

Saya pernah menuliskan puisi tentang doa. Beberapa di antaranya memang ditulis untuk menyadarkan saya pribadi kalau seharusnya saya mohon kekuatan dari-Nya untuk menghadapi keadaan yang ada. Bukan doa seenaknya yang menguntungkan saya senantiasa tentunya. Relasi dengan Tuhan tidak boleh disamakan dengan perhitungan matematis, ‘kan?

Saya jadi ingat puisi yang juga tercantum dalam salah satu bagian dari buku perdana saya: Chapters of Life-From Nothing Into Something. Sebuah puisi yang berjudul: Pintaku. Sungguh menampar saya dan mengingatkan saya kembali buat tidak egois dan mau menang sendiri… Seharusnya saya lebih memohonkan untuk kekuatan dalam menghadapi kondisi apa pun yang terjadi dalam hidup saya. Karena dalam iman saya percaya, Tuhan akan bukakan jalan bagi saya seturut kehendak-Nya…

Plakkk…

Tamparan itu tak lagi sekeras yang pertama… Semoga Anda tak perlu tertampar juga… Biar kita terus belajar untuk jadi anak-anak-Nya yang semakin dewasa dalam iman hari lepas hari…

Ini saya sertakan puisi tersebut buat mengingatkan kita semua…

Sungguh, dengan rendah hati saya akui: saya memang masih harus terus belajarrr tanpa henti untuk jadi anak-Nya yang sejati… Guide me, O Lord… Tuhan bimbinglah aku… Amin.

Pintaku…

Karya: Fonny Jodikin

Tuhan,

Terlalu sering aku meminta padamu.

Minta ini, minta itu.

Minta hal ini dimudahkan, hal itu dilancarkan.

Terlalu sering aku menganggap…

Relasi kita yang terbina lewat doa,

bisa menjadikanku memiliki jalur khusus

tanpa perlu antri ketika aku butuh sesuatu.


Kesannya egois.

Mencari-Mu ketika perlu.

Dan meninggalkan-Mu

atau lupa kepada-Mu,

ketika tidak butuh.

Itulah yang sering terjadi pada manusia.

Itulah yang terjadi pada kami, umat-Mu.


Tuhan,

Ketika kembali kusadari,

Yang seharusnya aku minta…

Bukanlah melulu kelancaran ini atau itu.

Bukanlah hidup tanpa masalah

Bukanlah kenyamanan senantiasa…


Namun…

Biarlah kupintakan:

Kekuatan menghadapi cobaan…

Keikhlasan menerima kenyataan…

Keberserahan terhadap apa yang sudah Kaurencanakan…

Kebesaran hati untuk terus percaya di dalam iman…

Kemauan untuk terus dekat dengan-Mu dalam susah dan senang…


Jadikan kami agar tetap setia kepada-Mu.

Bimbing kami agar tetap memilih jalan-Mu,

Walaupun banyak persimpangan dan jalan lain yang ditawarkan dunia.

Jadikan kami anak-anak kebanggaan-Mu.

Itu doaku.

Itu pintaku.

Amin.


HCMC, 21 April 2011

-fonnyjodikin-

*copas, forward, share? Harap sertakan sumbernya. Trims.

*tautan puisi Pintaku ada di: http://fjodikin.blogspot.com/2010/04/pintaku.html

4 comments:

  1. ini juga "menampar" saya mbak, saya sering minta dimudahkan ini itu, padahal tidak ada yang saya lakukan untuk Tuhan..

    ReplyDelete
  2. @Yudi: thanks for dropping by ya, Bro... Iya, kadang kita jadi terlanjur mintaaa terus tanpa introspeksi diri juga ya, apa yang sudah saya lakukan buat Dia dan sesama... Perenungan yang bagus:) yuk berbenah:) Salam dari HCMC...

    ReplyDelete
  3. keren banget tulisannya mas...

    Relasi dengan Tuhan tidak boleh disamakan dengan perhitungan matematis, ‘kan? <<< yang ini apalagi...dalaaaamm... :)

    salam :)

    ReplyDelete
  4. @Nufri: ma kasih, salam kenal kembali... Baidewei, buswei...Saya masih Mbak lho, belum ganti jadi Mas hahaha...Trims sudah mampir:)

    ReplyDelete