Dikaisnya tempat sampah itu. Ternyata hari ini dia cukup beruntung. Di tempat sampah yang baunya menyengat itu, dia temukan sebungkus nasi. Tepatnya sisa nasi
“ Jangan!” teriaknya spontan.
“ Kasih ke aku, Din!” suara itu garang dan mengancam. Sambil sudah menarik bungkusan itu dari tangan Didin.
“ Jangan, Mbak Puput! Didin sudah kelaparan setengah mati. Didin sudah berhari-hari tidak makan. Hanya minum air dan sisa biskuit dua hari yang lalu. Didin kelaparan! Jangan ambil!” Didin mulai menangis. Rasa lapar tak lagi mampu ditahannya. Didin, anak berumur tiga belas tahun itu, tak kuasa melawan Mbak Puput. Kepala pemulung di daerahnya yang lebih berkuasa, lebih berumur, dan lebih dewasa.
Sia-sia saja upaya Didin mempertahankan nasi bungkusnya. Mbak Puput merebutnya, menghabiskannya di hadapan matanya. Sementara Didin hanya gigit jari. Terpaksa lembaran roti tawar itu jadi makan malamnya. Sambil menangis kencang, ia merasa pelan-pelan ada satu perih tak terlukiskan di hatinya. Dia berjalan, duduk di sisi tong sampah besar, di daerah tempat tinggal pemulung yang terletak bersebelahan persis dengan tempat pembuangan sampah. Mbak Puput bergegas pergi, tak peduli. Menghampiri anak kecil lain bawahannya yang memiliki makanan hasil mengais dari tempat sampah juga. Mbak Puput memang tinggi besar, gemuk padat, dan selalu kelaparan. Perempuan berumur tiga puluhan itu selalu mampu mengambil jatah makanan anak-anaknya hari itu. Apalagi ketika mereka sedang tak beruntung kena inspeksi mendadak seperti nasib Didin.
Didin menangis, dia tak tahu harus makan apa dia besok?
***
Sementara di rumah tak jauh dari pembuangan sampah itu, di rumah bercat putih dan berpagar hitam yang tinggi menjulang, makan malam tengah terselenggara dengan sempurna.
Seluruh menu empat sehat
Namun, dia tak nafsu makan. Hilang semua seleranya, ketika baru saja Papi menelpon dan bilang tak akan makan di rumah karena tiba-tiba ada ‘meeting’ mendadak dengan para pemegang saham. Sementara Mami yang tengah sibuk dengan kegiatan sosialnya, berkunjung ke luar
Langsung ditujunya saja internetnya, tempat ia mencari hiburan atas kesepiannya. Mulai dari situs pertemanan, chatting, sampai musik online. Dan tak lupa, Sheila juga merambah situs-situs terlarang guna mencari kepuasan batin dan setelah itu dia mencari pacar yang diharapkan mampu mengisi kekosongan hatinya. Namun, tak juga ditemukannya yang sejati. Dia hanya terus jatuh dan jatuh lagi. Dari pelukan lelaki yang satu ke pelukan lelaki yang lain. Guna memuaskan rasa lapar dan dahaganya akan cinta.
Dan berharap suatu saat nanti, dia akan menemukan bahagianya.
***
Sheila dan Didin adalah gambaran yang nyata akan rasa lapar di sekitar kita.
Banyak sekali yang masih kelaparan di dunia ini. Di sekitar kita. Tetangga kita. Di jalanan di lampu merah, di sudut-sudut kumuh yang jauh dari gemerlapnya metropolitan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Lapar, menahan perut yang lapar, bisa membuat orang ganas. Dan bukan tak mungkin, hanya karena setengah nasi bungkus yang diperebutkan, terjadi
Tak kalah gawatnya adalah kondisi kurang kasih sayang. Lapar akan cinta, lapar akan kasih yang sejati. Yang tak pernah didapat dari keluarga. Tak dimiliki dari rumah, walaupun mungkin berlimpah harta dan hidup berkecukupan. Ketika orang tua tak lagi punya waktu yang cukup bagi anaknya. Ketika kesibukan cari uang, kesibukan cari popularitas dan kesibukan yang begitu menggoda di luar
Di sekitar kita, bahkan di rumah kita mungkin ada Sheila. Di lingkungan kita mungkin ada Didin. Mungkin kitalah Sheila itu sendiri. Mungkin Didin itu anak tetangga kita yang kita kenal. Mungkin dan mungkin….
Dunia ini penuh kelaparan. Mari kita yang tengah atau sudah lebih kenyang, berbagi kepada mereka yang menangis kelaparan. Kita bisa menjadikan dunia ini lebih baik. Setidaknya, dengan mulai membagikan apa yang kita miliki dan bersimpati dengan mereka yang kekurangan. Saling berbagi, semoga jadi kunci menuju dunia yang semakin penuh kasih. Semoga harapan ini bisa kita sama-sama wujudkan. Itu doa saya.
HCMC,
-fon-
Sumber gambar:
http://www.istockphoto.com/file_thumbview_approve/5205956/2/istockphoto_5205956-hungry-for-love.jpg
No comments:
Post a Comment