Wednesday, February 24, 2010

Serial Anak Kampung di Rantau (Bagian ke-5)



Kemarin seorang teman dari Jakarta datang. Si Jeng dan temannya datang memberikan kabarnya kepadaku. Dan kami janji bertemu di pagi hari. Di Pho 2000, pasar Ben Thahn. Dan akhirnya, jadilah aku ‘guide’ dadakan. Tanpa pengalaman berarti, tanpa banyak pergi sana-sini karena baru sekitar empat bulan mendiami tempat ini. Langsung… Belajar di tempat:)

Untungnya HCMC memusatkan tempat wisatanya di seputaran ‘district 1’. Tentunya kalau ada bagian yang cukup jauh yang ingin dihampiri adalah seputaran ‘Mekong Delta’ atau ‘Cu Chi Tunnel’ yang terletak di luar kota. Sementara aku sendiri belum pernah ke luar kota hehe…Karena pertimbangan membawa anak balita naik perahu kayu di sungai yang konon mirip seperti Sungai Musi di Palembang, pastinya bikin kami deg-degan juga.

Setelah puas berjalan-jalan seharian ke Kantor Pos, Balai kota (city hall), mencicipi pho dan makan siang ala Vietnam di satu restoran di jalan Pasteur, kemudian ke obyek wisata Reunification atau Independence Palace. Kami mampir ke Tax Center dan diakhiri makan es krim Bach dang yang ciri khasnya es krimnya di dalam kelapa. Asik dan segar. Namun, waktu juga yang memisahkan aku dan Si Jeng, karena anakku sudah hampir selesai sekolahnya. Dia sudah harus kujemput. Dan kami berpisah. Bye-bye, Jeng! Sampai jumpa di episode selanjutnya! Dan selamat melanjutkan perjalanan ke Hanoi ya, Jeng!

Hari-hari berjalan pelan. Atau cepat ya? Entah, kadang terasa cepat walaupun ada kalanya terasa pelan. Aku menikmati hari-hari dan aktivitas di sini. Oh iya, laporan seputar les bahasa Vietnamku, belum banyak mengalami kemajuan berarti. Kecuali angka-angka yang sudah mulai lancar dan memberikan ‘direction’ pada sopir taksi. Juga sedikit kalimat ketika ditanyai oleh para penjual barang di pasar Ben Thahn misalnya. Seringnya disangka orang Korea…Ciyeee… Dan langsung mengaku: toi la nguoi Indonesia… (Saya orang Indonesia:)). Kadang-kadang berasa grogi juga, kalau dihantam deretan kata-kata dalam Bahasa Vietnam. Seperti baru belajar Bahasa Inggris dan langsung ketemu bule dari British atau American, pastinya langsung gugup plus keringat dingin. Wong alfabet Vietnam aja masih belum hafal :) Pelan-pelan, belajar mengerti. Kalau masih belum ngerti juga, yaaaa…apa boleh buat…. Harap maklum, kan baru belajarnya total 2 bulan (kepotong pulang kampung dan libur anak sekolah)…:)

Kadang banyak orang bilang, “ Enak ya tinggal di Singapur!” (Itu yang sering kudengar ketika tinggal di sana beberapa waktu lamanya). Atau ada kalanya yang bilang, “ Enak banget ya, pindah negara lagi, bisa jalan-jalan!”

Satu sisi, memang ada benarnya. Namun di sisi yang lain, tentunya ada permasalahan yang tak terelakkan yang harus dihadapi. Semisal menghadapi rasa sepi. Mengatasi adaptasi tak kunjung henti. Dan hidup ‘ kan bukan melulu shopping di Orchard Road? Juga bukan melulu makan di restoran di hotel mewah di district 1 di HCMC? Kalau beli paket happy meal dari satu gerai makanan cepat saji, pastinya dapat French fries, burger, dan mainan. Nah, ini juga paket yang harus saya terima: jalan-jalan, pengalaman hidup di negeri orang, plus kesulitan yang harus dihadapi. Bukan membuat saya patah semangat sih, tapi seharusnya memang realistis. Hidup bukan melulu ‘Vivo City’. Hidup bukan melulu belanja di ‘Parkson’ di Le Thahn Ton ‘street’ di HCMC.

Ada hari-hari di mana rasanya komunikasi juga sulit di sini. Ketika aku harus membuat foto ukuran paspor, kami bertanya kepada resepsionis apartemen sampai kepada resepsionis kantor suami. Perlu waktu sekitar 15 menit buat mereka menyadari bahwa yang kami tanya BUKAN FOTOKOPI, melainkan cetak foto buat paspor…

Yah, begitulah, kadang-kadang pengalaman jaka sembung naik ojek alias nggak nyambung, Jek… juga terjadi di sini. Bahkan di Singapura yang notabene lebih mudah berkomunikasi karena pakai Bahasa Endonesa juga bisa ‘survive’ karena mereka mengerti Bahasa Melayu, di situ pun salah komunikasi bisa terjadi. Yang pasti memang tidak separah di HCMC…

Tapi, plus minus ada aja sih, di mana-mana juga ada susahnya ada senangnya. Dan semuanya itu memperkaya aku secara pribadi karena berkesempatan menikmati ini semua. Suka-duka, manis-pahitnya tinggal di rantau….

Sekian dulu episode kali ini. Sampai jumpa di episode berikutnya!

HCMC, 25 Februari 2010

-fon-

Sumber gambar:

http://farm1.static.flickr.com/60/167645967_6a4fbc813d.jpg

No comments:

Post a Comment