M-A-L-U
Pernahkah ini terjadi padamu?
Dulu waktu masih punya segala sesuatu dalam kecukupan,
bahkan kelimpahan.
Dulu ketika masalah tak banyak beterbangan.
Dulu ketika segalanya lancar dan seolah baik-baik selalu.
Membantu orang lain rasanya mudah, tulus, dan ikhlas.
Namun…
Setelah masalah bertubi-tubi datang.
Setelah segala kenyamanan ditarik.
Dan yang tinggal hanya kesedihan dan keterbatasan dalam hidup.
Tak lagi mampu melihat terang.
Bahkan menolong orang terasa beban.
Bukankah aku tengah berduka?
Bukankah aku tengah kecewa?
Bukankah aku tengah resah dan gelisah?
Jadi, buat apa kutolong orang lain?
Mereka saja tak peduli padaku.
Apa aku harus peduli pada mereka?
Sementara hari-hariku isinya hanyalah keluh kesah.
Menyesali dan mengasihani diri.
Tiba-tiba di suatu ketika…
Mataku terbuka sekali lagi…
Aku lihat orang yang jauh lebih susah mau membantu sesama.
Aku lihat orang yang lebih miskin,
memberikan makanan jatahnya hari itu kepada temannya.
Aku lihat orang yang tengah dirundung sakit dan
malahan memberikan senyum tulus suka cita.
Aku tertunduk.
Malu.
MALU.
M-A-L-U.
Malu hati.
Malu pada diriku.
Malu pada semesta.
Malu pada sesama.
Malu pada Tuhan.
Namun,
Aku mau.
MAU.
M-A-U.
Membenahi diri dan berjanji
Untuk membantu dengan tulus hati.
Tak peduli apa saja yang tengah kualami.
Sesulit apa pun keadaannya.
Semoga aku masih bisa berbagi.
Aku malu.
M-A-L-U.
Sekaligus aku mau.
M-A-U.
Berbagi.
Berbenah diri.
Menyongsong pagi.
Harapkan mentari.
Secercah sinar di dalam hati.
Menyala kembali.
Harapan bersemi.
Untuk jadi lebih baik lagi.
Mulai detik ini.
HCMC, 9 Februari 2010
-fon-
Sumber gambar:
http://farm4.static.flickr.com/3402/3588832812_c3e7d0e412.jpg
No comments:
Post a Comment