Thursday, August 13, 2009

Baik: Sebuah Keputusan

Ketika disakiti, tetaplah berbuat baik.
“ Bagaimana mungkin? Pengennya sih nonjok, bales, dan hancurin sekalian…”

Sesudah itu apa yang didapat dari melampiaskan emosimu?
“ Tidak banyak, cuma rasa lega.”

Betulkah hanya rasa lega? Adakah rasa lainnya?
“ Setelah leganya reda. Akan rasa bersalah yang besar. Karena terlalu emosional.”

Nah, itu dia…Ketika kamu terlalu emosional, kamu didominasi perasaan dan itu bisa berakibat fatal. Ketika kamu tidak lagi memakai akal budimu, sayang kan, kalau akibatnya terlanjur parah. Menyesal di kemudian hari tidak ada gunanya.
“ Tapi, biar saja. Aku rasa kepuasan itu akan sebanding dengan kehancuran musuhku yang kusaksikan dengan mataku sendiri. Lagian, ngapain sih tetep jadi orang baik? Jadi orang baik itu susah, gak ada untungnya, capek-capekin diri lagi. Mending jadi orang yang kurang baik, cenderung licik dan jahat sedikit, karena orang lain juga jahat, ngapain berbaik hati?”

Ketika keadaan tidak baik, tetaplah berharap dan setia.
“ Ini lagi, ngapain juga tetep berharap dan setia? Bukannya harusnya cuek aja? Kalo keadaan lagi gak baik, jadilah agak ‘licin’, biar bisa merubah keadaan jadi baik. ‘Kan keuntungan sendiri juga yang dicari. Gak usah pusingin yang lain…”

Berbuat baiklah kepada semua orang, seolah kamu melakukannya untuk Tuhan.
“ Stop…Stop! Baik itu apa sih sebetulnya? Definisi baik itu apa selalu seragam? Bukannya penjahat sekalipun, mungkin adalah orang baik bagi keluarganya. Pencuri itulah yang memberi makan anak-istrinya. Jadi, apa yang baik dan kurang baik menurut seseorang, mungkin berbeda dengan apa yang dianggap tidak baik oleh orang lain. Satu lagi neh, untuk Tuhan? Emangnya Tuhan bakal melihat hasil karya kamu? Jadi, balaslah sesekali kalau diperlakukan tidak adil. Ngapain kamu nrimo kayak gitu? Gak seharusnya, tauuu…”

Perang dalam diri terus berlanjut. Memang untuk berbuat baik, tidak selalu mudah, tidak selalu mungkin. Setelah dijahati sekian ratus kali, atau ribuan kali, dan dihadapkan pada pilihan untuk berbuat baik atau tidak, tentunya orang akan mengalami kesulitan.
Ketika melihat contoh yang kurang baik dari orang yang diteladani dan di’tua’kan, cenderung yang lebih muda yang belum begitu mengerti, akan meniru dan mengira itulah yang terbaik.
Padahal? Mereka belum tentu benar.

Definisi baik dan tidak baik dalam diri dan kaca mata seseorang mungkin berbeda. Namun, apabila dia keluar dari tempurungnya, akan didapati bahwa ada kebenaran universal tentang kebaikan yang tak tergoyahkan. Ada sebuah benang merah yang selalu didapati dari mengamati suatu kebaikan. Ada ketulusan, keikhlasan, penerimaan, pengampunan, kasih, dan kekuatan untuk melangkah di masa yang akan datang dengan senyuman. Hanya karena memilih melakukan kebaikan.

Pernah, seorang teman bercerita, seorang sopir taksi menolong korban kecelakaan, dan akhirnya perbuatan baiknya tidak dihargai, malahan dikira si sopir taksi lah yang menabrak sang korban. Pada kondisi demikian, dilema terjadi. Bila dihadapkan pada orang yang memerlukan pertolongan, masih haruskah kita memberikan bantuan? Atau mendingan cari amannya saja? Daripada nanti dikira kita adalah tersangka?
‘Play safe’ memang aman. Namun, bila hati bicara jujur dalam kebenaran dan kebaikan, akankah dia menolak melakukan kebaikan?

Kebaikan yang universal juga ada dalam faham yang benar tentang Sang Pencipta. Bahwa Dia dengan kebaikannya, tidak pernah tidak adil. Dia memberikan hal yang sama bagi orang yang baik ataupun yang jahat. Nafas kehidupan, angin, sinar matahari, dan segala fenomena alam. Ketika terasa dunia tidak memperlakukan kita dengan adil, tidak memperlakukan kita dengan baik, mungkin ini saatnya merefleksikan dalam diri kita sendiri, ada apa yang salah dengan diriku? Ada apa yang tidak beres denganku sehingga selalu merasa tidak diperlakukan sebagaimana seharusnya.

Apakah itu luka di masa lalu? Atau kepahitan yang begitu membekas seolah takkan bisa lagi mengecap manisnya dunia? Perasaan tertolak, perasaan seolah diri adalah korban kehidupan yang lahir dari sebuah kesalahan.
Ataukah derita tak kunjung usai yang rasanya melebihi kekuatan sehingga membuat diri hampir gila, frustrasi, dan stress setengah mati?

Tuhan itu baik. Hidup itu baik. Saya terlahir baik adanya.
Kalaupun kelahiranmu adalah ‘kesalahan’ di masa lalu, ini saatnya mempercayakan kepada-Nya, bahwa dalam kesalahan sekalipun, ada kebaikan juga. Bahwa dirimu yang lahir ke dunia ini, tidak pernah tidak diharapkan-Nya. Dia menuliskan segala sesuatunya dalam buku kehidupanmu.

Tuhan itu baik. Hidup itu baik. Saya percaya hidup saya penuh kebaikan dan saya akan mempraktekkan lebih banyak kebaikan bagi sekitar saya. Bagi dunia.
Dunia ini sakit, dunia perlu banyak kebaikan dari orang-orang yang memilih untuk menyadarinya, keluar dari kesakitannya dan tetap memilih berbuat baik.

Berbuat baik adalah pilihan.
Di antara baik dan jahat, ketika harus memilih…
Pilihlah yang baik.

“Baiklah… Kalau memang berbuat baik itu yang terbaik, maka aku memilih berbuat baik.”
Nah, gitu dong… Dalam kesakitan, dalam kepedihan, jangan berhenti berbuat baik.
Biarpun dilukai oleh orang yang dicintai sekalipun, jangan berhenti melakukan kebaikan.
Mungkin saat ini kebaikanmu tampaknya sia-sia, tak ada guna. Namun, suatu saat nanti, kau bisa melihat bahwa memang tidak pernah ada ruginya berbuat baik.
Well, well, well…Kebaikan bukan masalah untung rugi. Kayak bisnis aja… Ini masalah hati, masalah pilihan, masalah suara hati yang melangkah jujur untuk tetap bersih dari noda kejahatan.

“ Manusia kan kadang bisa berbuat jahat juga, kan gak bisa 100% baik terus.”
Betul, memang manusia tak sempurna. Tak mampu berbuat baik terus 100%. Tetapi ketika kau tak pernah berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kebaikan, kapan kebaikan itu sendiri akan tercapai?

Apa yang kita pikir terbaik, belum tentu di mata orang lain juga yang terbaik. Tapi, so what geto lho? Yang penting kita sudah lakukan yang terbaik yang kita bisa.
I’ve done my best, let God do the rest…

Singapore, 14 August 2009
-fon-
* yang sedang dalam kondisi hati yang kurang baik, namun tetap memutuskan untuk berbuat baik. Yipiieee! Sekarang mood-ku udah baik lagi…:)

3 comments:

  1. tetap berbuat baik walaupun disakiti..? baik..apa itu? akan jadi baikkah orang yang menyakiti kalau kita tetap baik..?? akan baikkah kita kalau tetap baik walaupun disakiti..?? baiklah mari kita berbuat baik dengan cara yang baik..!

    ReplyDelete
  2. tetap berbuat baik walaupun disakiti..? baik..apa itu? akan jadi baikkah orang yang menyakiti kalau kita tetap baik..?? akan baikkah kita kalau tetap baik walaupun disakiti..?? baiklah mari kita berbuat baik dengan cara yang baik..!

    ReplyDelete
  3. @ Nining: yuk mareee berbuat baik dengan cara yang baik...:)
    walaupun orang yang menyakiti kita tidak baik, biarlah waktu yang memprosesnya menjadi lebih baik.
    kita disakiti, asal kita gak menjadi orang yang nyakitin orang lain, soalnya kdg kita gak sadar, kita transfer sakit hati kita ke orang lain yang tidak seharusnya terima hal itu...

    anyway, trims udah berbuat baik bagiku dengan membaca tulisanku n ngasih komen huehehe...

    ReplyDelete