Thursday, August 20, 2009

Menisik Hati

Pulang ke rumah membawa bungkusan belanja. Hati Sonia senang tak terkira.
Belanja memang terkadang punya efek yang membahagiakan. Apalagi kalau lagi stress berat trus belanja, rasanya ada beban yang terlepas.
Memang sih, tidak selalu dibenarkan kalau orang boleh melampiaskan kemarahan atau stressnya dengan belanja. Harusnya ya mbok mawas diri dikit. Apalagi zaman susah kayak gini. Masih ada pekerjaan dan bisa makan saja sudah cukup. Tapi, kalau lagi stress, lagi-lagi Sonia tak mampu menahan hasrat belanjanya…
Duh, jadi pee r, nih…

Dilihatnya satu per satu. Dan matanya tertuju pada T-Shirt hitam yang langsung jadi kesukaannya hanya pada pandangan pertama. Bisa gitu, ya? Buat Sonia, bisa!
Love at first sight buat kaos hitam berinitial S itu. Seperti Superman. Sekaligus sama seperti namanya, Sonia.
Cocoklah pokoknya.

Dilihatnya dengan lebih teliti. Eh, kenapa di bagian belakangnya ada satu lubang kecil? Kecil sih, pastinya tak kelihatan kalau orang tidak memperhatikan. Namun, bagi Sonia yang perfeksionis, pastilah hal itu jadi masalah. Membelinya pas lagi ‘sale’, jadinya yah gak bisa dikembalikan atau ditukar.
Hiks….! Sonia mulai panik. Tapi dia tak kekurangan akal, diambilnya benang hitam, ditisiknya, pelan-pelan lubang itu mulai tertutup benang hitam dan dari jauh tak kentara kalau memang Sonia menisiknya.
Agak kecewa, tapi mau bilang apa, Sonia melanjutkan kegiatan tisik menisik, agar terlihat lebih rapi.

Sedang asyik menisik, tiba-tiba muncullah sesosok pria bertubuh jangkung, berkaca mata, dengan tubuh tegapnya. Suaranya agak cempreng, sedikit kurang sesuai dengan posturnya:

“ Lagi ngapain kamu, Nia?”

“ Lagi nisik baju, Dre.” Jawab Sonia, yang dipanggil Nia tanpa menoleh. Masih sibuk dengan pekerjaan yang lebih menarik hatinya. Menisik baju ber-initial S.

Lelaki yang dipanggil Dre itu juga tidak terlalu memperhatikan Sonia lagi. Bergegas masuk ke kamar tidur mereka dan menyalakan TV. Menonton acara favoritnya sampai menunggu makan malam disediakan si Mbak.

Nia menghela nafas. Andre atau Dre, adalah suaminya. Perkawinan mereka baru satu setengah tahun. Dan Nia mulai merasa bosan dengan semua rutinitas ini. Tak ada kata mesra, pelukan, atau sun sayang. Adanya hanyalah basa-basi layaknya orang yang baru bertemu. Aneh…
Ketika dia melirik ke arah kamar, sambil tangannya tetap asik menisik bajunya, Nia melihat Dre di tempat tidur, dengan posisi khasnya, sambil memegang remote. Kadang Nia pikir, remote lebih menarik daripada dia. Setidaknya remote itu lebih sering disayang suaminya daripada dirinya. Dan itu dialami di usia perkawinan sedini ini.
Hatinya tertusuk. Bukan saja impiannya kandas, tapi dia memang tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Asalkan Dre tidak selingkuh saja sudah bagus kali!

Nia melihat HP-nya. Ada sebuah sms yang masuk yang luput dari perhatiannya rupanya.
Dilihatnya, ooh… itu dari seorang pemilik butik, yang sering dikunjungi Nia. Namanya Adnan.
Adnan sering menginformasikan baju-baju baru pada Nia. Dan dengan kondisi pernikahannya yang membosankan dan bikin be te, Nia merasa perlu melampiaskan ‘shopaholic’nya dan toko Adnan menjadi langganan kesayangannya, karena baju-bajunya tidak umum, dari Korea, dan lucu-lucu.

Adnan malam itu bilang ada koleksi baju baru, Nia diharapkan datang. Of course, Adnan, besok ya… Besok aku datang!

***
Diam-diam, Adnan memperhatikan wajah Sonia. Cantik juga ujarnya dalam hati. Dan di antara sekian banyak pertemuan mereka, Adnan tidak sempat memperhatikan raut wajah Nia satu per satu. Rupanya, jika diperhatikan lebih seksama, kelihatan lebih cantik dan manis.
Adnan tahu, Nia sudah menikah. Dan dia merasa, Nia kurang bahagia. Sering terlihat di butiknya, Nia melamun. Nia memang pelanggan tetapnya yang tidak tanggung-tanggung kalau belanja, tapi Adnan menangkap raut wajah yang kadang cemberut, kadang bengong, dan jarang terseyum.
Adnan yang hendak menutup tokonya malam itu, memberanikan diri..

“ Habis saya tutup butik, mau minum kopi bareng?”

“ Boleh, “ Nia menjawab spontan. Sambil tersenyum. Kemudian baru berpikir, koq tiba-tiba sekali dia menjawab ajakan Adnan tanpa pikir panjang. Memang sih, suaminya, Dre, sedang keluar kota untuk tugas. Bukan sehari, tapi dua hari, mungkin diperpanjang.
Dan dia sendirian malam ini. Walaupun tak ada bedanya bagi Nia, sendirian atau tidak, tetap saja dia kesepian. Mending dia melupakan kesedihannya sejenak dengan minum kopi bersama Adnan.

Setelah itu, mereka melangkah ke gerai kopi yang buka sampai pukul 02.00 pagi. Adnan memang membuka butiknya agak telat, tidak secepat toko lainnya yang buka pukul 10.00 pagi. Adnan buka pukul 12.00 siang. Dan bagi Nia? Dia yang tidak bekerja, tidak ada masalah. Dia bisa pulang kapan saja. Lagian Dre tidak di rumah. Ngapain pulang cepet-cepet?

Hari itu mereka bertukar cerita. Ternyata Adnan orang yang amat menarik. Adnan mampu membuatnya tertawa ceria. Hal yang sudah lama tidak dialaminya. Adnan juga mampu menangkap hatinya dengan pesonanya yang mengingatkan Nia pada seorang model. Adnan memang tidak terlalu tampan, tapi badannya yang atletis dan pakaiannya yang necis tapi tidak melupakan kemaskulinannya, membuat orang pasti akan menoleh kepadanya. Tidak hanya wanita, terkadang pria juga.

Adnan akhirnya menawarkan diri untuk mengantar Nia pulang. Nia kebetulan hari itu tidak membawa mobil, dia berpikir dia akan naik taksi. Mobil mereka sedang di bengkel. Ada beberapa bagian yang perlu di-service.

***
Rumah Nia dan Dre yang bergaya minimalis, memang tidak terlalu besar. Namun, tiap detailnya memberikan kesan yang anggun. Mahal. Memang Dre menginvestasikan cukup banyak uang untuk istana mereka.
ISTANA? Nia tersenyum kecut. Mengapa istananya kekurangan cahaya? Cahaya cinta. Ah, sudahlah. Entah apa yang salah, Nia juga tak tahu. Dan dia tak bermaksud untuk cari tahu. Karena Dre juga tampaknya tak peduli. Buat apa? Bukankah dalam pernikahan tidak bisa hanya salah satu pihak yang terus berusaha mengupayakan yang terbaik? Bukankah pihak yang lainnya juga harus melakukannya?

Nia tidak menawarkan Adnan untuk masuk ke rumahnya. Walaupun ada bagian yang sangat kuat dari hatinya untuk mengajak Adnan masuk dan melanjutkan percakapan penuh keceriaan itu tadi, namun ada bagian lain dari hatinya yang mencegahnya. Bagian itu yang lebih kuat untuk saat ini. Dia memutuskan untuk menghentikan keceriaan itu, bukankah besok-besok masih ada waktu?

Dibukanya pintu rumahnya. Adnan masih memperhatikan Nia sampai masuk rumah. Adnan merasakan bahwa Nia gadis yang amat menarik, dan pelan-pelan, rasa suka itu muncul….Ah, jarang-jarang, boleh dikatakan tidak pernah terjadi, dia jatuh cinta secepat itu, kepada pelanggannya. Tapi Nia memang istimewa. Setidaknya di mata Adnan.

Nia masuk ke kamar tidurnya. Didapatinya Dre sedang duduk melamun.

“ Dre, koq sudah pulang???” Nia amat terkejut. “ Bukannya kata kamu besok paling cepat?”

“ Meeting hari ini dibatalkan. Pembelinya sudah terlanjur terbang ke negara asalnya karena ada rencana mendadak. Jadi, tadi aku tidak berangkat. Aku sudah telpon kamu, sms kamu, tapi kamu tidak jawab sama sekali. Itu bikin aku khawatir, tahu?” Dre memandang Nia cemas.

Dan tatapan Dre itu, tatapan itulah yang membuatnya jatuh cinta. Dan sambil pelan-pelan melihat Handphone-nya. Dia melihat bahwa HP-nya masih dalam silent mode. Entah kepencet, entah memang dia sempat membuatnya silent, Nia lupa. Ternyata ada 10 missed calls dari Dre dan 8 sms. Smua dari suaminya.

“ Kamu ke mana aja, Nia?” Tanya Dre.

“ Aku ke butik langganan, kebetulan ada barang baru. Bagus dan lucu-lucu. Sori, pulangnya kemalaman dan gak ngasih kabar, karena aku pikir kamu pulangnya besok.” Jawab Nia.

“ Gak pa-pa, “ Jawab Dre pelan. Sambil pelan-pelan memeluk Nia. Nia merasakan kelembutan, kehangatan, yang dia rindukan. Yang sudah sekian lama tidak ia rasakan. Dan memang, dia satu sisi mengetahui bahwa Dre tengah stress berat dengan pekerjaannya. Pergantian management di kantornya, target yang tak ada habisnya untuk dikejar, membuat Dre terlalu capek ketika sampai di rumah.

Dalam pelukan Dre, Nia berjanji dalam hati, untuk menjadi istri yang lebih baik. Menjadi istri yang lebih mengerti. Memang hatinya terluka selama Dre mencuekkan dia dan menganggap TV lebih memberikan relaksasi baginya. Tetapi, sebagaimana Nia menisik baju barunya, kali ini Nia ingin menisik hatinya. Menambalnya dengan cinta yang pernah ada di antara mereka. Dan sebetulnya cinta itu masih ada, hanya Nia yang merasa sudah tak memilikinya lagi.

***

HP yang sudah dikembalikan ke mode general, tiba-tiba berbunyi. Isinya? SMS untuk Nia, dari siapa lagi kalau bukan dari Adnan.

“ Thanks for tonight and sweet dream, sweetie!”

Ah, kalau saja tadi dia mempersilakan Adnan masuk, habislah dia. Satu sisi, perasaan bersalah juga timbul di hati Nia. Nia merasa tidak seharusnya dia senang-senang sementara Dre menunggunya dengan cemas di rumah. Dengan missed calls dan SMS sebanyak itu, Nia mengerti, pastinya Dre cemas.

“ Dari siapa?” Tanya Dre

“ Oh, dari butik langgananku itu tadi.” Jawab Nia pelan masih dengan perasaan tidak enak hati.

Dan Nia menghapus sms itu. Adnan memang menarik. Tapi dia juga tak ingin menodai janji perkawinan yang mereka ucapkan 1.5 tahun lalu. Walaupun kondisinya sudah amat membosankan, walaupun dirinya amat merasa kesepian dan tak diperhatikan, walaupun Adnan amat menarik, sumpahhh Nia tertarik. Tapi cintanya memang sudah diberikan kepada Dre. Sisanya, adalah mempertahankan cinta yang pernah ada itu dan membuatnya kembali membara.
Cinta bukan cuma perasaan. Ketika Nia menyadari hal itu, dia berkata dalam hati, cinta adalah keputusan. Keputusan untuk mencintai dalam keadaan apa pun.
Nia tersenyum, kembali memeluk suaminya dan bertekad….menisik hati mereka berdua dengan cinta.

Singapore, August 20, 2009
-fon-
* pas liat tisikan baju di satu kaos-ku kemarin, terciptalah cerpen ini :)

No comments:

Post a Comment