Saturday, December 26, 2009

Being Mom: Imajinasi



Beberapa hari yang lalu ketika main dengan Odri, aku diingatkan kembali soal enaknya menjadi anak-anak. Bebas berimajinasi!

Odri: “ Eat this donut, Mama!” (sembari menyerahkan disk Tom and Jerry-nya)

Fon : “ Okay, Xie Xie, Odri!” (Terima kasih, Odri).

Tidak berhenti sampai di situ, dia membayangkan disk itu juga adalah pizza. Dan kami pun pura-pura melahapnya, sambil minum air mineral atau ‘iced lemon tea’ imajiner pula. Slurppp! Segarnya :P

Belum lagi ketika malam tiba, di tempat tidur kami, dia bermain perosotan dan ‘skate board’ dengan bantal guling dan bantal kepala kami plus tambahan selimut tentunya. Imajinasinya juga timbul ketika bermain jual-jualan es krim dan pura-pura memakannya. Rasa es krim favoritnya masih ‘strawberry’, walaupun kami juga pura-pura makan es krim imajiner rasa coklat dan vanila. Pokoknya, dari segala barang yang ada, bisa diimajinasikan sebagai mainan dan permainan.

Terkadang dia juga suka jual-jual barang mulai dari buku, celengan, minyak telon dan bedaknya, sampai salep miliknya. Semua ditransaksikan dengan pertanyaan, “ How much, Mama!” Karena kebiasaan kami di Singapura dulu, saya selalu menjawab, “ Two dollars (dua dollar)”

Itulah permainan yang tengah kami mainkan saat ini. Di saat umurnya mendekati tiga tahun dalam beberapa bulan ke depan. Saya menikmatinya dan saya bersyukur untuk tiap detik yang ada bagi saya untuk menyaksikan perkembangannya. Memang capek, memang meletihkan, tapi ada sisi lain yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kepuasan batin seorang ibu. Terlepas dari tangisan ataupun ‘grumpy’ nya ketika kurang tidur, lapar ataupun ketika keinginannya dilarang tetapi dia masih ngotot (itu sisi lain yang tak terelakkan juga). Itulah suka-dukanya menjadi ibu…:)

Imajinasi dan kreativitas…

Imajinasi yang dimulai di saat kita masih kanak-kanak, terkadang menemui benturan-benturan yang menyakitkan ketika kita beranjak dewasa. Dalam hidup-suka atau tidak- kita harus menghadapi kegagalan, kita harus menghadapi kekecewaan karena kenyataan tidak sesuai harapan. Dan tanpa sadar, pelan-pelan keinginan untuk berimajinasi ditunda, ditinggalkan dan imajinasi terkadang harus mati/layu sebelum berkembang. Tentunya ada pula imajinasi yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, seperti fantasi seksual yang berlebihan dan cenderung aneh. Atau imajinasi yang terlalu tinggi dan tak teraih, semisal jatuh cinta pada seorang artis ternama dan menginginkannya menjadi kekasih. Ketika tak berbalas, terkadang membuat orang yang pribadinya kurang seimbang menjadi nekad dan melakukan tindakan kriminal seperti pembunuhan terhadap beberapa artis oleh penggemarnya atau mengancam dengan tindakan kekerasan. Tentu saja, bukan imajinasi semacam ini yang harus dipupuk.

Aku hanya membayangkan misalkan mereka yang diharuskan dipenuhi imajinasi dalam pekerjaannya. Sebut saja pelukis, penulis, pencipta lagu, koreografer, sutradara (atau penulis naskah film), mereka yang bergerak di bidang iklan yang harus menciptakan iklan atau ‘jingle’ iklan yang pesannya mudah dicerna dalam waktu 30 detik dan masuk ke dalam ‘otak’ dan hati masyarakat. Untuk mereka-mereka yang tugasnya seperti itu, tentunya mencari ide-ide segar adalah kebutuhan setiap saat. Akan baik bagi mereka, ketika keran-keran ide mengucur seperti air yang mengalir ketika keran itu diputar. Tetapi ada kalanya keran itu mandeg, tak mengalir, berhenti begitu saja. Ada waktu-waktu di mana ‘mood’ sedang tak ramah dan serasa jauh dari ide dan inspirasi. Dan mereka dituntut untuk rileks sejenak dan kembali dengan ide-ide segar. ‘Fresh from the brain and heart.’

Imajinasi dan kreativitas juga dituntut bagi siapa saja. Bagi karyawan di kantor, bila mereka kreatif, biasanya bisa mendapatkan perhatian dari atasan dan memperoleh kenaikan gaji bila ide yang diungkapkan memperoleh masukan positif. Sebagai ibu rumah tangga misalnya, juga diharapkan kreativitas dalam pengelolaan keuangan, dalam memilih menu masakan harian sehingga tidak menyajikan menu yang itu-itu saja setiap harinya. Tukang taksi yang memiliki ‘handphone’ bisa memanfaatkan teknologi untuk menerima pesanan secara langsung dari para penumpang yang merasa senang dengan pelayanannya mengemudi dengan baik misalnya. Kreativitas diperlukan di mana saja, kapan saja. Dan berpikir kreatif, hendaknya menjadi suatu kebiasaan. Ketika satu masalah muncul, kemampuan seseorang berpikir kreatif bisa menjadikan hal tersebut sebagai peluang baru dan bukan melulu ancaman.

Imajinasi dan kreativitas anakku membawaku kepada permenungan, bahwa apa pun keadaan kita, apa pun profesi kita, apa pun panggilan kita di saat ini, membutuhkan kreativitas tersendiri. Aku sering memohon kepada Yang Kuasa untuk menuntunku menuju ke arah kreativitas. Karena aku percaya, kreativitas sejati yang berasal dari-Nya tak akan berhenti sampai kapan pun. ‘I can do all things through God who strengthens me’. Tuhan menguatkan aku untuk melakukan banyak hal, sekaligus untuk melalui banyak permasalahan secara kreatif. Ketika suatu tantangan kelihatan begitu besar, itulah saatnya untuk berpikir kreatif dan mohon kepada-Nya agar kreativitas diperluas serta ditambahkan kepada kita.

Imajinasi tetap ada, di mana saja, kapan saja. Masalahnya, terkadang kita sendiri yang memblokir dan menghalanginya untuk berkembang karena stres, depresi, dan kegagalan masa lalu. ‘Think creatively!’ Dan meminjam istilah yang terus didengungkan oleh mentor saya di dunia menulis, ‘think outside the box’.

HCMC, 28 December 2009

-fon-

* trims to Odri untuk ide penulisan ini buat Mama. You’re my source of inspiration. Love you :). Juga buat Lini untuk ‘think outside the box-nya.’ Ma acih ya :)

sumber gambar:

http://www.archann.net/html/illustration/IMAGINATION_by_archanN.jpg

No comments:

Post a Comment