Monday, December 21, 2009

Mama…



*** Persembahan buat Mamaku

Ho Chi Minh City, 22 Desember 2009

Hari Ibu

Ma,

Apa kabar? Sudah lama tidak mengirim surat seperti ini. Aku baik-baik saja, Ma. Aku ingat, surat-surat seperti ini adalah surat yang biasa Mama kirimkan ketika aku kuliah di Jakarta. Dengan setia, Mama mengirim kerupuk dan kemplang Palembang kesukaanku, dan beberapa barang kebutuhan lainnya yang tampaknya sepele alias kurang perlu, tapi Mama selalu mengingatnya sebagai kebutuhanku di rantau. Kali ini, aku ingin membalas surat-surat Mama itu ke dalam surat elektronik untuk menuangkan perasaanku.

Ma,

Mungkin Mama tak pernah tahu, bahwa tangan Mama yang sekarang mulai berkerut dan berkeriput itu, dari dulu amat membantuku. Teringat ketika aku terjatuh ketika mencoba meraih ring tempat bergelantungan seperti ‘monkey bars’ di zaman sekarang ini, Ma. Dan sebelum sempat meraih bulatan itu, aku terlanjur jatuh. Kakiku sakit dan kondisinya parah. Berminggu-minggu aku terbaring di rumah. Sudah dipanggil tukang urut langganan ke rumah, sudah ke sin she, tapi belum juga sembuh. Kupikir aku akan pincang, atau kakiku takkan kembali seperti semula. Akhirnya, Mama yang tiap malam mengurut kakiku dengan campuran ramuan yang ada beras kencurnya. Aku tidak ingat sisanya campuran itu apa saja, tapi yang pasti Mama dengan setia setiap malam membalurkan sekujur kakiku. Sampai sakit itu hilang, sampai sakit itu tergantikan dengan setiap kelembutan usapan Mama yang kurasakan. Aku sembuh!

Ma,

Waktu aku mau kuliah ke Jakarta, aku ingat, aku sangat sedih. Mama juga sama sedihnya. Dasar kita sama-sama perasa dan mudah meneteskan air mata ya, Ma…Kita menangis tak kunjung henti. Tapi, aku tahu, hidup berjalan. Aku harus pergi untuk melanjutkan kuliah. Walaupun waktu itu aku amat memikirkan Mama. Siapa yang bakal bantu Mama ‘mixer’ kue bolu kukus yang Mama titipkan di pasar? Karena semenjak Papa jatuh sakit dan hampir tak bisa kerja keras, Mama yang turun tangan membantu keluarga kami. Aku harus katakan, aku mengagumi ketegaran Mama. Di balik keibuan dan bagi sebagian orang ‘kelemahan’ karena terkesan lembut, Mama tetap ‘perkasa’ di mataku. Perkasa, karena sepeninggal Papa, Mama tak pernah berpikir untuk kawin lagi. Padahal ada beberapa pria yang mencoba mendekati Mama. Mama setia untuk menyediakan waktu sepenuhnya bagi anak-cucunya. Aku terharu dan berterima kasih.

Ma,

Mungkin Mama tak pernah tahu, sampai hari ini, di mana segala yang Mama lakukan sudah menjadi ‘slow motion’. Karena usia, karena kecepatan yang semakin menurun, karena kondisi yang tak seprima dulu. Oh, Mama masih kuat, itu betul, tapi dengan berjalannya waktu, Mama semakin hati-hati dalam melakukan segalanya. Aku tetap berterima kasih, untuk waktu yang Mama sediakan bagi kami. Membesarkan kami, merawat kami, sampai kami jadi seperti hari ini.

Belum lagi, ketika tangan yang sama, memandikan anakku. Mencuci popoknya. Terima kasih, Ma. Sungguh dari hatiku yang terdalam. Terima kasih untuk semua waktu yang masih bisa kita nikmati bersama. Terima kasih untuk semua cinta dan perhatian tanpa pamrih yang Mama berikan. Melihat apa yang sudah Mama kerjakan bagi kami, malu rasanya bagiku untuk menyebut diriku Ibu yang ideal, karena bagiku yang ideal sudah menjadi contoh selama hidupku. Tentu Mama tidak sempurna, tapi bagiku Mama hampir sempurna. Mama tak pernah menuntut lebih, Mama sangat menerima, Mama sangat baik.

Maafkan aku, Ma…Kalau aku terkadang pernah melontarkan kata-kata yang menyakiti Mama. Disengaja maupun tidak. Yang pasti, dalam hatiku, tak pernah kumaksudkan kata-kata itu untuk melukai Mama. Aku tidak selalu bisa mengontrol mulutku, tapi aku sadar, bahwa Mama mampu melakukannya.

Terima kasih untuk setiap contoh yang Mama berikan. Kesaksian hidup Mama, jauh lebih berarti dari apa pun teori tentang ‘motherhood’ atau ‘parenthood’ yang pernah kubaca atau kudengar.

Selamat Hari Ibu, Ma! Juga buat seluruh ibu di seluruh dunia. Kita tak bisa selalu bisa meninggalkan harta berlimpah kepada anak kita, tapi semoga kita bisa meninggalkan kesan mendalam lewat tingkah laku sehari-hari. Seperti yang Mama lakukan. Seperti yang Mama goreskan dalam hidupku.

‘I’m proud to be your daughter’. Aku bangga punya Mama seperti Mama!

Salam penuh cinta dari anakmu,

-fon-

* Selamat Hari Ibu untuk semua Mama di seluruh dunia. Terberkatilah Ibu dan doaku semoga diberi kekuatan baru menghadapi hari-hari mendatang…

Sumber Gambar:

http://www.irvinehousingblog.com/images/uploads/20095early/mothers_day_03.jpg

No comments:

Post a Comment