*** Belajar dari Farmville bagian kelima (terakhir).
Akhirnya, secara resmi, Facebook (FB) di-banned. Beberapa minggu lalu, guru Bahasa
Pada saat saya menuliskan artikel berjudul “Layu”, sebetulnya saya sudah menyiapkan judul di atas sebagai bagian keempatnya. Namun, akhirnya ‘layu’ yang lebih mendominasi ‘mood’ menulis saya di kala itu, dan dia yang selesai terlebih dahulu…
Di FV, saya menikmati reward atau penghargaan. Sebagai berikut:
Local Celebrity Achievement
This award is based upon how many neighbors or friends you've added. The ribbons are yellow, white, red and blue. Accordingly, you'll receive a boost of 10, 20, 50, 100 XP or experience points as well as a bonus of 1,000, 2,500, 5,000 and 10,000 bonus coins.
Good Samaritan Achievement
You're awarded for how many neighbors farm you visit and help out. For the yellow ribbon you'll get 25 XP points and 1,000 bonus coins. White will earn you 50 XP and 2,500 coins to spend in the market. The red ribbon means a 100 XP and 5,000 coins towards spending. Blue ribbon gives you a boost of 500 XP and 10,000 whopping bonus in coins!
High Roller
Just for earning coins you'll be rewarded. How fantastic is that? Earn enough coins for the yellow ribbon get a boost of 50 XP, 500 coins and gifted a hay bale. White is an extra 100 XP, 2,500 coins coins and a butter churn for your farm. Red Ribbon translates to 250 XP, 5,000 coins in the bank and a wheelbarrow to help you harvest. The grand blue ribbon earns you 1,000 XP, 10,000 coins and a fabulous little hay wagon. Start making those coins, farmer!!
A Pretty Penny
This award is pretty generous, for all the coins you're spending on crops and various items on your farm you'll be rewarded a little something. No coins are given here but you will receive 50 XP, 100 XP, 250 XP and 1,000 XP accordingly for the yellow, white, red and blue ribbons. Wait, check your gift box because you'll be rewarded for a rest tent, fruit stand, grain stilo and a wind mill according to each time you earn that new ribbon. So don't bother wasting your precious coins and wait out the gifts. (sumber: http://www.associatedcontent.com/article/2355136/ribbon_achievement_rewards_on_farmville.html).
Belum lagi penghargaan berupa Green Thumb, Tree Hugger, Not Spoiled-Gifted, dan masih banyak penghargaan lainnya yang saya juga tidak jelas bagaimana cara mendapatkannya. Yang pasti pundi-pundi koin saya bertambah dan nilai untuk mendekati level tertentu semakin meningkat. Jadi ya, terima saja.
Saya lalu berpikir, pada dasarnya memang manusia senang dihargai. Setelah mencapai banyak kebutuhan, kebutuhan akan penghargaan menempati kebutuhan keempat di bawah kebutuhan aktualisasi diri dalam piramida kebutuhan berdasarkan Abraham Maslow yang terkenal itu.
1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.
Secara jujur, mari kita tanya pada diri kita sendiri. Siapa yang tidak suka dipuji? Siapa yang tidak suka dihargai? Siapa yang tidak suka menerima ‘reward’? Semua orang suka, semua orang senang. Walaupun pada dasarnya, ketika terus-terusan menerima penghargaan semacam ini, terkadang membuat orang menjadi lupa daratan dan sombong. (Tidak semua sih, tetapi beberapa bisa menjadi lupa diri). Atau menambah narsisme yang bersangkutan. Atau menganggap diri lebih baik dari orang lain dan cenderung merendahkan orang lain. (Apa yang saya sebutkan adalah efek negatif dari pujian atau penghargaan yang berlebihan yang mungkin terjadi). Namun, saya tidak pernah menampik kebaikan dari pujian dan penghargaan itu sendiri bila diungkapkan secara tulus.
Seorang anak yang hidup dalam penghargaan akan menjadi pribadi yang lebih tangguh ketimbang dia yang selalu dikritik, disalahkan, dihina, dan menjadi korban sinisme dari orang tua. Si anak bisa menjadi anak yang luka batin, menderita kepahitan berkepanjangan, hanya gara-gara ‘hinaan’ yang tampaknya sepele namun dilakukan setiap hari. Walaupun si anak juga perlu diberitahu tentang kesalahannya, diajari cara yang benar, namun tidak perlu rasanya terus menerus memojokkan dirinya.
Bagi yang pernah hidup di dalam kungkungan kekerasan verbal, tentunya maklum dan mengerti apa yang saya maksudkan. Kekerasan bukan hanya dalam bentuk fisik, namun dalam bentuk verbal juga. Seperti kata-kata kasar seorang suami kepada seorang istri yang diterima Sang Istri selama dua puluh tahun pernikahan mereka. Bahwa Sang Istri ‘bodoh’, ‘tolol’, ‘tak becus mengurus anak dan keuangan rumah tangga’, ‘rasa masakannya bak air di bak mandi atau lebih kasar lagi bak air comberan’ dan kata-kata bernada hinaan lainnya. Siapa yang bisa tahan hidup dalam kondisi seperti ini selama puluhan tahun? Cinta? Rasanya sudah meluap pergi. Tanpa sisa. Bertahan demi anak atau demi status daripada jadi janda, mungkin itu yang akhirnya jadi pilihan untuk tetap bertahan dan tidak bercerai.
Begitu pun dengan Sang Suami yang diduakan. Karena Sang Istri sering selingkuh dengan mantan pacarnya sendiri. Sang Suami dibandingkan dalam hubungan suami istri dan dianggap tidak becus dalam memenuhi nafkah batin Sang Istri. Belum lagi, ketidakmampuan suami memenuhi kebutuhan finansial keluarga dan membuat Sang Istri harus bekerja dan menjadi banyak tingkah sekaligus lupa diri bahwa mereka harusnya sama-sama bahu-membahu dalam satu biduk rumah tangga. Bukan sebaliknya, saling caci-maki dan saling hina.
Itu adalah contoh-contoh kekerasan dalam bentuk verbal yang mungkin terjadi di tengah kompleksnya hubungan berkeluarga. Saya tidak bisa mengatakan bahwa rumah tangga yang saya jalani adalah sempurna. Karena saya sadar, kami jauh dari itu. Kami hanya saling belajar untuk menjadi pribadi-pribadi yang mampu bertahan dalam apa pun yang terjadi nantinya dengan berpegang pada yang kuasa. Belum lagi dalam mendidik anak di zaman seperti sekarang ini, memikirkannya pun terkadang sudah ‘keder’ sendiri. Sudah kuatir saja bawaannya. Namun, lagi-lagi, tak ada yang lebih baik selain mempercayakan segalanya kepada yang di atas, kepada Tuhan sendiri.
Tuhan sendiri sering menyebut anak-anaknya sebagai kesayangan-Nya. Dalam Bahasa Inggris diistilahkan sebagai ‘ the apple of His Eyes’. Kesayangan-Nya bagi saya sudah merupakan penghargaan tersendiri. Belum lagi, Dia pun menuliskan nama kita di telapak tangan-Nya, itu berarti Dia memang menginginkan kehadiran kita di dunia ini. Segala sesuatu bukan kebetulan. Walaupun Anda adalah anak yang akan diaborsi namun hidup sampai sekarang, Tuhan menginginkan dan mengizinkan kehadiran Anda di dunia ini.
Penghargaan demi penghargaan dari Tuhan membuat diri saya menemukan kedamaian. Karena saya diterima. Dunia boleh menolak saya. Orang tua boleh menolak anaknya. Teman boleh menolak teman lainnya. Pacar boleh menolak kekasihnya karena tidak lagi merasa cocok. Namun, tidak demikian halnya dengan diri-Nya. Dia selalu menerima kita. Lagi dan lagi. Walaupun kita salah, kita berdosa, kita merasa amat tak pantas di hadapan-Nya. Dia tetap menghargai kita. Menerima kita apa adanya.
Dan akhirnya, penghargaan tertinggi saya kembalikan kepada Sang Pencipta. Yang sungguh layak menerima segala hormat, pujian dan syukur. Dari hati saya yang terdalam. Tanpa dia, saya dan Anda, bukan siapa-siapa. Segala kebaikan yang kita terima berasal dari-Nya.
HCMC,
-fon-
* farewell to FV. Terima kasih FV buat inspirasi 5 tulisan saya. Thank God untuk segala penghargaan dan penerimaan yang bisa kita nikmati sampai hari ini :)
sumber gambar:
http://media.photobucket.com/image/farmville%20rewards/simplethink03/flowersribbon_farmville.jpg
No comments:
Post a Comment