Wednesday, February 24, 2010

Memori




Kulirik wajahnya yang ramah, berkali-kali. Padahal aku tengah di gereja. Aku tahu, tak seharusnya kulakukan hal ini. Apalagi ini tengah misa. Tapi, apa boleh buat, aku terpana melihatnya. Lagi. Karena wajahnya yang rasanya pernah kukenal di masa lalu itu muncul lagi. Kuingat-ingat kembali lembar demi lembar memori di masa lalu. Adakah terselip wajah itu?

Semakin kuamati, semakin yakin aku. Dialah orangnya. Dengan tubuh mungil, kaca mata dan senyum ramahnya, bagaimana mungkin aku bisa lupa? Dengan wajah yang tak terlalu lekang dimakan usia, di balik jubah susternya, dia masih kukenang dengan indah.

Sehabis misa.

Kuhampiri dia dan kutanyakan padanya:

“ Apa betul, Suster adalah Suster M? Kepala sekolah SD X tahun 19zz?”

“ Iya, betul. Siapa, ya? Lulus tahun berapa?” Tanyanya ramah sambil senyum itu tak lepas dari bibirnya.

“ Saya Fonny, suster, masuk tahun 19zz.” Jawabku cepat.

“ Setelah itu, masuk SMA Y di tahun sekian sekian juga?” tanyanya lagi.

“ Iya, Suster. Lho, memangnya Suster ada di situ juga?” Rupanya memoriku akan SD lebih bagus daripada memoriku di SMU.

“ Iya, Suster ada di situ. Dan sekarang, Suster sudah pensiun. Paling mengajar agama, membagikan komuni, dan mencangkul di sekitar tempat tinggal Suster.” Jelasnya.

Aku hanya menatapnya, kagum. Di usianya yang ke-72, dia masih gagah. Kuat dan sehat. Belum lagi tubuhnya yang mungil itu tetap sama seperti yang kukenang lebih dari dua puluh tahun lalu.

Sementara kami ngobrol, banyak orang berdatangan. Hanya untuk menanyakan sesuatu kepadanya, mengucapkan salam padanya, atau sebaliknya dia yang mengucapkan selamat hari raya Imlek bagi yang merayakannya. Obrolan terhenti karena hari sudah menjelang malam, karena aku misa sore hari itu. Dan Suster bilang nanti ketika Rabu Abu, dia akan datang di misa pagi, kalau aku mau aku bisa datang di misa pagi dan bertemu dengannya.

Rabu pagi. Rabu abu.

Kutemui dia lagi di pagi itu. Tambahannya ada mamaku dan ibu guru SD-ku yang wajahnya juga tak berubah dan konon kabarnya masih lajang. Aku senang bernostalgia di gereja yang juga menjadi tempatku bersekolah SMP dulu. Sekolahku terletak di belakang gerejanya. Jadi, dulu semasa bersekolah, ini adalah tempat di mana aku sering bercengkerama bersama teman-teman atau berlari mengitari sekelilingnya ketika pelajaran olahraga.

Percakapan itu singkat. Namun, kesannya mendalam. Aku bahkan masih ingat bahwa ada satu huruf yaitu huruf ‘t’ yang diulang dua kali di nama Suster tersebut. Dia memang ramah. Tidak semua biarawati memang punya keramahan yang sama. Tapi, anggaplah aku beruntung menemukannya dalam dirinya. Yang sampai hari tuanya tetap tak mau tersentuh teknologi. Tak punya handphone, tak mau punya email, fesbuk, atau yang lainnya. Mungkin bagi sebagian orang aneh, tapi bagi dia…Dia tetap ingin punya ketenangan hidup yang tak tergoyahkan. Karena terkadang teknologi membuat sibuk para penggunanya, tanpa memedulikan sesama-sekitar-bahkan keluarga. Apalagi yang menderita. Terlalu sering teknologi itu mendekatkan yang jauh dan ironisnya menjauhkan yang dekat. Suami/istri/ anak di depan mata, tapi sibuk dengan tuts BB-nya.

Aku berjalan pulang dengan Mamaku. Menuju ke salah satu pasar tradisional untuk berbelanja. Hari masih pagi, sekitar pukul 07.45.

Hatiku diliputi kehangatan, keharuan.

Ah, pulang kampung memang selalu membangkitkan banyak memori yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Aku berdoa buat Suster dan Guru-guruku, semoga kalian diberi kesehatan selalu. Tak terlupakan kebaikan kalian, tak terlupakan perjuangan kalian dalam mendidik kami. ‘Kan kubawa sampai akhir nanti. Terima kasih.

HCMC, 24 Februari 2010

-fon-

* catatan pulang kampung pas Imlek lalu.


Sumber gambar:
http://th08.deviantart.net/fs7/300W/i/2005/206/a/4/I_m_Falling_Into_Memories____by_smashmethod.jpg

5 comments:

  1. Fem, somewhere di lapang hatta hehe...samo dak SD kito?:P

    ReplyDelete
  2. nice sharing...Thank's Fon dah memberi semangat untuk selalu mendoakan guru-guru yang telah berjuang bagi kita, walau terkadang kita tak tau bahkan mengabaikannya....

    ReplyDelete
  3. @ Angela: trima kasih:) Iya, kebetulan ketemu guru SD yang sudah lebih dari 20 tahun lalu gak kontak. Dan jadi mellow...Senang lihat mereka masih sehat, aktif, bahkan masih mengajar:) Ada guru SMA yang sudah meninggal juga sih... Tapi yang pasti mereka sudah ambil bagian dalam mendidik kita ya:)

    ReplyDelete
  4. oh lain kalo cak itu
    aku sd-nyo somewhere di belakang charitas wkwkwkwk

    ReplyDelete