Tuesday, January 30, 2007

Leaving My Comfort Zones

Dear all...
Ini kolom Shalbe g deadline bulan ini...
Harusnya seh masuk majalahnya awal Feb or sedang dalam proses pengerjaan, editing n stuff...
Enjoy yah... Untuk sementara ini tulisan mungkin agak berkurang soalnya lagi in the middle of studying utk Ujian Saham di sini... Susah jg krn peraturan melulu isinya n hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya, tapi daripada nganggur yah dikerjaken saja...
Thanks for your attention n tk care all... God bless...
-fon-


Leaving My Comfort Zones


Dear citylighters...
Salam dari Singapura!
Hari-hari belakangan ini hujan melulu di Singapura dan kalo hujan gak kira-kira bisa seharian tuhh, gimana dengan cuaca di Jakarta?
Semoga gak separah di sini yah... Karena di Johor, Malaysia udah terjadi banjir yang hmmm lumayan gede lho... Dan akhir2 ini cuaca makin tidak bisa ditebak... Moga-moga semuanya baik2 aja. Kita berdoa aja untuk itu ya...

Hari-hari ini aku membayangkan suatu kejadian yang pernah terjadi dalam hidupku, yaitu saat aku harus pindah kota dari Palembang menuju ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Bukanlah suatu hal yang mudah, meninggalkan keluarga di sana, teman-teman, lingkungan yang sudah kukenal dengan baik, but the show must go on. Demi masa depan yang lebih baik, mau gak mau hal itu harus dilakonin juga...

Citylighters tentunya pernah menghadapi kejadian seperti itu juga dengan skala yang berbeda mungkin? Ketika lagi enak-enaknya, nyaman-nyamannya dengan satu lingkungan tertentu, ehh... ortu memutuskan untuk pindah rumah atau pindah kota, bahkan mungkin pindah negara?? Kita udah terbiasa dengan sesuatu yang kita bisa sebut sebagai comfort zone atau translation yang sering aku baca adalah zona nyaman.

Dari satu website di internet, aku peroleh definisi Comfort Zone adalah sebagai berikut:
The Comfort Zone is our living, work, and social environments that we have grown accustom too. It determines the type of friends we make or people we associate with. It determines a life style we accept or reject .

Yang kurang lebih begini neh... Zona nyaman (comfort zone) adalah kehidupan, pekerjaan, dan lingkungan sosial kita, di mana kita sudah terbiasa dengan itu semua. Termasuk dalam pemilihan teman atau orang yang berhubungan dengan kita, juga menentukan gaya hidup yang kita terima atau tolak.

Jadi sesuatu yang membuat kita udah terbiasa n merasa nyaman... Dan kita semua tau kalo mengubah kebiasaan itu bukan sesuatu yang mudah, for example kalo kita dah terbiasa nulis dengan tangan kanan, tiba-tiba tangan kanan kita sakit, apa pun alasannya- mungkin jatuh, mungkin keseleo, atau karena apa saja, terus harus nulis dengan tangan kiri, kebayang kan susahnya??

Dan itu yang terjadi sama g, saat g harus pindah kota n ninggalin sesuatu yang udah jadi kebiasaan g... G harus adaptasi lagi, cari temen lagi, cari tempat tinggal lagi, n membiasakan diri dengan kehidupan kota itu...
Tapi hasilnya, kalo g flash back neh... Tokh sukses jg, g mendirikan comfort zones yang baru di Jakarta. Sampe punya temen n kehidupan plus semua yang ada di Jakarta...

Now, ketika harus pindah lagi ke Singapore, g merasakan hal yang sama. Betapa enaknya kalo g ada di Jakarta, ada siomay-batagor-bakso, ada banyak temen yang setia buat saling curhat, ada kerjaan yang udah pasti, ada komunitas n pelayanan yang juga udah jelas, ada mobil. Semuanya udah ok banget tuh...
Tapi selain itu juga, Jakarta punya beberapa hal seperti kemacetan, deg-degan kalo nyebrang jembatan depan kantor masih g rasakan sampe terakhir kalo g nyebrang, dan itu gak terjadi di Singapura... G ngerasa aman-aman aja... Tapi kalo di sini ke mana-mana musti lebih mandiri, naik bus atawa MRT karena kalo naik taksi melulu, lama-lama bisa gempor haha... (pssttt di Jakarta, g juga nggak sungkan naik busway n taksi lho.. cuma terakhir baca2 tentang perampokan taksi yang makin marak mau gak mau bikin g extra hati-hati dalam pilih taksi or malah kalo perlu telpon aja biar pasti gitu...). Belum lagi adaptasi dengan lingkungan baru, temen baru yang baru segelintir n bisa diitung dengan jari...

Eniwei, moving or pindah bikin kita kehilangan suatu kenyamanan, suatu kebiasaan, dan itu berarti kita harus membiasakan diri dengan suatu hal yang baru yang mungkin sama sekaliii lain dengan kebiasaan kita sebelumnya. Jakarta, Palembang, Singapore, Sydney, Los Angeles, atau Jayapura sekali pun, tentunya punya plus minus masing-masing..
Cuma memang terkadang kenyamanan itu bikin kalo sudah duduk lupa berdiri (meminjam slogan suatu iklan di masa lalu). Saking enaknya g pribadi mungkin merasa malas untuk move on, padahal tanpa g sadari, pindah dan meninggalkan comfort zones adalah suatu hal yang biasa. Amat biasa malah terjadi dalam kehidupan ini, n gak ada cara lain kecuali mengikuti arus hidup ini... Not alone, but with God!

Terbayang dalam pikiran g gimana yah kalo jadi misionaris yang harus pindah sana-pindah sini sesuai dengan tugasnya? Mungkin karena mellow n terbiasa dengan keteraturan, kepindahan atawa perubahan bisa berarti ketidaknyamanan karena keluar dari keteraturan itu...

Hmmm... hidup emang gak mudah. Maunya sih kenyamanan stays the same atau malah majuuu terus. Karir maju, sekolah maju, pindah ke satu tempat baru semua udah beres, tinggal terima bersih. Itu sih enak banget n perfect condition yah... Tapi impossible n gak realistis sama sekali...
Kepindahan baru-baru ini mengajarkan g, tidak ada yang lebih baik yang harus g lakuin selain percaya bahwa Tuhan selalu beserta kita, di mana pun kita ditempatkan... Tentunya Dia punya special plan for each of us, dan kalo itu berarti kita diharuskan pindah ataupun mengalami suatu perubahan yang ninggalin comfort zones kita, satu hal yang harus kita yakini, bahwa Dia tetap SETIA, DIA nggak pernah ninggalin kita barang sedetik pun... Dia pasti memberikan rancangan yang terbaik buat kita...
Ayat di alkitab ini bikin g tambah ngerasa g gak ada jalan lain kecuali mempercayakan diri g pada penyelenggaraan Ilahi karena Dia Allah yang SETIA.

Sebab itu haruslah kauketahui bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan. (Ulangan 7:9)

So, seharusnya nggak jadi masalah, di mana pun kita ditempatkan, mau diutus ke tempat seperti apa keq ... NO PROBLEMO! Karena kita yakin bahwa Allah adalah setia, dan Dia selalu nemenin kita. G gak bilang bahwa prosesnya bakalan mudah karena proses itu pasti terjadi yah dan penyesuaian pastinya diperluin banget... Justru dengan demikian bagus banget kalo kita bisa fleksible bersama Allah yang setia meninggalkan comfort zones kita menuju anak tangga berikutnya yang Tuhan sediakan buat kita... Dan itu berarti membiarkan diri kita dibimbing oleh Allah dalam setiap langkah hidup kita...

SO, apa comfort zones kamu hari ini??? Temen2 kamu, sekolah or universitas kamu yang keren, kerjaan kamu yang ok banget, tempat hang out kesukaan yang spesial sekaleee or temen-temen pelayanan satu tim yang kompak banget? Nikmati itu semua dengan rasa syukur, karena g berusaha realistis neh, kita gak pernah tau kapan Tuhan mau ngajak kita untuk ninggalin comfort zones itu dan mengikuti Dia ke satu rencana lain yang sudah disiapkan buat kita... Kadang hati kita mungkin berontak, tapi gak ada cara lain untuk pada akhirnya surrender ourselves to God, Dia yang paling tau apa yang terbaik untuk kita...
Cherish every moment that you have, tapi jangan terlena... Percayalah bahwa Tuhan adalah Allah yang setia yang selalu ada n membimbing kita di setiap detik hidup kita... Dan bukankah harusnya kita juga sadar, bahwa itu semua berasal dari DIA, so kenapa harus complain ketika DIA menarik itu semua dan memberikan suatu petualangan baru dalam satu chapter baru di kehidupan kita??
Selamat merenung n berefleksi!

Leaving my comfort zones, it's ok koq, karena Allah besertaku... Amen...

Singapore, Januari 2007
-fon-

No comments:

Post a Comment