Hari Jumat ketika aku pergi ke
Sesampainya di Novena Church, aku langsung memberikan uang 10 dollar. Karena argo taksi menunjukkan angka SGD 8.40, aku berharap mendapatkan kembalian SGD 1.60. Dan aku agak bengong plus sedikit terpana, ketika kembaliannya ternyata SGD 2.50. Aku masih melongo, entahlah kenapa juga hari itu reaksiku tak secepat biasanya, ketika dia menjelaskan bahwa dia merasa salah ambil jalan. Sehingga terkesan merugikanku. Bedanya sih hanya 90 sen. Tapi yang kulihat adalah dedikasinya pada pekerjaannya, kemauan untuk memberikan yang terbaik dan tidak merugikan penumpangnya. Sambil turun dari taksi, aku masih memegang uang SGD 2.50 dollar itu sambil berpikir. Hmmm, biasanya akan kukembalikan dan kubayar secara penuh argonya, kenapa hari itu tidak kulakukan? Ketika aku berpikir hendak kembali ke taksi tersebut, sang pengemudi sudah terlanjur bergerak menjauhiku… Dan aku tak sempat mengejarnya.
Ya sudah, aku menerimanya kali itu. Aku juga tak memperhatikan siapa namanya karena rata-rata taksi di sini aman, jadi tidak usah mengingat-ingat nama si pengemudi. Yang penting, ingat naik taksi apa, ketinggalan barang pun bisa dilacak dengan mengatakan kepada operator taksi bahwa aku naik taksi di pukul sekian dari taxi stand A menuju gedung B misalnya.
Hari itu aku berjanji dalam hati untuk meniru profesionalisme semacam ini. Bukan, aku bukan pekerja kantoran. Aku hanya Ibu Rumah Tangga yang gemar menulis. Aku hanya berpikir, kalau tiap aspek kehidupan bisa dijalankan secara baik, dengan penuh dedikasi, dengan sepenuh hati… Akan terlihat keseriusan dan orang pun akan respek karena kejujuran dan dedikasi dalam setiap hal yang dilakukan. Bukan masalah uangnya, bukan pula nilainya. Karena selisihnya hanya 90 sen. Dikalikan kurs yang kira-kira Rp. 7.000, hanya Rp. 6.300 saja. Tapi, dia – sang pengemudi taksi Trans Cab
Tidak semua sopir taksi melakukan hal tersebut. Tetap saja ada sopir taksi yang nakal, sedikit mutar-mutar, baru sampai ke tujuan. Atau tidak mengembalikan uang kembalian 10 sen atau 20 sen (biasanya di sini sampai sen terkecil pun mereka kembalikan, bukti profesionalisme juga? Mungkin!). Dan taksi pun bisa dibayar dengan Credit Card ataupun Debit Card (istilahnya NETS). Namun, ini tidak berlaku bagi semua taksi… Hanya taksi dengan merek-merek tertentu saja.
So, Uncle Sopir Taxi yang taksi-nya kutumpangi hari itu… aku sangat respek padamu! Mungkin kita akan bertemu kembali suatu saat nanti, tapi kalau pun tidak sempat bertemu lagi karena aku pun akan pindah dari negeri ini, aku percaya kamu akan sukses. Karena kejujuran dan profesionalisme itu terbina dari hal kecil, dari 90 sen saja… Tetapi bila itu dipupuk, aku yakin itu bisa jadi 90 dollar, 9000 dollar, atau bahkan 9 juta dollar. Aminnn :)
Kejujurannya amat membekas di hatiku. Hare gene? Jujur? Basi, tauuu! Mungkin itu ungkapan yang sering kita dengar. Tapi, hare gene, tukang taksi jujur?
Hidup membawaku belajar lagi. Lagi dan lagi. Biar melalui kejadian kecil bersama sang pengemudi berdedikasi tinggi… Kupegang kembaliannya dan kumasukkan ke kantongku. Kulangkahkan kaki masuk ke gereja untuk ikut Misa Jumat Pertama. Terima kasih Tuhan, Kau mengajarkanku satu pengalaman sederhana hanya untuk mengingatkanku sekali lagi untuk setia pada perkara kecil. Karena dari perkara sekecil itu lah, Tuhan akan siapkan untuk perkara-perkara yang lebih besar. Tugas kita hanyalah tetap setia. Amin.
-fon-
* bukan jumlahnya, tapi kejujurannya…itu yang berkesan di hatiku…
sumber gambar:
http://mayang.com/textures/Architectural/images/Signs/metal_number_ninety_345.JPG
No comments:
Post a Comment