*** Belajar dari Farmville
Bukan, saya bukan ketagihan narkoba. Bukan juga saya ketagihan zat-zat adiktif lainnya… : ).
Beberapa waktu yang lalu, saya baru ketagihan permainan yang ada di Facebook (FB). Mungkin agak terlambat bila dibandingkan mereka yang sudah mulai sejak lama, tapi akhirnya saya bergabung juga. Jumlah dan jenis permainannya memang banyak, tetapi sejujurnya saya tak pernah tertarik sebelumnya. Bukannya kenapa, karena saya di sini sendiri dan harus mengerjakan pekerjaan rumah plus mengasuh seorang putri di usia aktif mau tak mau membuat saya tak mau terbebani dengan permainan semacam itu. Nanti bisa-bisa saya hanya duduk terpaku di depan komputer dan semua pekerjaan saya terbengkalai. Tertunda karena saya memilih untuk menunda itu semua demi duduk di depan komputer semata. Dan itu sudah terjadi sebentar ketika saya main ‘ typing maniac’, permainan yang mengukur kecepatan mengetik ditambah sedikit strategi dengan menghentikan huruf, memperlambat, dan segala variasinya.
Saya tahu, saya tidak sendirian ketika ketagihan. Kelihatan dari teman-teman saya yang juga aktif dengan berbagai macam permainan di FB ini. Mulai dari Mafia Wars, Yoville,
Typing maniac tidak berlangsung lama, karena saya ternyata cukup cepat merasa bosan dengan permainan ini. Atau memang pribadi saya yang cenderung pembosan dan kurang suka main ‘game’? Mungkin juga itu yang jadi alasannya. Tetapi permainan yang baru saya tekuni ini memang berbeda. ‘Farmville’ membuat saya betah berkebun di ladang milik saya. Betah menanam, melihat hasil, mengirimkan dan menerima hadiah, menerima penghargaan atas kerajinan saya berkebun di ladang saya berupa uang dan kenaikan tingkatan tertentu. ‘Level’ tertentu membuat saya mampu membeli jenis buah atau sayuran tertentu, alat bantu tertentu seperti traktor, dekorasi tertentu seperti pagar kayu atau pagar berwarna hijau, dan seterusnya. Dan saya pun merasa senang menerima bantuan dari tetangga ataupun teman lainnya dan merasa bahagia pula membantu ladang mereka dari gangguan macam-macam hewan pengganggu tanaman. Semakin lama, semakin asyik saya bermain di dalamnya. Sampai satu titik saya pun kembali tersadar (dan untungnya itu tidak terlalu lama) kira-kira satu minggu kemudian, saya mulai mengontrol permainan ini agar tidak membuat saya mabuk kepayang dan terlalu ketagihan. Akhirnya, kendali tetaplah ada di tangan saya. Bukan di tangan permainan itu sendiri. Saya sempat sedikit tergoda untuk bermain sebagai juru masak di ‘Café World’ namun karena harus ditunggui dan bila tidak ‘burger’ yang dimasak bakalan rusak dan tak bisa lagi dijual, akhirnya saya memutuskan untuk sementara ini tak hendak lagi bermain aktif. Cukup saya memandangi ladang saya saja dan itu sudah membuat saya bahagia. Sementara waktu saya masih bisa digunakan untuk bermain bersama anak, mengobrol bersama suami, membereskan urusan rumah tangga, dan… menulis!
Tapi di balik ketagihan yang agaknya cukup kuat mempengaruhi, bila masih dapat dikendalikan oleh diri kita, ‘Farmville’ masih menyisakan banyak hal positif yang patut saya angkat karena ternyata ‘Farmville’ sempat mengajarkan saya untuk :
· Bersabar menunggu hasil. Walaupun memang menanam di permainan ini terbilang cepat… Raspberry bisa tumbuh dalam waktu 2 jam dan siap dipanen dan strawberry tumbuh dalam waktu 4 jam siap panen. Kapas panen dalam 3 hari, sapi harus diperah susunya setiap hari. Sapi ada sapi biasa, sapi merah jambu, dan sapi cokelat. Belum lagi ternak lain seperti: bebek, kelinci, babi, kuda, kambing, sampai anak gajah. Setidaknya saya menantikan hasil dari apa yang saya tanam. Mengingatkan saya agar dalam hidup saya bisa menanam kebaikan dan tak terburu-buru menunggu hasil. Menanam kerja keras dan tidak terburu-buru ingin lihat hasilnya. Bersabar menunggu penggenapan setiap janji-Nya dalam hidup saya. Berusaha menerima proses menunggu sebagai sesuatu yang tidak menjemukan, tidak membosankan, karena saya belajar untuk menikmati waktu menunggu itu dan bersabar sampai waktu-Nya tiba bagi apa pun yang Dia ingin wujudkan dalam hidup saya.
· Berpikir taktis dalam strategi bercocok tanam. Menginvestasikan uang yang ada di kas saya dengan bijak. Mau beli apa, beli yang mana, semua dipertimbangkan. Memang untungnya resiko gagal terbilang kecil, misalnya buah yang tidak dipanen terlanjur busuk dan rusak. Tapi, setidaknya kita belajar berinvestasi dengan uang yang ada dan belajar mengatur keuangan dengan baik.
· Ringan tangan terhadap tetangga atau sesama pemain, membantu mereka yang membutuhkan bantuan. Dari membersihkan daun, menghalau rubah yang mengganggu tanaman, menghalau burung gagak, sampai kepada membersihkan tanaman liar yang mengganggu. Semua dikerjakan dengan rela, walaupun memang akan mendapatkan ‘reward’ atau penghargaan berupa uang, namun azas saling membantu yang lebih saya tekankan ketimbang uang yang tidak seberapa juga. Mengingatkan saya untuk tetap berusaha sedapat mungkin membantu orang lain yang tengah membutuhkan bantuan. Walaupun kondisi saya bukan dalam kondisi prima tanpa masalah, tetap berusaha menolong dalam setiap kesempatan semampu saya. Karena kita juga makhluk sosial yang tak mungkin hidup sendirian. Suatu saat pun, saya pasti membutuhkan bantuan orang lain, sama seperti suatu ketika akan ada seseorang yang butuh pertolongan kita.
· Belajar menata ladang saya sesuai keinginan saya. Dengan dekorasi yang indah sampai bertemakan ‘Halloween’, semua ada pada pilihan masing-masing. Dengan warna-warni jerami, kolam, pagar, tempat piknik ataupun tempat barbeque, semua ditata. Dekor-nya sesuai keinginan saya. Membuat saya berpikir, sudah saatnya bagi saya untuk lagi-lagi menata kehidupan saya dengan lebih baik. Untuk hal-hal yang kurang baik, kurang teratur, kurang disiplin, saya mau merapikan kembali hidup saya. Dengan tetap jadi diri sendiri, sesuai diri saya. Hidup yang tertata lebih baik, mudah-mudahan akan membawa perubahan diri atau transformasi yang lebih baik pula.
· Belajar menampung ‘lonely pink cow’ ataupun ‘brown cow’ yang tidak punya teman. Sapi merah jambu dan sapi cokelat itu saya tampung dan saya tawarkan kepada teman-teman saya. Adakah yang mau menerima mereka? Saya pun menampung sedikit-sedikit sapi dari teman saya. Moga-moga saya mau menampung jiwa-jiwa yang kesepian di dunia ini. Mereka yang hidup dengan kekuatiran tingkat tinggi, mereka yang saya kenal, mereka yang mencurahkan dan mempercayakan permasalahannya kepada saya. Karena dunia ini penuh juga dengan orang yang kurang kasih. Penuh dengan orang-orang yang semakin cuek dan individualistis, sehingga mungkin kesepian yang melanda orang terdekat kita pun tak terdeteksi. Saya pun tidak selalu mampu mengetahui kesepian semacam itu yang terjadi pada orang-orang di dekat saya, di sekitar saya. Namun, saya akan berusaha…
· Melihat tetangga yang berhasil tanpa menjadi iri. Belajar dari mereka yang sudah memulai permainan ini jauh sebelum saya, tanpa menjadi iri. Karena mereka sudah meluangkan waktu begitu banyak demi permainan ini. Dan kalau saya ingin maju, saya pun harus rajin. Dalam hidup, sama saja saya kira. Tidak iri pada mereka yang berhasil. Bertanya kepada mereka supaya kita bisa berhasil juga. Dan bekerja ekstra keras. Dengan giat berusaha, suatu saat keberhasilan akan jadi milik kita.
‘Farmville’ sudah mengajarkan saya hal-hal baik yang bisa saya terapkan pula dalam hidup ini. Untungnya saya tidak ketagihan. Dan saya tidak mau ketagihan sampai saya tak mau melakukan hal-hal lain yang lebih penting: bercengkerama bersama keluarga. Orang-orang yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari kita daripada Facebook, internet, ataupun Blackberry (bagi pemakainya). Setidaknya, hari ini saya belajar hal-hal yang bisa pula diterapkan dalam hidup dari permainan ini.
Singapura, 24 Oktober 2009
-fon-
sumber gambar:
http://bachelorettefiles.f
saya terpikir hal yang sama. namun sebatas terpikir.. tak tertulis..
ReplyDeleteterima kasih udah menulisnya.. membuat saya jadi ikut mengingatkan diri.. ^_^
Terima kasih Oeni Dian...:)
ReplyDeleteYuk maen farmville lagi hehe...upss... nulis lagi maksudnya :)