Detik-detik menuju hari Batik…
Awalnya tidak ada rasa yang ‘wah’ atau lebih, ketika berpikir ingin mengenakan pakaian batik. Jujur saja, koleksi batikku di sini hampir tidak ada. Dan tadinya aku pun berpikir hendak membelinya. Tetapi, ketika kubuka lemari pakaian Ibu Mertua yang sudah ada di Jakarta, ternyata dia masih menyimpan sehelai blus batik bertangan tiga perempat. Lumayan, modelnya cukup modern dan masih bisa kupakai. Dengan gerak cepat, kemarin langsung kucuci dan kujemur. Bahannya pun tidak mudah kusut, sehingga tidak disetrika pun tidak terlalu kelihatan. Jadi, sambil menunggu kering, aku mencari-cari info tempat pembelian batik di Singapura ini. Karena di Singapura juga ada beberapa tempat yang menjual Batik, apalagi setelah serial Little Nyonya yang menceritakan kehidupan Cina peranakan berlangsung sukses. Kebaya dan kain batik langsung naik daun di sini. Jadi, seharusnya tidak sulit.
Upaya lain yang ingin kulakukan adalah melakukan ‘hunting’ batik di sini. Singapura memiliki beberapa tempat yang menjual batik, walaupun tidak sebanyak dan sebagus Indonesia. Akhirnya aku bertanya pada seorang teman di sini yang sering jalan-jalan menyusuri setiap sudut Singapura dan tentunya lebih banyak tahu ketimbang diriku yang kebanyakan menjaga putriku. Hasilnya dia bilang, beberapa tempat memang menjual batik. Di Chinatown ada satu tempat, satu stand kecil. Di Geylang Serai yang merupakan pusat penjualan barang-barang Melayu dan Indonesia, juga ada. Dan di dekat Mesjid Sultan (Sultan Mosque) yang tidak jauh dari MRT Bugis, juga banyak karena sepanjang jalannya menjual pernak-pernik sebagaimana layaknya di Pagoda Street di Chinatown. Tetapi, nara sumberku itu mengatakan, kalau sudah ada satu saja cukuplah. Tak perlu membeli. Soalnya sayang juga karena batik yang dijual di sini tak sebagus dan tak sehalus buatan Indonesia. Selain itu harganya pun tidak murah. Jadi, akhirnya aku pun tidak melakukan ‘hunting’ juga karena membawa seorang anak umur 2 tahun lebih saat ‘hunting’ dengan deadline satu hari, tentunya juga tidak mudah kulakukan. Akhirnya? Pakai batik yang ada. Yang ternyata dari Pekalongan, lho! Lumayan juga...:)
Tampil Apik dengan Batik…
Akhirnya hari ini, aku jadi juga pakai batik. Atasan batik, bawah tetap celana jeans hehe… Hampir saja aku lupa, karena mempersiapkan diri agak terburu-buru hari ini. Untungnya aku buka Facebook agak pagi dan melihat status teman-teman di Indonesia yang semuanya ber-batik ria. Jadi, kuambil blus batikku dan siap pergi dengan batikku.
Di dekat sekolah anakku ada pasar tradisional yang tertata rapi. Namanya wet market di sini. Di wet market, tentunya aku tampil beda dengan batik. Karena sekelilingku didominasi kaos polos atau garis-garis dan celana pendek. Tipikal orang-orang Singapura dan aku pun terikut serta juga berpakaian seperti itu kadang-kadang :)
Di wet market, ada satu uncle yang memakai batik. Umurnya mungkin sekitar 60-an dan wajahnya memancarkan senyuman. Pssst, saling bisik-bisik dalam hati…mentang-mentang sama-sama pakai batik! Tahu sama tahu…
Lalu, kukunjungi teman sekolah Audrey yang juga orang Indonesia. Sama-sama dari Jakarta. Sekali melihat kedatanganku dalam balutan blus batik, mereka serentak mengganti pakaian mereka dan ikut kompak mengenakan pakaian batik. Biru dan kuning. Melengkapi milikku yang coklat muda. Betul-betul aku tertarik melihat orang-orang ber-batik. Menarik, apik, dan cantik!
Dan setelah itu, kulanjutkan perjalananku ke Novena Church, karena hari ini adalah Jumat pertama. Aku mau misa di sana. Di Novena Church, aku duduk di bagian tengah. Di depanku, kira-kira 5-7 baris di depanku, ada dua orang ibu yang memakai batik. Ah, senang melihatnya, mereka pun tampil apik dengan batik. Yang satu berwarna cokelat muda, hampir senada dengan warna dasar blus-ku yang juga cokelat muda namun yang kupakai juga didominasi corak berwarna cokelat tua. Dan seorang ibu yang lainnya mengenakan baju batik warna merah muda. Mungkin tepatnya merah-oranye.Siapa bilang orang tak bisa tampil apik dan cantik dengan batik?
Setelah pulang, kuganti baju batikku yang terkena keringat setelah menggendong puteriku. Aku bukan seorang yang amat tergila-gila pada batik. Aku juga tak banyak mengerti soal batik.Tapi hari ini, di tempat yang jauh dari keramaian di negeri tercinta yang semuanya menjadi lautan batik, aku koq tiba-tiba tergelitik untuk tetap berbaju batik. Untuk setidaknya memiliki koleksi batik, satu-dua-atau tiga helai sehingga menunjukkan kebangaanku sebagai orang Indonesia. Rencanaku ketika aku pulang Indonesia di tahun depan, aku bakal hunting batik… Biar cantik, menarik, apik, dalam balutan busana batik di tengah hujan rintik-rintik dan suara air yang gemericik. Aku tetap mau berbisik padamu Indonesia, aku bangga! Dan biarkan rasa bangga yang sepercik itu terus berkembang sehingga tidak lagi merasa antik ketika ber-batik, malah menjadikan diriku unik, syukur-syukur eksotik. Halaahhh! :) Yang jelas… Hidup batik!
Singapura, 2 Oktober 2009
-fon-
* bukannya fanatik, tetapi ternyata setelah seharian kutak-katik soal batik, memang bangga pada Indonesia yang punya batik J
sumber gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQg_25rm3c_p5PoLrFRQPe07NfNAWM-YaeQ77TJRp5xx0Ivth_m02DV-bwR0SMpCxby6Rp3KLWcujgGqpcZHapDYPhRpgBsT1QviU7BjtKTPW7j7zyl4CqE7LcPMSvN0UVss3ksXZ9g5s/s400/batik1.jpg
No comments:
Post a Comment