Tuesday, October 13, 2009

Nulis in English


Waktu awal-awal belajar menulis dan lagi hobby banget menulis, emang tulisanku campur aduk, berbagai bahasa. Penginnya sih mengaplikasikan apa yang sudah kupelajari, karena aku senang belajar bahasa. Dan hukumnya sama untuk semua bahasa, kalau tidak dipakai, hilang…Habis entah ke mana. Kadang tak bersisa. Jadi, rasanya sayang aja…

Di antara semua bahasa di luar Bahasa Indonesia, aku merasa agak mendingan kalau nulis dalam Bahasa Inggris. Jadi, aku pun memberanikan diri untuk menulis dalam bahasa ini. Dalam diary-ku yang rupanya sejak kelas 4 SD sudah sering kutulisi dan kutekuni, kudapati campuran bahasa: Indonesia, Inggris, dan sedikit Mandarin. Artinya, aku sudah mulai menulis dalam bahasa Inggris mulai dari aku kecil. Perlahan, aku merasa kelancaran Bahasa Inggrisku berkurang, karena rupanya, jarang kupakai. Dari sisi tulisan, sewaktu SMU, kosa kata Bahasa Inggrisku lebih banyak dibandingkan dengan waktu bekerja. Di SMU itu juga, aku memperoleh satu kesenangan baru, karena dipercaya untuk mengelola satu kolom di majalah sekolah khusus untuk Bahasa Inggris (English Page).

Karena masih sering membaca dan menulis sampai SMU dan sebagai tambahan bahasa di SMU aku sempat mengambil kursus Bahasa Jepang, maka penuhlah diary-ku dengan coret-coretan tambahan hiragana, katakana, dan sedikit kanji (yang memang mirip dengan Mandarin). Selain Bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin tentunya. Bahasa Jepang itu melengkapi diary-ku. Oh, satu lagi, karena aku mengambil jurusan A3 (IPS), maka ada tambahan Bahasa Jerman pula. Komplit lah itu diary…hehe…

Sekali lagi, sayang memang, kemampuan bahasa itu hilang satu per satu karena jarang dipakai. Yang masih aktif dipakai sekarang ini hanyalah 3 bahasa: Indonesia, Inggris, dan Mandarin (karena di Singapura masih memungkinkan aku untuk melancarkan bahasa Mandarinku yang lagi-lagi sudah meluap entah ke mana perbendaharaan kataku…*sigh*)

Akhirnya, kuputuskan untuk menulis dalam Bahasa Inggris. Tidak semua tulisanku tentu saja. Karena tulisanku akan selalu mayoritas dalam Bahasa Indonesia. Namun, sebagaimana mood yang datang tak ditebak dan pergi juga tak tahu kapan, mood jugalah yang membuatku memilih mau menulis dalam bahasa apa. Yang pasti aku selalu menulis dalam Bahasa Inggris untuk Thought of the Day (TOTD), renungan harian plus cuplikan ayat kitab suci yang kuusahakan kutulis tiap hari. Agar aku sendiri juga merenungkan ayat Alkitab dan membagikannya kepada teman-teman yang menginginkannya.

Pernah satu ketika, aku ditegur oleh seseorang yang merasa aku salah karena menulis dalam Bahasa Inggris. Salah karena dia tidak bisa mengerti, salah karena aku dianggap sok-sokan menulis dalam Bahasa Inggris. Dan dia mengatakan minta untuk tidak jadi anggota milis di mana aku mengirimkan TOTD-ku. Sia-sia juga, upaya yang kulakukan untuk menjernihkan suasana dengan mengirimkan e-mail berikutnya yang menjelaskan alasan mengapa aku menulis dalam Bahasa Inggris. Selain sebagai latihan, karena dulu ada beberapa teman yang menerima renungan tersebut bukan orang Indonesia.

Anyway, dia tidak mau menerima penjelasanku dan masih tidak mau menjadi anggota milis. Tapi, moderator juga tidak menggesernya dari milis. Dan pelan-pelan aku yang menggeser diri. Aku tidak mau ribut-ribut. Bagi teman-teman milis tersebut yang mau menerima TOTD-ku, aku mintakan alamat e-mail mereka japri.

Agak sedih sih, tapi mau bilang apa. Aku tokh tidak bisa menyenangkan semua pihak. Dan lagi, aku juga tahu pasti tujuanku menulis dalam bahasa asing lain yaitu Bahasa Inggris, hanyalah untuk mengasah kemampuanku berbahasa dan juga memikirkan penerimanya yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Sesederhana itu saja. Namun, disalah-artikan oleh seseorang itu tadi. Namun, aku juga tak hendak berkecil hati. Karena dia hanya satu dari sekian puluh atau sekian ratus orang di milis lain yang tidak mengeluh, tidak complain karena menerima renungan dan tulisanku yang lain dalam Bahasa Inggris.

Sesudah itu, malah aku tidak kapok. Tetap, aku konsisten dengan TOTD-ku. Aku juga berusaha konsisten dengan dorongan mood yang menggiringku hendak menulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Lagi-lagi, untuk memperlancar bahasa yang bersangkutan. Karena ketika bekerja, aku lagi-lagi pengin kursus bahasa lain. Dan pilihan jatuh pada Bahasa Perancis. Hanya untuk sekadar bisa mengucapkan dengan baik kata-kata seperti : croissant, merci beau coup, fleur, bon voyage, atau Moulin rouge… (Jadi ingat bait lagu Lady Marmalade , OST-nya, yang tidak boleh sering disebut: voulez vous coucher avec moi se soir, karena berarti would you like to stay with me (sleep with me) tonight? Oh, tidakkk! :P ).

Aku hanya belajar Bahasa Perancis satu tahun setengah. Setelah itu? Hilang juga hampir tak bersisa haha…
Maka, kuputuskan untuk fokus pada menulis dalam Bahasa Endonesa tercinta. Dan English sebagai pilihan kedua.

Kalau masih ada yang salah duga atau salah kira juga, ya pasrah…

Sambil nyanyi, so what geto lho? J Yang penting ogut tak berminat untuk pamer… Cuma menuruti kata hati, mengikuti aliran mood, mengembangkan kecintaan menulis. Dan tetap menulis, walaupun lagi tak punya ide atau inspirasi. Seperti hari ini…:)

Singapore, 12 Oktober, 2009

-fon-

* looking forward to learn a new language: Vietnamese, if possible. Karena gak yakin juga, secara ngomongnya cepet banget kayak aer dan sulit dimengerti hehe…Yah, sapa tau bisa buat tawar-tawar barang ato belanjaan… Dasar ibu-ibu, mikirnya belanjaaa aja wakakaka…:)

sumber gambar:

http://www.itechnews.net/wp-content/uploads/2009/07/Dear-Diary-1.0-Wooden-Work station-keyboard.jpg

No comments:

Post a Comment