Melakukan kilas balik atas hari-hari saya di negeri jiran, Singapura, yang akan genap mencapai 3 tahun di bulan November nanti… Membuat saya mau tidak mau seolah melihat putaran video klip yang terekam selama saya berada di sini.
Sebentar lagi, dalam hitungan hari, saya pun akan meneriakkan, “
Sudah hampir selesai petualangan saya di negeri ini, walaupun tidak pernah tertutup kemungkinan di suatu saat nanti (selama saya masih bernafas dan diberi kesempatan oleh Yang Kuasa mengecap hidup ini) untuk kembali ke sini. Who knows?
Jiwa melankolis saya kembali mendadak membawa saya ke memori tiga tahun lalu, ketika saya meninggalkan
Tiga tahun lalu, semua itu berubah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Reuters dan Bloomberg, menjadi susu, ‘diapers’, dan termometer. Pelayanan gereja menjadi pelayanan di rumah bagi keluarga disertai masih melakukan kegiatan menulis. Kelas-kelas kebugaran menjadi olahraga dengan menggendong anak dan mengejar anak saat berjalan dan berlari.
Banjir dan macet yang tetap tidak mengurangi rasa kangen saya pada
Memandangi kembali apartemen yang menampung saya selama tiga tahun di sini. Dindingnya yang krem kecokelatan, kolam renang yang dikelilingi payung-payung berteduh dan kursi panjang untuk berjemur diri, kolam ikan yang juga ada kura-kuranya, dan pohon-pohon di sekitarnya…
Ah, selalu tidak mudah untuk mengucapkan salam perpisahan. Saya selalu lebih suka berkata sampai berjumpa kembali daripada selamat tinggal. Karena saya tetap meyakini, suatu saat, hidup akan mempertemukan saya kembali dengan beberapa teman dengan cara yang tak pernah disangka-sangka. Namun, untung juga saya berada di era di mana segala komunikasi via internet bisa terjadi dengan amat mudah. Sehingga di mana pun, di bagian dunia mana pun kita berada, masih memungkinkan kita untuk tetap berkomunikasi satu dengan lainnya.
Kalau tidak ada aral melintang dan seizin yang kuasa, kami akan pindah ke Ho Chi Minh City (HCMC) untuk memulai petualangan baru di
Menjelang keberangkatan ini, banyak yang harus dikerjakan. Mulai dari pengepakan barang yang harus kami bawa, ditambah membawa seorang anak berumur 2 tahun lebih untuk pindah negara bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, sekali lagi, biarlah kami jalani proses ini sebagai bagian tak terelakkan dari perjalanan hidup kami. Dan saya pribadi akan berusaha untuk menikmati perjalanan ini sebagai pengalaman untuk tinggal di negeri yang berbeda lagi.
Sekalian saya mohon pamit juga untuk teman-teman di Singapura yang sudah kenal dan menjadi teman saya selama ini. Terima kasih untuk waktu-waktu dan kebersamaan kita. Juga mungkin selama awal-awal di HCMC
Izinkan saya istirahat sebentar dari keseharian saya yang biasa. Saya mengusahakan untuk tetap menulis, walaupun ‘posting’-nya mungkin tidak bisa tiap hari. Dan untuk renungan harian saya, akan diusahakan dibuat beberapa hari sebelumnya untuk minggu depan.
Saat ini, di tengah kondisi ‘packing’ dan berbenah, saya pun menyadari bahwa memang hidup bukanlah milik saya. Bersama Tuhan, saya sudah diberi kesempatan menjelajah Singapura selama tiga tahun terakhir ini. Saya berterima kasih untuk itu, dalam segala pahit-manisnya hidup yang saya rasakan di sini. Dan saya pun percaya bahwa perlindungan Tuhan akan tetap sama di mana pun kita berada dan saya mohonkan doa dari teman-teman semua agar kepindahan kami berlangsung lancar. Dan.. saya akan menuliskan perjalanan hidup saya selanjutnya, dari
Sekian, Fonny Jodikin melaporkan…
So,
Singapura, 26 Oktober, 2009
-fon-
No comments:
Post a Comment