Thursday, October 29, 2009

Pupuk



*** Belajar dari ‘Farmville’ bagian kedua

Setelah beberapa waktu lamanya, saya menemukan bahwa ‘Farmville’ mengizinkan saya untuk memberi pupuk atau ‘fertilizer’ bagi tetangga ataupun teman saya di ladang ‘Farmville’. Pupuk itu fungsinya menjadikan tanaman jauh lebih besar dari seharusnya. Tumbuh lebih bagus, lebih indah, lebih kuat.

Saya jadi keranjingan juga memberi pupuk di ladang orang, sekaligus senang melihat hasil yang ada di ladang saya ketika teman-teman saya memberi pupuk pada tanaman saya. Saya tidak bisa memupuk tanaman saya sendirian, melainkan pemupukan terjadi secara silang dengan teman atau tetangga saya.

When you help out a neighbor rake leaves, scare away foxes or crows etc. you get 5 bags of fertilizer that you can use on that farm only once you go to a different farm they are gone. Fertilized crops sparkle more than others. (source: Wiki Answer)

Jadi, ketika saya menolong tetangga merapikan tanamannya, mengusir rubah atau burung gagak dan sebagainya, saya akan mendapatkan lima kantong pupuk yang bisa saya gunakan di ladang tersebut saja. Saat saya pergi ke ladang teman saya yang lainnya, pupuk itu sudah tidak ada lagi. Jadi harus saya pakai di ladang yang sama, di ladang tempat saya memberikan bantuan. Bibit yang dipupuk akan lebih berkilau dibandingkan yang lainnya. Dan hasilnya pun: buah atau biji yang ditanam akan berkembang jauh lebih indah-kuat-bagus dibandingkan dengan hasil ladang pada umumnya.

Hal ini membuat saya lagi-lagi tersadar, bahwa dalam hidup, kita perlu pupuk. Dalam hidup di keluarga kita misalnya, tanpa pupuk cinta kasih, tanpa pupuk kepercayaan, tanpa pupuk komunikasi yang baik, rasanya di keluarga itu tak akan ada rasa aman apalagi nyaman. Anak-anak yang mendapatkan pupuk yang baik di keluarga, rasanya akan mampu memperlihatkan hasil bak buah yang dipupuk di ‘Farmville’. Cemerlang, berkilau, indah, dan kuat.

Saya percaya, pupuk cinta kasih akan membuat mereka menjadi lebih ‘kinclong’. Pupuk kepercayaan akan mendatangkan kepercayaan diri yang positif pula. Pupuk kejujuran akan membawa si Anak (mudah-mudahan) menjadi orang jujur pula. Segala pupuk kebaikan, semoga akan berbuah baik. Bahkan buahnya akan sangat berbeda dengan buah yang ada di masyarakat pada umumnya.

Upaya pemupukan itu sendiri adalah usaha terus-menerus tanpa henti. Tidak bisa sekali saja selesai seperti dalam permainan ‘Farmville’ ini. Karena pemupukan dalam keluarga, dalam persahabatan, dalam hobby ataupun kecintaan terhadap sesuatu itu butuh waktu. Butuh pula proses dan butuh ketekunan serta konsistensi. Kemauan yang kuat untuk terus memupuk apa yang sudah ada bila sudah baik adanya ataupun kemauan untuk menambah pupuk-pupuk positif bagi kehidupan harus tetap membara. Ketika semangat sirna, tak lagi berkeinginan untuk memupuk apa pun dalam keluarga, dalam diri, dalam masyarakat, dalam hubungan doa dengan Sang Pencipta… Mungkin inilah saat yang tepat untuk kembali bertanya pada diri sendiri: “ Apa saya terlalu lelah mengejar sesuatu? Apa saya kurang toleran terhadap orang lain dan maunya menang sendiri? Apa yang baik dalam diri saya dan masih ingin saya kembangkan lewat pemupukan tiap hari? Dan hal-hal yang kurang baik apakah yang ingin saya kurangi dan menggantinya dengan ‘fertilizer’ hal-hal yang baik, yang lebih positif?”

Lagi-lagi, ‘Farmville’ mengajarkan saya untuk sabar melihat kilauan hasil dari ladang saya yang telah dipupuk oleh teman-teman yang berbaik hati. Sedangkan pemupukan dalam hidup untuk menuju ke arah yang lebih baik membutuhkan waktu dan proses. Dan semoga kita sabar menantikan hasilnya dan tak berhenti melakukan kegiatan memupuk kasih di antara kita.

Singapura, 30 Oktober 2009

-fon-


sumber gambar:

2 comments:

  1. setujuuuu! Terkadang tanpa kita sadari ada orang yg merasa dirinya berkembang akibat kita kasih pupuk. Ya...biarpun cuman dikit tapi kerelaan utk saling berbagi dan menguatkan bisa jadi akan sangat besar artinya bagi sebagian orang......^_^

    ReplyDelete
  2. Yo-i Mbak Tina... pupuk memupuk itu selalu terjadi dalam kehidupan...:) Yang penting rela...Setuju juga heheh...:)

    ReplyDelete