Tuesday, November 3, 2009

Ketika Tuhan Menunda Sesuatu…



Keberangkatan kami seharusnya sudah terlaksana sekitar bulan September. Tapi, karena masalah izin kerja dan kelengkapan dokumen yang harus diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dan kemudian ke Bahasa Vietnam, jadinya penundaan itu bertambah panjang. Sementara waktu sepertinya tidak terjadi apa pun, semua kegiatan masih tetap sama. Playgroup anak kami di Singapura yang membutuhkan konfirmasi kapan tanggal terakhir Audrey belajar di sana, sempat dibuat kebingungan juga. Karena saya sendiri juga bingung, penundaan itu entah sampai kapan. Batas waktu yang saya informasikan kepada Teacher Ruth, guru anak kami di Singapura, terus bergeser. Sehingga akhirnya, saya dengan malu hati menyebutkan bulan Oktober sebagai bulan terakhir anak kami di sekolah tersebut. Walaupun dengan hati yang ketar-ketir bahwa ada kemungkinan ini ditunda lagi, saya memberanikan diri untuk menjawab dengan tegas kali ini. Sempat pula saya tanyakan kepada Teacher Ruth, bagaimana jika ternyata kami mundur lagi dari jadwal semula. Dia menjawab, sekolah mau menampung, asalkan saya membayar sampai akhir tahun di bulan Desember.

Dalam penundaan demi penundaan yang terus terjadi, sebetulnya hati saya lagi-lagi bingung. Setengah hati sudah berada di Vietnam, karena tokh ini akan terjadi. Setengah hati menikmati hari-hari saya di Singapura. Satu hal yang lebih baik seharusnya saya menikmati hari-hari saya sepenuh hati di Singapura. Dan akhirnya itu yang menjadi pilihan saya. Saya berusaha menikmati hari-hari terakhir saya di sana.

Lagi-lagi, sebagai seorang yang ingin merencanakan segala sesuatu sebelumnya, saya merasa agak kebingungan sekaligus sedikit kesal dengan segala perubahan yang terjadi. Kapan? Menjadi pertanyaan saya kepada Tuhan. Kapan sih, Tuhan pindahnya? ‘Kan malu, Tuhan… Sudah keburu bicara sama banyak orang, tapi tidak juga tahu kapan kepastian berangkatnya sama sekali.

Sampai akhirnya, saya dapat kepastian dari suami saya bahwa keberangkatan kami adalah 1 November. Hati saya bersorak! Bukan karena saya tergila-gila pada Vietnam dan Ho Chi Minh City. Tapi berada pada kondisi terombang-ambing, kapan kepindahan itu akan terjadi, bukanlah sesuatu hal yang mudah.

Dan kepindahan itu akhirnya berlangsung lancar. Puji Tuhan. Dan lebih puji Tuhan lagi bahwa kekuatiran saya tentang beberapa hal, terutama yang berkenaan dengan sekolah anak saya juga mendapatkan jawaban. Penundaan itu baik karena akhirnya kami mendapatkan sekolah anak kami tepat di lokasi yang kami inginkan. Yang satu wilayah dengan tempat tinggal kami. Dengan pertimbangan bahwa saya belum kenal kota ini dengan baik dan lalu-lintas yang dipenuhi sepeda motor menjadi tantangan tersendiri untuk dilalui walaupun dengan naik taksi, akhirnya kami memilih sekolah yang kalau bisa menyatu dengan tempat tinggal untuk setidaknya satu sampai dua tahun ke depan.

Awalnya kami masih berada di daftar tunggu sekolah ini. Anak kami ada di urutan ke-5 dalam ‘waiting list’. Sampai akhirnya, akhir bulan Oktober, kami mendapatkan kepastian bahwa sekolah akan membuka kelas baru di ‘term’ yang baru yang dimulai di tanggal 2 November. Satu ‘term’ kira-kira tiga bulanan.

Thank God untuk penundaan yang berakhir manis bagi kami. Terima kasih, Tuhan untuk penundaan yang menghasilkan kebaikan bagi kami sekeluarga!

Ketika Tuhan menunda sesuatu…

Sebetulnya ketika saya berpikir kembali tentang penundaan ini, saya memikirkan jalan hidup manusia secara keseluruhan. Banyak kali, Tuhan menunda terjadinya sesuatu. Bukan sekarang, bukan detik di mana kita betul-betul menginginkannya, bukan! Melainkan saat di mana Dia bertindak dalam hidup kita. Saat-Nya. Dan biasanya waktu dan perencanaan-Nya adalah yang terbaik bagi kita.

Ini bisa terjadi dari hal yang sederhana, semisal menunggu kenaikan gaji, sampai hal yang besar semacam: menunggu kelahiran anak, kehadiran Sang Jodoh, kepindahan pekerjaan, masuk ke Universitas favorit, dan sebagainya.

Dalam hidup, selalu ada fase menunggu. Dan terkadang dalam menunggu itu kita menjadi lelah, tidak termotivasi, kekurangan iman, karena kenyataan yang sama sekali berbeda dengan harapan (dengan impian).

Sekali lagi, saya diajarkan untuk setia. Untuk menerima. Bahwa, segala penundaan yang kita pikir tidak baik, menyebalkan, mengesalkan dan terkadang membuat kita marah-marah pada-Nya justru merupakan keindahan dan keajaiban rencana-Nya yang tak pernah terkira oleh pikiran kita. Hanya kembali membuktikan kebesaran dan kuasa-Nya. Sedangkan saya? Saya hanyalah makhluk kecil ciptaan-Nya yang diberi kesempatan mengecap hidup di dunia ini.

Saya kembali menyaksikan indahnya karya-Nya dalam hidup saya. Bukan karena kehebatan saya, tetapi karena kasih-Nya. Ketika Tuhan menunda sesuatu, kembali kita percaya bahwa Dia pun sudah siapkan segala sesuatunya. Sesuatu yang jauh lebih indah dari yang kita pernah bayangkan sebelumnya!

Singapura…ooppss… HCMC (Saigon), 4 November 2009

-fon-

* tulisan pertama dari Ho Chi Minh City.

sumber gambar: http://leannthomas.files.wordpress.com/2009/02/trust-me.jpg

4 comments:

  1. 2 minggu lalu saya juga merasakan hal yang sama dg anda. 2 tahun saya berusaha menyelesaikan thesis saya di salah satu univ negeri di bandung. memang saya sambil bekerja sehingga ada berbagai kendala, terutama kota tempat kerja yang berbeda. selama beberapa bulan terkahir karna kendala yang saya tidak bisa sebut disini, saya sangat kehilangan motivasi dan sudah hampir menyerah untuk menyelesaikan thesis saya dan memilih untuk bekerja saja. tapi 2 minggu lalu Tuhan jawab doa saya. penantian saya tidak sia-sia. memang benar, ada yang ditunggu. meski jujur saja, saya sendiri dalam penantian tidak tau apa yang saya tunggu. saya malu tidak berhasil mengalahkan ego dihati saya dan berdamai dengan rencana Tuhan. karna di akhirnya saya lihat rencana indah Tuhan dan jawaban akan penantian saya selama ini.
    Makasih utk artikelnya. sangat menggugah. kalau boleh saya ingin repost di facebook saya, tidak usah khawatir, saya akan tulis kredit nya dengan jelas. terima kasih :)

    ReplyDelete
  2. @ Merr: silakan kalau mau re-post. Satu kehormatan buat saya. Salam kenal ya... Memang kadang kita tidak bisa mengerti, mengapa harus tertunda? Mengapa tidak sekarang? Sampai akhirnya kita mengerti bahwa memang Tuhan sudah merencanakan semuanya dengan baik. God bless, Merr...

    ReplyDelete
  3. ibu, saya sudah merekomendasikan tulisan ini pada seorang teman saya. trima kasih untuk sharing ibu dalam blog ini. Tuhan memberkati

    ReplyDelete
  4. @ Priskila: Panggil saya Fonny saja. Salam kenal ya...Trima kasih kembali. Boleh koq direkomendasikan...Senang bisa 'sharing' dan berbagi cerita... :)
    God Bless you always!

    ReplyDelete