Saturday, November 21, 2009

Angel-In-Us


Pagi ini kami berencana ke ‘Tax Center’ (Thuong Xa Tax) untuk beberapa keperluan. Sebelumnya, masih di jalan yang sama, di Nguyen Hue, saya mampir ke satu toko kopi sejenis ‘Starbucks’ dan ‘Coffee Bean’ bernama Angelinus Coffee. Awalnya saya pikir nama toko itu Angelinus. Bentuk maskulin dari Angela. Namun, ternyata toko kopi itu memiliki arti tersendiri. Dengan gambar malaikat yang bisa dijumpai, dengan sayap-sayap yang juga bisa terlihat, Angelinus memiliki arti tersendiri. Dia berarti ANGEL IN US. Malaikat di dalam diri kita masing-masing.

Saya cukup terkesima dengan tema ini, karena saya percaya pula bahwa di tengah semua kelemahan dan kekurangan kita, masihlah ada sisi baik dalam diri kita. Ada satu sisi yang tetap berjuang untuk terus berbuat baik. Ada sisi malaikat dalam setiap kita. Angel-in-us, membuat saya terus berpikir untuk melakukan sesuatu hari ini. Dan saya ingin membagikannya kepada teman-teman semua, bila Anda berkenan.

Terkadang dengan begitu kejam, kita sering menghakimi diri terlalu keras. Terutama akan dosa-dosa masa lalu kita. Terutama tentang kegagalan kita. Terutama tentang keburukan kita, entah secara fisik maupun mental kita. Terlalu sering kita dengan gampangnya melihat keburukan orang lain di depan mata. Sebut saja orang-orang terdekat, mereka yang banyak bersinggungan dengan kita di setiap hari. Teman dekat, teman sekantor, mama, papa, mertua, suami, isteri, anak, adik, kakak, keponakan, sepupu, pembantu, ‘nanny’ atau ‘baby sitter’, sopir, dan silakan lengkapi daftar ini dengan mereka yang Anda anggap dekat. Dengan orang yang dekat, saya akui memang lebih sulit melihat kebaikan mereka. Karena terkadang kebaikan-kebaikan itu terlanjur tertutupi dengan keburukan yang sering diulangi. Bukan sekali, bukan dua kali. Mungkin dua puluh kali. Mungkin tiga ratus lima puluh kali. Dan terkadang itu menyebalkan, mengesalkan, memuakkan. Melupakan janji penting lagi dan lagi… Melupakan ultah istri lagi dan lagi. Tidak memasukkan pakaian kotor pada ‘laundry basket’ lagi dan lagi. Segala sesuatu yang dihadapi setiap hari dan menjadi rutinitas memang melelahkan.

Di balik itu semua, mungkin orang-orang terdekat kita terlanjur sebal dengan sikap kita yang mengatur terus dan terus. Banyak bicara tetapi sedikit bekerja. Terlalu sombong. Tidak mau menerima nasihat. Dan sebagainya.

Di luar itu semua, masih ada kebaikan dalam diri mereka. Mungkin, sebagian orang perlu menuliskan kebaikan pasangan mereka. Kebaikan orang tua mereka. Kebaikan pembantu mereka. Untuk sekadar mengingatkan bahwa mereka punya hal-hal yang baik. Mereka punya ‘angels in them’. Malaikat dalam diri mereka.

Dan itu bisa dilihat dengan kebaikan yang ada dalam diri kita. Hanya dengan mengembangkan batin yang penuh kebaikan itulah, baru kita mampu melihat kebaikan orang lain. Kalau diri sendiri miskin cinta, kekeringan kasih, dan terlalu sinis dalam memandang segala sesuatu, rasanya akan sulit untuk melihat kebaikan diri. Apalagi kebaikan orang lain. Apalagi kebaikan Tuhan.

Angel in us menyemangati diri saya untuk melihat kebaikan Tuhan, membawanya dalam kehidupan saya, dan melihatnya dalam orang-orang yang saya anggap hanyalah bagian dari rutinitas belaka. Mungkin sulit untuk melihat kebaikan dari seorang yang tukang terlambat. Seseorang yang tukang obral janji ketimbang melaksanakannya. Dan sebal rasanya bila orang-orang itu adalah orang terdekat kita. Tetapi, apa boleh buat, memang kita harus menerima mereka apa adanya karena mereka juga telah menerima kelemahan kita. Dan rasanya kini adalah saat yang tepat untuk melihat kebaikan yang ada. Yang sering kita abaikan. Take it as a granted.

Find the angel in us. Find the angel in others. And find the source of all angelic goodness. In God.

HCMC, November 21, 2009

-fon-

* Hopefully we can find those angels inside us. Inspirasi tanpa minum kopi di gerai kopi. Karena saya memang tidak suka kopi :)

sumber gambar:

http://images2.layoutsparks.com/1/214534/baby-angel-cute-wings.jpg

No comments:

Post a Comment