Libur tlah tiba! Setiap orang senang, setiap orang bahagia. Siapa yang tidak suka liburan? Setelah sumpek bekerja, setelah stress ujian, setelah kelelahan, setiap orang butuh istirahat. Istirahat atau liburan, tidak harus berupa jalan-jalan ke luar
Tapi ada orang-orang tertentu yang tidak selalu bisa libur. Contohnya operator MRT di malam tahun baru, di mana banyak masyarakat Singapura ataupun turis yang berdatangan memenuhi sekitar ‘Esplanade’ dan ‘City Hall’, justru harus bekerja di saat itu. Di hari-hari libur semacam itu yang jadi libur besar bagi banyak keluarga, banyak satpam yang harus tetap jaga. Tukang ojek, sopir taksi, masinis kereta, pengemudi busway, yang masih berusaha mengais rezeki di hari-hari yang semakin mendekat dengan hari raya atau hari libur juga termasuk dalam jajaran ini. Begitu pula dengan dokter dan perawat yang harus masuk dan meninggalkan pesta pora, keriuhan di luaran demi tanggung jawab dan dedikasi pada pekerjaan. Dan satu pekerjaan yang tak bisa libur apalagi ‘resign’ adalah posisi seorang Ibu (seorang Bapak juga sih, nanti dipikir mentang-mentang Ibu, gak nulis yang Bapak…Trus para Bapak sensi lage…peace ya, Pak :)). Tidak ada kata berhenti untuk jadi seorang Ibu. Dia tetaplah ibu. Begitupun setelah jadi Bapak. Walaupun terpisah, walaupun bercerai, walaupun lari dan sembunyi, Bapak tetaplah Bapak. Dan…Ibu tetaplah ibu.
Satu lagi, ada sesosok pribadi yang selalu saya ingat, Dia tidak pernah liburan. Dan tak pernah jenuh juga mendengarkan doa dan permohonan manusia yang itu-ituuu saja. Yang bandel dan tak mau berubah tapi ngotot maunya dituruti. Yang terkadang di mata saya yang manusia saja (ketika melihat diri sendiri saya pun berkaca dengan
Tetapi, hal itu tidak terjadi pada Tuhan. Yang super baik, super mulia, super peduli pada manusia. Tuhan memang super. Makanya Tuhan tidak pernah liburan. Wong ‘
Untuk itu saya ingin berterima kasih kepada-Nya.
Untuk waktu yang selalu tersedia bagi saya, 24/7/365…
24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun
366 hari setahun bila itu tahun kabisat…
Untuk kesediaannya mendengarkan saya…
Keluh-kesah, obrolan tak penting, mau curhat atau bicara dari hati ke hati dengan-Nya
Untuk ke-Maha-hadiran-Nya…
Selalu ada kapan saja, di mana saja, selalu siap sedia menolong…
Untuk kebaikannya yang takkan pernah habis saya ceritakan
Karena kemampuan saya mencatat kebaikannya amat terbatas…
Belum lagi ketika ngambek saya lupa mencatat kebaikan-Nya
Sebaliknya malahan saya menuding hal-hal yang tidak sesuai
Dan itu saya anggap kesalahan-Nya…
Untuk setiap bahu yang Dia tawarkan ketika saya butuh bahu itu untuk ditangisi
Untuk setiap tetesan air mata yang Dia hapuskan dengan tisue Ilahi-Nya
Untuk setiap detik ketika Dia menemani saya dan saat itulah saya merasa aman
Dan tidak lagi merasa sendirian…
Untuk setiap kesukaran saya yang ditanggapi dengan harapan bahwa segala sesuatu itu mungkin di dalam Dia.
Untuk kesediaan-Nya tetap hadir, sementara Dia sebetulnya bisa memilih berlibur
Atau cuti dari tugas-tugas Ilahi-Nya tapi Dia tak pernah lakukan itu Karena?
Dia terlalu cinta pada anak-anak-Nya ini…
Terima kasih, Tuhan…
Tidak pernah ada kata-kata yang sanggup untuk melukiskan
Betapa kebaikan-Mu itu
Telah dan tetap akan mengisi hari-hariku….
Kesetiaan-Mu tetap mewarnai setiap detik hidupku…
Dan jiwaku bersuka karena-Mu.
Jiwaku memuliakan-Mu.
Thank You, Lord because You choose not to have a holiday.
While if You want to, of course You can.
Because You are God!
But You don’t do that, merely because You love us so much.
You put a huge concern on us.
Please accept my greatest gratitude for YOU!
Thank You, God!
HCMC,
-fon-
* inspirasi dari obrolan lewat email dengan seorang teman dan itu menyadarkan saya bahwa Tuhan tak pernah libur, tak pernah pergi, selalu ada dan tetap setia :)
No comments:
Post a Comment