Pretty Holland, demikan aku menyebutnya. Karena dia berasal dari Belanda (
Perjumpaan pertama berlangsung baik. Tanpa sungkan, dengan jujur, kupuji kecantikannya. Tulus. Emang cantik, sih… Aku bilang aku menebak dia (mungkin) seorang model. Tapi ternyata dia dulunya ‘food and beverage manager’ di satu hotel di Belanda
Salah paham…
Entah karena beda budaya, entah karena memang tidak cocok, entah kenapa tiap kali bertemu di perjumpaan selanjutnya, dia selalu salah paham denganku.
1. Kericuhan pertama terjadi ketika anakku dan asuhannya Rajes tengah bermain di ‘club house’, dan ‘ pretty holland’ membawa Ziggy hendak pulang dan harus melewati tempat kami, karena dia tinggal di unit yang letaknya di atas ‘club house’. Saat itu hampir
Jawabnya, “ It’s Ok”. Tapi anakku terus saja memainkan ‘pole noodle’-nya. Sementara dia sudah berhanduk ria, basah, dan Ziggy juga basah-basahan di ‘club house’. Karena lagi-lagi merasa tidak enak hati, makanya aku pikir, mendingan anakku jangan main mainnannya dia. Aku pikir mengganggu mereka yang sudah mau siap-siap naik ke unit apartemen mereka. Eh, gak taunya si ‘pretty holland’ marah dan bilang, “ It seems that you don’t welcome me here!” Rajes masih berusaha menjelaskan bahwa bukan itu yang saya maksud. Tapi sudah terlanjur be te, ‘Pretty Holland’ masuk ke pintu yang menuju lift, setengah membanting pintu dan dengan marah naik ke atas. *Sigh* Salah sangka, buuu…Galak amat, seh? Lagian emang ‘club house’ punya gue? Bukan kale…Ngapain juga aku gak ‘welcome’ ke dia… Peristiwa ini berakhir tidak manis. Tidak seperti pada umumnya cerita yang aku buat. Gak nyangka juga akhirnya punya musuh di negeri Singa. Gak bermaksud musuhan seh, tapi apa daya…Kecantikan wajah tidak diimbangi oleh kecantikan sikap (itu kata Rajes, my friend :)).
2. Kejadian kedua. Rajes yang kena batunya. Rajes hanya bilang anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan. Rajes tahu karena dua anaknya laki-laki dan sudah besar, sudah 24 tahun dan 19 tahun. Dan ‘Pretty Holland’ langsung sewot dan menjawab, “ You’ll see when the girls get bigger, it will be harder to handle.” Rajes bengong sementara ‘pretty holland’ berlalu. Aku juga bingung. Koq tiap kali ketemu kayak lagi PMS melulu? :P
3.Kejadian ketiga, di ‘playground’ sekitar pukul 4 sore. Cuaca tidak panas, agak mendung sedikit. Dan di ‘playground’ banyak anak bermain. Kebanyakan anak Jepang dan jangan lupa ada ‘Pretty Holland’ dan Ziggy di situ. Aku dan anakku yang berjalan ke arah
Doski bilang, “ Why you don’t expect me to be here?” Halah! Gile benerrr, salah lagi, salah lagi…Kenapa di luar begitu banyak temen yang kutemui di apartemen ini yang rata-rata baik. Entah pembantu Filipin, pembantu
Setelah beberapa kali salah sangka. Aku jadi diam. Bingung harus bagaimana. Kata temenku, mungkin beda ‘culture’. Beda budaya. Dan benturan itu terasa ketika apa yang kumaksudkan bukanlah yang dia tangkap. Atau sebaliknya, mungkin juga apa yang dia maksudkan bukan apa yang kutangkap. Di luar itu, mereka memang termasuk cuek dalam menjaga anak. Mungkin itu tadi, kebiasaan sekaligus budaya juga. Ziggy jadinya pandai sekali berenang tanpa ban, tanpa alat bantu, karena nongkrongnya di kolam renang sehari tiga kali plus didorong mama-papaya ke kolam yang dalam sudah biasa. Aku tidak menyesali juga sih, karena memang aku tidak bisa menyenangkan semua orang. Cuma sayang juga, koq awalnya baik, jadi akhirnya seperti ini? Lalu, pernah satu kali kami di kolam kecil, aku cuma diam daripada salah ucap lagi dan disalahartikan. Malah dia yang super ramah dan senyum-senyum. Akhirnya kuberanikan diri mengobrol sebentar.
Orang tuanya yang sering berendam di ‘whirlpool’ dan membiarkan anaknya bermain bebas, memang menjadi suatu relaksasi tersendiri bagi mereka. Bagi anak lain, Ziggy agak menjadi ancaman karena dengan bebas mengambil mainan mereka, merebut dan terkadang marah. Itu pun yang terjadi ketika suatu sore anakku ada di sisi kolam renang besar, tengah memainkan mainan keluarga
Alhasil, nyemplunglah anakku dengan sempurna di kolam besar dengan kedalaman yang masih mendingan karena ‘hanya’ 110 cm. Dan aku langsung menarik dia ke atas. Beruntung karena aku dekat sekali berdirinya dengan tempat itu. Untung dia tidak apa-apa. Yang ada hanya trauma anakku dan setelah itu, dia agak ragu main ke kolam. Sementara aku pun demikian. Daripada jadi korban lagi. Sudah korban perasaan, korban anak pula…
Hari-hari terakhir sebelum pindah ke
Kami masih bertemu. Aku tetap menyapa, “ Hi” and “Bye”, tapi untuk mengobrol lebih jauh, aku jarang lakukan. Karena sudah mencoba berkali-kali dan gagal. Akhirnya aku dan Rajes berkesimpulan, memang kami tidak cocok dengannya. Mungkin karena beda tradisi, beda budaya, dan benturan kepribadian? Eniwei, ya sutra. Memang inilah salah satu dari sekian banyak warna yang kutemui di negeri singa. Sampai terakhir kali kutemui dia, dia bertanya tentang kepindahan kami ke
Bye-bye, Pretty
Sekian kilasan peristiwa salah paham antara saya dan ‘Pretty Holland’. Gak penting seh, cuman gak afdol kalo gak ditulis…wkwkwk…
’Pretty
No hard feeling lagi, Mpok…Moga-moga lain kali kalo sampe kita dipertemukan lagi di satu babak kehidupan nanti, kita sudah mulai lebih belajar menjembatani perbedaan ini. Kalo gak? Ya sutra…Life goes on…:P
HCMC,
No comments:
Post a Comment