*** Lagi-lagi belajar dari ‘Farmville’ edisi ke-4
Setelah beberapa waktu yang lalu mengira bahwa dengan di-bannednya FB di Vietnam berarti pula akhir cerita cinta saya dengan ‘FarmVille’ (FV), ternyata saya masih diberi kesempatan untuk melanjutkan karya-karya mulia di ladang milik saya sendiri :). Mulia, karena dari
Sewaktu saya tidak bisa mengakses FB sekitar 10 harian, saya agak gelisah dengan tanaman mawar saya yang seyogyanya dipanen dua hari sesudah ditanam. Sudah terbayang keindahan mawar di ladang saya, tetapi tiba-tiba hal yang tidak diharapkan muncul. FB tidak bisa diakses. Apa boleh buat, saya harus menghadapi kenyataan bahwa apa yang sudah saya tanam harus layu. Tanpa tahu kapan saya bisa menanam lagi, kapan saya bisa mengangkut seluruh mawar yang layu dan mulai memilih tanaman baru lainnya. Menyedihkan sekaligus mengecewakan. Namun, apa boleh buat, itu kenyataan yang harus saya terima.
Dari sisi kehidupan, saya mencatat pula bahwa ada kalanya apa yang sudah kita tanam dengan susah payah tidak menghasilkan seperti yang kita inginkan.
Begitulah hidup. Terkadang apa yang sudah susah payah kita perjuangkan, tidak selalu berbuah manis. Bisa layu, bisa busuk, bisa tidak merekah. Bisa gagal. Dan apa yang harus dilakukan?
Sabar menunggu. Tetap berusaha. Berdoa.
Ketika mawar saya layu, saya hanya menunggu waktunya FB kembali aktif. Atau ketika suatu saat saya keluar dari
Ketika hidup tak seperti yang kita inginkan. Ketika banyak kali hidup tidak memberikan hasil seperti yang kita harapkan, tak ada cara lain kecuali menunggu saat-Nya tiba. Saat-Nya untuk menjadikan segala sesuatu indah, lagi-lagi bukan menurut saya, tetapi menurut kehendak-Nya. Mungkin saat-saat itu bisa dipakai sebagai saat-saat yang reflektif. Di mana saya bisa merefleksikan, apa yang sudah saya lakukan dan apa yang sepertinya salah sepanjang perjalanan hidup saya. Bukan untuk menghakimi diri saya sendiri dengan segala kelalaian dan kebodohan saya karena saya gagal, melainkan untuk kembali memetik pelajaran di tengah kegagalan tersebut. Saya tetap yakin, dalam setiap kondisi kehidupan yang ‘layu’ asal tidak dihadapi dengan hati yang ‘layu’, tetap akan ada sesuatu yang dipelajari. Bahkan sering kali, kegagalan atau ‘kelayuan’ macam ini justru membuat orang semakin dewasa. Semakin bijaksana. Semakin tegar. Karena tahu hidup tak selalu mudah, namun pasti ada jalan bagi mereka yang percaya.
Hidupmu tengah layu saat ini? Hidupmu tengah lesu akhir-akhir ini? Bersihkan kelayuan itu dengan cinta-Nya. Basuh kembali hidupmu dengan kasih-Nya. Dan akan kaurasakan semangat hidup yang membara. Sehingga, meminjam istilah film animasi ‘Up’, engkau akan merasakan ‘the spirit of adventure’ kembali. Semangat untuk kembali berpetualang dalam hidup dan kehidupan itu sendiri.
Layu itu sementara. Tidak akan selamanya. Begitupun kebahagiaan yang membuncah, yang membuatmu melayang tinggi di awan dan terbang di antara bintang-bintang. Itu semua sementara. Yang pasti, ketika layu, janganlah berhenti berharap. Suatu saat keadaan akan berubah. ‘Wither’ atau layu hanya terjadi pada satu titik waktu. Bukan berarti setiap sisi, setiap detik hidupmu layu. Tetapi, ketika kaucari, kau akan menemukan bahwa di sisi lain di saat yang sama, kau masih bisa melihat titik-titik keceriaan yang mungkin amat kecil. Tak kasat mata. Namun sebetulnya ada.
Selamat mencari titik-titik kebahagiaan dalam hidup Anda. Kabar baiknya, bagi mereka yang mencari, biasanya mereka akan menemukan. Kelayuan bukanlah akhir segalanya, kelayuan hanya sementara. Have a great adventure with a new spirit in this life!
HCMC,
-fon-
* inspirasi dari layunya mawar di ‘FarmVille’ plus sedikit dari nonton DVD ‘Up’.
* tulisan ini juga ada di FB notes saya dan blog http://www.fjodikin.blogspot.com/, serta http://yuknulis.com/
sumber gambar:
Hiks... ikut sedih... coba aku bisa bantu petikin ya, Fon... Trus duitnya bisa ditransfer lagi ke elu... :-)
ReplyDeleteiya, kalo bisa sih gw mau banget, Ngel...apa mau dikata, ya hehehe...untungnya ya masih bisa main lagi, kalo gak sih udah musti say 'bye-bye' ke FV sedih juga hehehe...
ReplyDelete