Cinta membuatku menempatkannya dalam satu ruang kaca atau lebih tepatnya sangkar yang terbuat dari kaca. Karena ketakutanku, karena perasaan tidak nyaman akan diriku sendiri, dan penyebab utamanya adalah karena aku tak punya cukup kepercayaan diri. Kuharap dengan cinta semacam itu bisa membuatku merasa aman. Mungkin setidaknya satu, dua, atau tiga tahun. Sementara tahun-tahun berikutnya, aku tak pernah tahu. Mungkin aku akan membangun jeruji besi di luar sangkar kaca itu. Jeruji besi dengan kombinasi kawat halus, biar Si Kupu-kupu itu tak dapat terbang dari sangkar yang kuperuntukkan baginya.
Kukira. Iya, kukira…
Dia bakal tinggal dengan nyaman, selamanya. Ternyata aku keliru. Keliru besar. Adalah kebodohanku yang mengekangnya sampai sedemikian rupa. Tanpa pernah memikirkan perasaannya, tanpa pernah memikirkan kalau suatu saat dia bisa frustrasi di dalam ruang kaca itu. Dirinya kini meneriakkan kebebasan. Rasa yang diam-diam merasuki hatinya. Aku masih dengan gembokku dan perkakas kunci canggihku untuk meningkatkan keamanan sangkar itu. Namun nyatanya dia malah semakin tak terjangkau, tak terengkuh. Semakin lama semakin jauh dari hadapanku dan dia mulai gelisah. Seolah resah berada dalam relasi cintanya denganku.
Aku termenung dalam diam. Mungkin ini salahku. Terlambat sudah kumenyadarinya. Ketika dia sudah putuskan untuk pergi dari sisiku. Salahkah aku karena aku tak sungguh menjaganya sekuat tenaga? Mungkin iya, tetapi lebih salah lagi menempatkan seluruh pikiran itu dalam benakku. Aku keliru dari awal. Aku tak seharusnya tempatkan dia dalam ruang kaca. Yang seharusnya kulakukan adalah: membebaskannya terbang. Biarkan Si Kupu itu mengepakkan sayapnya dan terbang dengan leluasa. Dan bila ia satu saat kembali lagi, pastinya dia adalah milikku seutuhnya.
‘If you love something, set it free. If it belongs to you, it will come back to you.’
Kata-kata itu terlambat sudah untuk kuterapkan. Penyesalan selalu datang terlambat. Sambil berharap, suatu hari, bila kepakan sayapmu membawamu singgah lagi dalam babakan hidupku….Semoga aku bisa membebaskanmu terbang. Namun bila kita memang tak berjodoh untuk bersama, ketika kutemukan seesorang yang lain nanti. Pada suatu hari. Kuharapkan aku bisa membiarkannya terbang tanpa harus dikungkung di ruang kaca.
Kutatap jendela kamarku di pagi itu. Seekor kupu-kupu menempel di jendela kacaku. Kuhapus air mataku pelan. Kupu, sampaikan salamku padanya. Aku merindukannya dan aku amat menyesal… Kupu itu terbang, seolah mengerti. Yang aku tak tahu pasti, apa salamku itu sampai padanya. Kuharap iya, semoga.
HCMC, 27 Maret 2010
-fon-
* inspirasi dari lagu ‘Butterfly-Mariah Carey’. ‘Nice song!’
No comments:
Post a Comment