Wednesday, March 31, 2010

Kami Memang Bersahabat



Saya kenal Lini atas referensi seorang teman. Dia tak pernah pelit membagi ilmunya, padahal awalnya dia tak kenal saya sama sekali. Dalam hati diam-diam saya mengagumi keterbukaannya dan tidak simpan-simpan ilmu sama sekali ketika saya bertanya ini dan itu seputar penerbitan. Sampai suatu ketika, dia mengajak saya bergabung dengan Yuk Nulis. Mengapa tidak? Bersahabat dengan seorang Lini yang terbuka membuat saya melihat banyak hal seputar penulisan yang sebelumnya tidak saya ketahui. Yang saya lakukan hanyalah menulis sesuai ‘mood’ yang timbul tanpa peduli akan EYD, pemenggalan kalimat, dan segala yang seolah berbau teknis. Padahal untuk jadi penulis yang baik, harus setidaknya menguasai hal-hal tersebut.

Persahabatan itu tercipta. Seolah terjadi begitu saja, tetapi saya yakin semua sudah berada pada jalur-Nya. Bukanlah kebetulan saya dipertemukan dengannya dan belajar banyak pula dari dirinya. Ketika saya pulang ke Jakarta, Lini berinisiatif mengajak beberapa Nulisers lainnya untuk bertemu muka dengan saya. Senangnya dianggap bagian keluarga. Hal yang sampai hari ini terasa bagi saya adalah saya tak pernah merasa asing walaupun saya tinggal jauh dari mereka. Walaupun saya berada di negeri ‘pho’ ini dan mereka tersebar di berbagai kota di Indonesia, kami membina persahabatan yang kuat lewat milis Yuk Nulis.

Lini berani menerbitkan bukunya sendiri. Buku My Life is an Open Book itu sudah saya baca dan saya kagumi kejujurannya. Dia selalu memotivasi kami, anak-anak TK Yuk Nulis dengan kata-kata, “ Bagus,” namun tak lupa mengingatkan kami juga untuk terus belajar. Mungkin ada kalanya dia seolah seorang Ibu Kos yang tiba-tiba rewel ke anak kosnya, namun itu karena kepeduliannya.

Femi.

Femi adalah teman sekampung saya dari Palembang, adik kelas saya di SMU yang sama. Dia juga sahabat saya yang jadi dekat karena wadah YN. Tak terbilang besarnya motivasi yang saya terima dari Femi yang sering ‘chatting’ di malam hari bersama saya. Dari dia saya banyak belajar juga untuk marketing dan sejenisnya. Karena saya sebetulnya pribadi yang pemalu (percaya gak percaya, deh hahaha). Dari dia saya dapatkan banyak ide pula untuk menuangkan karya kami dalam proyek bersama.

Sahabat-sahabat penulis di YN.

Jumlahnya makin hari makin banyak saja. Ada Angel, Anita, Grace, Hanna, Dede, Tina, Shandra, San San, Rini, Vero, Rosa, Ratna, dan Simon yang tergabung di proyek buku ‘Kamu Bagian dari Hidupku’ yang menceritakan tentang persahabatan kami yang diangkat dari apa yang sudah kami alami. Tanpa sadar, selama kami di YN, kami juga membina apa yang dinamakan persahabatan. Yuk Nulis sudah jadi rumah saya, sudah jadi bagian penting dalam hidup saya. Sama pentingnya dengan nulisers yang belum disebutkan di atas: Imel, Mbak Henny, Ode, Olyvia, Udo Indra, Daesy, Irene, Suyeni, Agnes, Shafira, Martha, Levina, Felicia, Malinda, dan maafff kalau banyak nama yang tak disebutkan satu per satu…Tapi, kalian juga sahabatku yang dekat di hatiku.

Dan ketika sahabat-sahabatku tengah berjuang untuk menerbitkan buku ‘Kamu Bagian dari Hidupku’ itu tadi dengan upaya menjual merchandise berupa kaos ‘limited edition’ yang sudah ditulis oleh Femi di notes-nya dan ditanggapi Lini pula di notes-nya. Aku hanya bisa bersyukur dan tersenyum, sekaligus menggores hari dengan percaya akan kekuatan persahabatan itu sendiri. Saling berbagi, saling membantu, dan dengan berdoa juga…Smoga kaosnya lakuuu biar bukunya bisa cepat terbit. Amin:)

HCMC, 30 Maret 2010

-fon-

* persahabatan ini menularkan semangat berbagi. Fekhi/ Femi ke Lini. Lini ke aku. Entah ke siapa lagi:) Hayooo…estafet lagi (buat anak-anak YN:)).

1 comment:

  1. Fonny,
    kamu adalah bagian dari hidupku
    *lebay mode ON*
    wkwkwk

    ReplyDelete