Tuesday, May 25, 2010

Being Mom: Precious Memories



Beberapa waktu yang lalu, seorang sahabat di salah satu milis yang saya ikuti melemparkan sebuah pertanyaan:

Hayooo..siapa yang masih inget kenangan TERINDAH atau PUJIAN yang membuat
loe ingetttt teruss di waktu kecil.... ( in between umur 0 - 13 tahun dech…).

Pertanyaan ini menarik bagi saya karena beberapa hal. Banyak kali setelah kita menjadi dewasa, kita seakan lupa atau melupakan masa kanak-kanak yang indah itu. Beberapa dari kita ingat, beberapa dari kita lupa atau berusaha melupakannya. Mungkin masa-masa itu adalah masa-masa terpahit dalam hidupnya, sehingga inginnya dilupakan saja. Atau, banyak kali jawaban yang muncul adalah: ‘koq gw cuma ingetnya yang sedih-sedih aja, ya?’

Menghadapi pertanyaan ini yang mengajak kita kembali ke masa-masa kecil kita…Masa-masa yang entah indah atau tidak dalam keseluruhan gambarannya di diri kita, setidaknya kita memiliki sesuatu yang indah juga yang kita kenang. Setelah menjawab pertanyaan sahabat saya itu, kemudian saya sendiri merenungkan: apa yang bagi saya terindah di masa kecil dulu?

Bagi saya setelah saya melakukan kilas balik, ternyata yang terindah adalah saat-saat di mana kami sekeluarga: Papa, Mama, dan anak-anaknya bersama-sama duduk di ruang tamu menonton televisi atau video bersama. Itu bisa berupa pertandingan bulu tangkis Piala Uber,Piala Thomas dan siaran olahraga lainnya. Atau bisa jadi nonton bareng video serian seperti film Hongkong, Singapore, atau sekadar cerita silat. Yang penting: sama-sama:)

Zaman dulu, televisi hanya satu. Maksimal dua. Di keluarga kami punya satu buat kami sekeluarga, satu lagi buat yang bekerja (Si Mbak) di rumah kami. Kami menikmati milik kami yang hanya satu itu. Bersama-sama bergembira ketika Indonesia memenangkan satu partai pertandingan atau memenangkan salah satu atau kedua piala tersebut. Kerap pula terjadi, sebagian membela grup yang berbeda. Misalkan contohnya: Denmark melawan Cina. Sebagian dari kami pro kepada grup Denmark, sebagian grup lawannya (Cina). Di ruang tamu sekaligus ruang keluarga yang tidak seberapa besar itu, semua menjadi satu: berbeda pendapat tetapi tetap satu. Satu di dalam keluarga. Terkadang, kami pun berteriak serentak ketika film seri yang kami tonton mengeluarkan tulisan ‘BERSAMBUNG’ atau ‘to be continued’ di saat tengah tegang-tegangnya. Penonton kecewa, “ Huuu…” :) Pokoknya, seru aja!:)

Kesempatan nonton bersama itu berkembang menjadi nonton bioskop sekeluarga sesekali dan itu menjadi sesuatu yang juga saya tunggu. Kebersamaan itu menumbuhkan kebahagiaan. Sekarang, hal itu semakin sulit tercipta karena satu rumah punya beberapa TV. Papa nonton sepak bola, Mama nonton drama, anak nonton film kartun via DVD player. Tiga televisi karena memiliki kemampuan untuk membelinya. Belum lagi kesibukan dengan laptop, dengan alat-alat gadget canggih semisal Blackberry, membuat para penghuni rumah sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Precious memories itu sekarang kembali lagi ke hadiran saya. Cukup kuat. Sekuat keinginan saya untuk membagikannya kepada anak kami. Saya pun sadar, saya tidak bisa 100% selalu bisa membagikan ‘precious memories’ kepadanya. Kenang-kenangan yang berharga itu terkadang harus berbagi dengan kesibukan di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mengerjakan tugas-tugas menulis yang menjadi ‘deadline’ saya, dan seterusnya. Bagi mereka yang bekerja, tentunya menghadirkan ‘quality time’ buat Si Anak tanpa terganggu keinginan pribadi seperti ‘chatting’ dengan teman dst., juga menjadi satu tantangan tersendiri. Sementara yang Si Anak ingat ketika beranjak besar nanti adalah bagaimana dia diperlakukan di masa kecil, kegiatan-kegiatan sederhana apa saja yang melibatkan dirinya dan pihak orang tua (ayah-ibunya) yang menanamkan kesan mendalam di hatinya. Mungkin itu hanya main ‘puzzle’ bersama, mungkin pula itu hanya berjalan-jalan dalam pelukan orang tua ketika naik motor mengitari kompleks bersama. Sesederhana itu yang dia butuhkan untuk membuatnya mengingat itu semua sebagai bagian yang tak terpisahkan dari dirinya, masa lalunya dan kebersamaan dalam keluarganya ketika dia besar nanti.

Ah, memang jadi orang tua tak pernah mudah, ya?:) Tentunya ini jadi tantangan setiap kita, setiap orang tua guna menjejakkan suatu kenangan yang berharga-kenangan yang akan terpatri dalam lubuk hati anak kita ketika dia kelak dewasa.

Mari, para orang tua sekalian, sama-sama kita perbaiki diri kita jika kita belum memberikan kenangan berharga itu. Mohon bimbingan-Nya untuk menjadi orang tua yang lebih arif dan bijaksana karena memang peran ini tidaklah mudah. Namun, ketika Tuhan berikan kesempatan itu, semoga kita semua juga disadarkan untuk mempergunakannya sebaik mungkin. Itu harapan saya:)

HCMC, 25 Mei 2010

-fon-

* ‘special thanks’ buat Yovita Wijaya. Topik email yang menarik itu menjadikan aku terinspirasi menuliskan hal ini buat tulisan ‘parenting’ dalam serial Being Mom. Thanks a lot, Yo:) for bringing back precious memories, precious moments in me dan menuliskannya kali ini… Untuk terus mengingatkan aku juga akan pentingnya peran orang tua sebagai bagian dari memories dalam kenangan anak-anaknya…

Sumber gambar:

http://www.imagesbypp.com/portfolio-kids/images/Precious%20memories-gaby.jpg

No comments:

Post a Comment