Saturday, May 1, 2010

Handuk



In the beginning…

Awal mulanya ketika handuk tercipta di pabrik garmen. Handuk-handuk itu tercipta dalam berbagai jenis dan ukuran. Tentu saja dengan harapan akan digunakan untuk fungsi yang berbeda-beda pula, walaupun tak jauh-jauh dari ‘job description’ sebuah handuk.

Handuk kecil buat lap muka merangkap sapu tangan handuk. Handuk ukuran sedang buat anak-anak atau buat mereka yang suka ‘travelling’ walaupun di hotel tersedia handuk, terkadang masih mau bawa punya sendiri. Bisa jadi memang orangnya tidak suka handuk besar karena merepotkan. Handuk besar bisa buat orang dewasa atau cocok dibawa ke kolam renang, guna mengeringkan tetesan air sehabis berenang. Handuk juga memegang peranan penting di dapur dan di rumah, karena banyak terpakai. Mulai dari lap dapur, sampai lap kaki semacam keset kaki dari handuk yang sering dipakai di hotel-hotel. Mulai dari lap jendela, sampai lap meja. Handuk, memang seringnya dipakai karena daya serap yang tinggi dan cukup baik dibandingkan dengan kain yang terkadang kurang meresap misalnya…Juga karena lebih tebal, handuk terkadang lebih unggul terutama buat mengelap ompolan anak atau tumpahan kopi Sang Ayah.

Handuk, adalah bagian tak terpisahkan dari hidup manusia.

Pada mulanya, ketika handuk tercipta. Semua handuk baik adanya. Bersih, tanpa cacat cela. Dan ketika handuk-handuk itu harus menjalankan tugasnya, dikirim ke tempat tugasnya buat dipakai manusia… Dari toko kelontong sampai bengkel. Dari rumah tangga, sampai hotel. Handuk menyerap hal yang berbeda-beda. Ada yang bernasib baik menyerap air bersih sisa air mandi. Ada yang bernasib kurang baik, misalnya menyerap kotoran dan debu yang menempel. Yang pasti handuk tak jauh-jauh dari proses penyerapan…

***

Manusia dan handuk…

Setiap manusia tercipta baik adanya. Ketika proses penciptaan terjadi, begitu dahsyat dan ajaib sebetulnya. Tak ada manusia yang jahat ketika lahir. Semua bayi lucu, menyenangkan, manis, walaupun mungkin beberapa mengalami kekurangberuntungan misalnya tidak terlahir sempurna, tetapi kita yakini bahwa setiap bayi terlahir baik adanya.

Setelah besar, manusia menyerap apa yang ada di lingkungannya. Terkadang penyerapan itu berlangsung baik, terkadang penyerapan itu terkontaminasi dengan kejahatan atau sifat-sifat buruk lainnya. Unsur kejahatan juga bisa macam-macam. Maksudnya terkadang terpengaruh lingkungan entah keluarga atau teman. Mungkin pula terpengaruh Si Jahat berupa Iblis dalam beberapa kepercayaan. Namun, tak kurang seringnya, hanya karena manusia sendiri tak mau memilih yang baik.

Sama seperti handuk, kita semua menyerap: informasi, pendidikan, pengajaran, pengetahuan dan menjadikan kita semua seperti hari ini.

Bedanya: handuk tidak bisa memilah dan memilih, dia hanya pasrah pada tuannya. Dia hanya manut atau nurut saja. Disuruh ke bengkel, ‘OK’. Disuruh ke dapur, ‘ngangguk’. Disuruh menyeka keringat, ‘hayuk’. Tidak seperti manusia yang sebetulnya memiliki kehendak bebas untuk memilih apa yang bisa diserapnya. Terkadang manusia seolah pasrah, bak sebuah handuk, tanpa bisa memilih apa yang harus diserapnya. Tetapi sebetulnya? Kita punya hak pilih, bukan?

Manusia mudah-mudahan bisa memilih penyerapannya secara lebih bijaksana. Kalau tidak, apa bedanya kita sama handuk? :) ‘Tul gakkk?:)

Kita tak ubahnya ‘handuk’ dengan akal budi, bahwa kita tak ubahnya ‘handuk’ dengan ‘privilege’ kehendak bebas sehingga bisa memilih. Sayangnya sering kali kita salah pilih dan berlagak seolah diri ini adalah handuk: saya ‘ kan tidak tahu apa-apa…Jadi ya saya telan saja semuanya…

Benarkah? Sungguhkah?

‘Duh, handuk…!

Tiba-tiba aku ingat kepasrahan dan keberserahanmu, mau dibentuk dan mau jadi apa saja, seturut kehendak tuanmu. Tetapi manusia ini, termasuk diriku, banyaknya bandel-ngeyel-keukeuh-dan susah diatur. Setelah salah, baru bertanya: “ Mengapa ini terjadi padaku?”

‘Ckckck’…

Handuk, handuk…

Aku jujurnya kagum padamu, lho!

Keberserahan itu yang harusnya kami miliki ketika kami dibentuk. Ketika harus mengalami masa-masa yang menyakitkan, bukan seharusnya kami teriak dan protes. Harusnya kami percaya bahwa ada sesuatu yang indah di balik seluruh proses yang menyakitkan ini. Proses menjadi manusia yang lebih baik, lebih bijaksana.

Handuk…
Tak pernah kubayangkan hari-hariku tanpa kamu di sisiku:)

Karena apa jadinya keringat bercucuran setelah olahraga, air menetes tanpa henti sehabis berenang dan rumah? Pasti sulit juga kalau tanpa dirimu. Kamu memang bermanfaat!

Dirimu ingatkanku akan keberserahan. Akan ketaatan, mau ditempatkan di mana pun dengan rela. Mau dibentuk dengan menyerap kotoran (baca: hal yang tidak mengenakkan atau hal yang menyakitkan) sekali pun tanpa keluh kesah. Ya, hari ini pelajaran hidupku berasal darimu, handukku…!

HCMC, 29 April 2010

-fon-

* Sambil sikat gigi di wastafel memandangi pantulan via cermin- handuk yang tergantung di belakangku memberikan inspirasi penulisan kali ini.

* tautannya ada di: http://fjodikin.blogspot.com/

* share atau copas? Mohon menuliskan tautannya atau nama penulisnya. Trims.

Sumber gambar:

http://www.cottonclubhome.com/shopimages/products/thumbnails/hayat-style-towel2.jpg

No comments:

Post a Comment