Hari ini Hari Anak-anak Internasional (International Children’s Day). Di sekolah anak kami, dirayakan dengan menonton ‘magic show’- semacam sulap begitu kira-kira. Di hari yang seharusnya menjadi hari penuh cinta bagi anak-anak, mensyukuri mereka sebagai anugerah yang tak ternilai yang diberikan Tuhan kepada manusia, saya koq malah ngenes dengan pemberitaan dari ‘Yahoo Singapore’ yang saya baca. Lebih ngenes lagi karena ini pemberitaan mengenai seorang anak dari tanah air yang kecanduan rokok. Simak di berita di bawah ini:
JAKARTA (AFP) - – A new video of a smoking Indonesian toddler has emerged to shock health experts and provide further graphic illustration of the Southeast Asian country's growing addiction to tobacco.
The parents of a two-year-old boy seen smoking in a clip posted on The Sun newspaper's website are to be investigated, Indonesian officials said after the video drew worldwide attention.
Chubby Ardi Rizal laughs and responds to the adults around him as he sits on his plastic tricycle and inhales deeply from frequent drags on a cigarette.
His father reportedly gave him his first cigarette when he was 18 months old and now he smokes 40 a day. His mother says he beats his head against the wall unless he gets nicotine, but his father insists he is "healthy".
Child Protection Ministry official Heru Kasidi said the family would be investigated for what would be considered a clear case of child abuse in many countries.
It's the second time this year
Ardi Rizal, begitu namanya. Anak berusia dua tahun ini ketagihan rokok. Memulai pengalaman pertamanya dengan rokok di usia 18 bulan dan sekarang dia merokok 40 batang sehari. Ibunya berkata bahwa dia akan membenturkan kepalanya di dinding jika dia tidak mendapatkan nikotin, tetapi ayahnya berkeras bilang dia sehat.
Komentar pertama saya? Aduhhh, kasihan betul itu anak. Komentar kedua, ya koq bisa-bisanya orang tuanya memperkenalkan rokok di usia delapan belas bulan? Sementara kasus semacam ini di banyak negara, seperti yang dijelaskan oleh Agence France Presse (AFP) sudah dikategorikan sebagai ‘child abuse’ – penyalahgunaan atau perlakuan yang seharusnya tidak diterima oleh Si Anak.
Banyak anak yang harus menjadi korban orang tuanya. Mulai dari orang tua yang entah seolah kerasukan: membunuh, memperkosa, menyakiti, menjual anaknya sendiri. Mulai dari orang tua yang meng-karyakan anaknya menjadi pengemis atau pengamen guna mendapatkan sejumlah uang. Mendidik yang tak benar semacam kasus Ardi Rizal. Belum lagi perkataan kasar, perlakuan kasar: pukulan sampai membuat cacat, cubitan sampai lebam, hinaan semisal ‘tolol-bego-idiot’ dan sebagainya. Banyak kali dalam hidup orang yang tertindas (orang kecil) seringnya jadi korban. Mereka yang tak bisa melawan contohnya ya anak-anak ini… Karena kecil, karena polos, karena gampang dimanipulasi, seringnya mereka jadi korban.
Himbauan bagi setiap orang tua, termasuk saya: sudahkah kita perlakukan anak kita sebagaimana seharusnya? Jika belum, mungkin kita harus benahi diri. Sehingga di Hari Anak Internasional ini, kita bisa berkata ‘Happy Children’s Day!’ (harapan saya sungguh anak-anak itu betulan ‘happy’ dan bukan ‘unhappy’:)).
Masih banyak PR bagi kita sebagai orang tua… Memang jadi orang tua itu tak ada sekolahnya, semua ‘learning by doing’. Semoga kita yang sudah dikaruniai anugerah menjadi orang tua, bisa bersyukur atas anugerah itu. Menjadi yang terbaik yang kita bisa, mengampuni diri kalau ternyata tak mampu jadi orang tua yang ideal tetapi tetap terus belajar untuk lebih baik, sekaligus mohon bimbingan-Nya agar bisa menjadi orang tua yang lebih bijak di dunia yang kata orang semakin kacau ini. Itu harapan saya, syukur-syukur itu jadi harapan kita bersama.
Selamat Hari Anak Internasional. Semoga anak-anak kita yang berhak mendapatkan keceriaan mereka, pendidikan dan pengajaran demi mengembangkan kebaikan yang ada di dalam diri mereka, sungguh menikmati itu semua karena memang mereka layak menerimanya…
HCMC, 1 Juni 2010
-fon-
No comments:
Post a Comment