Tiba-tiba saya teringat seorang sahabat saya, yang sebetulnya saya kenal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dia-yang saya kenal di bulan-bulan terakhir di Singapura-menjadi contoh seseorang yang benar-benar tulus. Di mata saya, dalam ketidaksempurnaannya pun, dia tetap memenangkan predikat tulus dan tanpa pamrih. Jarang sebetulnya saya temui pribadi semacam ini dalam hidup ini dan saya berterima kasih menemukannya dalam diri sobat saya itu.
Anggaplah sebagai suatu keberuntungan, ketika kita berkesempatan menemukan seseorang yang begitu klop di hati. Seolah semua sebegitu mudah terbukanya-jalan komunikasi dan bicara dari hati ke hati- dengan seseorang seperti ini. Saya merasa beruntung menemukannya (bersama barisan beberapa teman yang lain, yang betul-betul bisa curhat dari hati ke hati). Saya pikir dulunya dengan keaktifan saya di sana-sini sewaktu masih di
Persahabatan yang tulus dengan dia terbina baik, sehingga saya pun kembali bersyukur bahwa kesempatan itu dihadirkan kembali dalam hidup saya. Dalam sejarah persahabatan yang saya alami: ada saat-saat di mana persahabatan itu menjadi pudar karena sesuatu dan lain hal, namun sahabat sejati tentunya bersama-sama mengarungi hidup dengan saling berbagi, saling bercerita, saling sehati, untuk kemudian melangkah maju bersama. Saya bahagia dan bangga punya kesempatan mengecap hal itu. Dalam kondisi hati yang tidak bersahabat, selalu mudah untuk mencari celah yang merenggangkan persahabatan itu sendiri. Bermula dari kecurigaan misalnya, jika tidak segera diatasi tentunya sulit juga untuk kembali kepada kemurnian dan ketulusan persahabatan itu sendiri.
Saya pun pernah mengalami hal-hal yang tidak enak sehubungan dengan persahabatan.
Kembali kuingat lagi, ketulusan itu…
Tatapan sahabatku, bantuannya di saat aku betul-betul sendirian dan memerlukan tangan yang menolong. Kata-kata yang menyejukkan ketika aku dirundung masalah, pertolongan yang seolah tepat waktu…Ya, aku sadar, dia tak selalu bisa menemani aku, tetapi untuk semua yang sudah dia berikan padaku. Aku bersyukur. Semoga aku pun bisa menjadi seorang pribadi yang tulus, yang berusaha walaupun dalam ketidaksempurnaanku untuk memberikan diriku bagi sesama. Yang walaupun aku dalam kondisi yang tengah bermasalah, tidak membombardir orang yang tak tahu apa-apa…. Dengan tidak menjadikannya sebagai korban atas segala emosiku, kesombonganku, atau keinginan untuk selalu dibenarkan karena aku merasa sebagai orang yang tak pernah salah (ah, aku sadar….aku banyak salah koq…Malu rasanya bilang kalau diriku tak pernah salah…Maluuu pada semut merah dan semut hitam…J).
Biarlah aku belajar tetap jadi tulus, mengharap yang terbaik bagi setiap orang. Jauhkan diriku dari penghakiman berlebihan terhadap orang lain karena bila aku yang dihakimi, apa jadinya diriku…
Tulus, tetaplah bersamaku, diami hatiku dan bersemi di dalamnya….
HCMC, 11 Juni 2010
-fon-
* biarlah aku tinggal dalam ketulusan dan berusaha lebih baik di dalamnya….AminJ
No comments:
Post a Comment