Tuesday, September 29, 2009

Jatuh


Kurang dari seminggu yang lalu, di hari Kamis sore…

Setelah turun bus, aku menyebrang dari bus stop yang ada di depan apartemen kami. Audrey tengah tidur dan kugendong di tangan kanan. Sementara sebelah kiri ada 2 tas milikku dan Audrey yang ada di bahu kiriku, plus dua plastik kantong belanja dari supermarket yang ada di tangan kiriku.

Setelah menyeberang, aku berjalan di atas rerumputan hijau di depan apartemen kami. Di sebelahnya ada air mancur dengan papan nama yang menunjukkan plang apartemen tempat tinggal kami.

Dan di rerumputan itulah aku terjatuh. Kehilangan keseimbangan sambil memegang erat anakku yang tengah tertidur. Untung dia tak apa-apa, untung juga dia tetap tertidur lelap. Sementara aku mulai mengumpulkan tenaga untuk bangkit setelah jatuh dengan posisi berlutut dan bertumpu di dua lututku.

Belanjaan cukup berat dan dengan posisi agak limbung, aku mencoba menyeimbangkan kiri dan kananku. Karena yang penting juga anakku tidak terbangun.

Dan tak lama, terima kasih kepada Tuhan, kalau aku boleh berdiri lagi. Dengan pelan aku berjalan menuju pintu gerbang apartemen kami. Agak sedikit ngos-ngosan karena baru saja jatuh dan bangkit lagi!

***

Di depan pintu gerbang apartemen, aku menjumpai dua orang domestic helper asal Indonesia. Yang seorang dengan baik hati menawarkan bantuan dan langsung mengambil alih dua plastik yang ada di tanganku. Aku amat berterima kasih pada si Mbak. Mbak Yuni kalau tidak salah namanya.

Dia mengantarku sampai ke depan pintu rumah. Setelah itu kuperiksa kakiku. Bagian kanan bawah, daerah telapak kaki, agak sakit. Namun, semuanya normal-normal saja, tanpa keluhan. Jadi, kupikir aku baik-baik saja.

Namun, dua hari sesudahnya, sakitnya tambah menjalar. Di seluruh tubuh bagian kananku dari telapak kaki sampai ke kepala sakit semua. Termasuk punggung kanan, lengan kanan, dan paha kanan.

Mungkin ini efek menahan Audrey dari jatuh dan keterkejutanku. Atau mungkin juga gabungan dari keduanya? Entahlah, aku juga tak mengerti secara pasti. Yang jelas, seluruh tubuhku sakit seketika.

Upaya pertama yang mau kulakukan adalah menuruti nasihat suamiku untuk mendaftarkan diri di fisioterapis. Tapi, karena hari Sabtu jadwalnya penuh, sementara hari lain aku tak mungkin meninggalkan anakku sendirian, akhirnya kuputuskan untuk menunda terlebih dahulu. Namun, apa yang harus kulakukan? Kutelpon seorang sahabatku yang merekomendasikan seorang sin she (Traditional Chinese Medicine/TCM Practitioner) yang ahli cedera akibat olahraga (sports injury) dan bone fracture (retak atau patah tulang). Kupikir tak ada salahnya juga kucoba. Sepulang dari sin she, dengan keahliannya mengurut dan juga obat Chinese yang sudah diramu sebelumnya, aku berhasil pulih. Thank God. Malamnya aku bisa kerja lagi, nyapu-ngepel dan masak.

Jatuh dan ‘jatuh’…

Setelah sekian lama tidak jatuh dan dalam kondisi baik-baik saja, akhirnya aku mengalaminya juga. Dengan kondisiku yang rata-rata sendirian dalam mengasuh anak sehari-hari karena suami bekerja, tentunya jatuh adalah hal yang terakhir yang kuharapkan…

Tapi, biarpun jatuh, masih untung juga tidak parah dan pemulihannya berlangsung cukup cepat.

Dari pengalaman jatuh itu, aku tersadar bahwa manusia memang tak selamanya kuat. Ada kalanya hidup bisa membawaku terjatuh. Jatuh ke tanah berumput sebagaimana yang kualami dan ada kalanya kita ‘jatuh’ dalam permasalahan berat, kegagalan, kesedihan tak berkesudahan ataupun terpuruk dalam tindakan mengasihani diri karena kesalahan di masa lalu yang seolah tak terampuni.

Jatuh tidaklah menyenangkan apabila dilihat dari sakit yang dialami. Jatuh secara harafiah, jatuh betulan: dari tempat tidur, dari sepeda, dari menunggang kuda, tak pernah merupakan hal yang enak. Biasanya sakit atau sakit sekali.

Jarang orang jatuh di tempat yang empuk, kecuali landing atau mendaratnya di kasur empuk hehehe :)

Pengalaman ‘jatuh’ juga pernah kualami. Menghadapi masalah berat seolah tanpa solusi, menghadapi kegagalan yang tak mengenakkan, berusaha tapi seolah tak ada hasil yang berarti yang pada akhirnya meruntuhkan harga diri dan kehilangan motivasi…

‘Jatuh’, sebagaimana jatuh, tak pernah enak. Namun, selalu ada sesuatu di baliknya…

Jatuh mengajarkanku lebih berhati-hati. Lain kali, kalau jalan lebih memperhatikan sekitar. Lain kali jangan bawa barang terlalu banyak terutama kalau sedang bersama putriku yang tertidur.

Sedangkan ‘jatuh’ mengajarkanku bahwa aku tak perlu sombong, tak perlu tinggi hati, karena bisa juga mengalami hal yang tidak mengenakkan seperti ‘jatuh’ itu tadi.

‘Jatuh’ membawaku kepada permenungan bahwa dari situ aku belajar untuk tidak menyerah, tidak berputus asa. Walaupun jujur saja, rasa itu pernah hadir ataupun singgah, tapi dia tak bertahan lama. Karena pada akhirnya kita bisa memilih untuk tidak terlarut di dalamnya apalagi terus terpuruk selamanya. Atau, kita bisa lebih mengerti kondisi yang ada bahwa memang aku tengah tidak berada pada kondisi puncak kehidupan. Rodanya tengah membawaku berada di bawah. Namun, aku tak hendak berhenti berusaha, karena keyakinan bahwa suatu saat nanti roda ini akan berputar kembali dan aku akan menuju ke kesuksesan.

Kegagalan dan kejatuhan hendaknya tidak membuat kita berhenti berusaha. Karena tanpa usaha, kita hidup tapi kita seolah tanpa arti. Seolah separuh dari diri sudah mati.

Berusaha bangkit dari keterpurukan dan kejatuhan, kemudian berdiri tegar karena percaya dalam iman bahwa Tuhan tak akan biarkan orang-orang yang percaya pada-Nya jatuh untuk selama-lamanya. Kalaupun jatuh, takkan dibiarkan-Nya sampai tergeletak. Dia tahu kapan mengangkat kita kembali dari kejatuhan dan seluruh kegagalan kita. Asal kita percaya pada-Nya.

‘Jatuh’ bagi saya pribadi juga kesempatan untuk refleksi diri, untuk merenungkan adakah langkah yang memang kurang tepat, salah atau keliru. Bukan untuk menyalahkan diriku, hanya untuk tindakan pembelajaran bahwa lain kali di masa depan bila dihadapkan pada kondisi serupa, mudah-mudahan aku bisa lebih bijaksana dalam menyikapinya…

Thank God, I’m OK now… Dengan tambahan kepercayaan yang lebih dan lebih lagi kepada-Nya atas perlindungannya yang tak pernah berhenti menaungi hari-hariku… Atas kasih-Nya bahwa Dia selalu melindungi kita semua. Jatuh pun tak akan sampai tergeletak, karena Dia memegang tanganku, tanganmu, tangan kita semua.

Singapore, 29 September 2009

-fon-

* pengalaman ‘jatuh’ membawaku kembali jatuh! Jatuh cinta pada diri-Nya atas segala perlindungannya yang sempurna, atas segala pertolongan-Nya yang selalu tepat waktu. Grateful to have YOU, God!

sumber gambar: http://farm3.static.flickr.com/2460/3712775996_92b7e19101.jpg

No comments:

Post a Comment