Wednesday, September 30, 2009

Duet Alicia dannn…. Saya :)


Alicia memencet tuts grand piano Yamaha warna hitamnya dengan fasih dalam sebuah live show. Suaranya yang jernih, ber-power, dan merdu dengan cengkok Rhythm and Blues kegemaran saya mulai mendayu-dayu. Dengan penampilan sederhana : celana panjang hitam dan blus warna coklat muda, riasan wajah minimalis namun berdominasi warna coklat yang juga sangat cocok di wajahnya, dan rambutnya yang dikepang kecil-kecil, dia tampak cantik. Dia memang menarik. Dan kini dia mulai meneriakkan sepenuh hati lagu ciptaannya yang direkam dan diproduksinya sendiri di album the Diary of Alicia Keys (2003).

If I Ain’t Got You

Some people live for the fortune
Some people live just for the fame
Some people live for the power, yeah
Some people live just to play the game
Some people think that the physical things
Define what's within
And I've been there before
But that life's a bore
So full of the superficial

Dan saya pun mulai memencet tuts saya, sembari telinga saya memasang ear phone yang memperdengarkan lagu dari lagu Alicia. Yuk, Alicia…Kita duet!

Saya bersenandung bersamanya… Duet ini cukup istimewa bagi saya, karena saya pun memencet tuts juga. Sama tetapi berbeda. Tuts saya adalah tuts keyboard tempat menumpahkan segala perasaan, unek-unek, dan imajinasi saya. Sementara tuts Alicia adalah tuts piano yang agaknya juga tempat menumpahkan perasaan, unek-unek, dan kreatifitasnya juga.

Ok, Alicia…It’s my turn! :) Kini giliran saya, ya...:)

Saya setuju dengan apa yang kamu bilang soal banyak orang hidup untuk ketenaran dan popularitas. Saya juga setuju banyak orang hidup untuk kekuasaan dan beberapa di antaranya juga berpikir hidup adalah sebuah permainan. Dan juga banyakkk sekali orang yang berpikir bahwa hal-hal yang berbau fisik, semisal penampilan yang dilengkapi segala atribut penuh merek mentereng perancang kelas dunia, menunjukkan orang tersebut seperti apa. ‘Dalam’- nya seperti apa, ditentukan oleh apa yang tampil di luar. Banyak orang berpikir bahwa merek adalah segalanya. Kalau tidak pakai merek, mereka bisa mati gaya. Bisa ketinggalan zaman. Jujur saja, memang tidak mudah ketika uang berlimpah ruah. Mungkin merek bagi sebagian orang dirasa mampu menentukan identitas mereka ada di tingkat yang mana. Namun, saya tertarik dengan cerita seorang pemilik perusahaan di Singapura ini, yang memiliki banyak cabang departemen store, dia tetap hidup sederhana dengan barang-barang tanpa merek. Dan uangnya dia fokuskan untuk hal lainnya, hal-hal yang jauh lebih bernilai. Ah, Alicia… saya rasa orang semacam itu memang luar biasa. Dia tak terpengaruh kemilau dunia yang menawarkan merek-merek itu, malah tetap hidup ada adanya. Hmmm, memang dia termasuk langka.

Yang malah saya juga pernah lihat, Alicia… Banyak orang yang maaf…’tanggung’…Dalam arti, baru merasakan sedikit cipratan uang dalam hidupnya dan mulai bergaya. Branded-mania. Seolah menunjukkan statusnya… Padahal, ketika berbicara ketahuan juga, mereka tak secanggih apa yang mereka pakai. Bahkan saya ingat Samuel Mulia di Kompas pernah menulis, mereka yang gila mode dan memakai tas semacam Hermes pun terkadang tak fasih menyebutkan merek itu dengan benar. Di mana cara melafalkan Hermes yang seharusnya adalah dibaca air-mez dalam Bahasa Inggris atau Ermez dalam Bahasa Indonesia (dengan huruf ‘r’ yang sedikit diputar, karena asalnya dari Bahasa Perancis). Dan ini juga berlaku untuk merek-merek lainnya yang sulit diucapkan. Banyak orang menilai diri mereka sejajar dengan merek yang dipakai. Padahal? Alicia, kamu tahu sendiri jawabannya, kan?

Belum lagi dunia ini memang selalu melihat penampilan. Mau lamar kerja? Lihat penampilannya. Bisa kerja tapi penampilan berantakan, terkadang tidak diterima. Mencari jodoh juga terkadang sangat mengandalkan rupa. Walaupun pada akhirnya, bagi orang-orang yang mengerti dan menyelami lebih dalam, wajah yang cantik/ganteng bukan segala-galanya. Semakin dewasa seseorang, semakin mampulah ia melihat kecantikan dari dalam. Inner beauty speaks louder

Duh, Alicia.. Koq, saya berpanjang-panjang begini ya? Sekarang giliran kamu. Pengeras suara kukembalikan padamu. Kucerna setiap kata di lagumu.

Alicia, mainkan! :)

[Chorus:]
Some people want it all
But I don't want nothing at all
If it ain't you baby
If I ain't got you baby
Some people want diamond rings
Some just want everything
But everything means nothing
If I ain't got you, Yeah

Plok…plok…plok… Saya berikan standing ovation buatmu. Biarlah tepukan tanpa henti ini untukmu. Sungguh, kamu memang penyanyi handal dengan lirik indah! Tidak salah kalau saya nge-fans sama kamu, Alicia!

You’re one of the best buat saya!

Kalau urusan cinta pada pacar yang seperti kamu tuliskan itu, Alicia. Rasanya tidak semua wanita bisa begitu. Dalam arti, zaman sekarang tidak semua wanita mau nrimo. Ada beberapa di antaranya memang suka bling-bling, itu lho sesuatu yang berkilauan yang menjadi perhiasannya… Siapa juga yang tidak suka permata… Mobil mewah, rumah megah plus kolam renang, dan kemewahan lainnya….kamu tambahkan sendiri deh, ya…

Tetapi, bagi mereka-mereka yang mengerti makna hidup dan cinta. Bagi mereka-mereka yang mau mencintai secara sungguh, mau permata keq…mau berlian keq…mau liburan termewah seperti cruise ke Alaska keq… Kalau sama orang yang tidak sreg di hati, tidak dicintai, apa ada gunanya?

Banyak juga yang bilang, apa kamu bisa makan cinta? Makan tuh cinta! Hare gene, orang perlu uang. Makan perlu uang, punya anak perlu uang, sekolahin anak apa lagi. Jadi, carilah seseorang yang beruang. Bukan! Bukan beruang, Alicia.. Not a bear :) Maksud saya orang yang punya uang: ber-uang hehehe…

Ya, syukur kalau dapatnya yang berduit. Anggaplah itu bonus. Tapi, kalau tidak? Ada juga yang bilang buat apa sama orang itu? Sudah miskin, jelek lagi. Aduh, Alicia…! Kupingku kadang suka panas kalau dengar hal seperti itu. Bukankah roda kehidupan bisa membawa kita ke mana saja? Berapa banyak kita lihat orang-orang yang tidak punya, orang-orang yang dari bawah bisa jadi orang sukses. Sementara tak kurang banyak jumlahnya, orang-orang kaya yang jatuh bangkrut. Bukankah itu tak pernah disangka… Koq, orang kadang sombong sekali, ya…Kamu pernah berpikir begitu, Alicia?

Terus, waktu baca lirik lagumu. Aku tiba-tiba ingat Tuhan. Hidup bagiku tak ada artinya sama sekali, kalau tidak ada TUHAN.

Everything means nothing, if I don’t have YOU, God. Boleh ya, Alicia… Aku modifikasi sedikit… Izinkan aku berkreasi dengan meminjam istilahmu yang bagus itu…:)

Buat saya, semua yang saya miliki : harta yang tidak banyak ini, kepandaian yang tidak seberapa ini, ketrampilan yang juga masih dalam proses belajar ini, semuanya deh… Tak ada artinya, tanpa Tuhan di dalamnya.

Tanpa Tuhan, membuat saya mudah menjadi orang yang sombong. Dipuji sedikit, bangga berlebihan lalu merasa diri hebat. Dan tidak sadar, kalau itu datangnya dari mana. Ketika menghadapi masalah berat, baru deh minta tolong sama Tuhan. Baru berasa tak berdaya, tak punya apa-apa.

Kadang, Alicia… Penyesalan itu koq selalu datangnya terlambat. Setelah semua kejadian parah, baru sadar… Oh, M-A-N-U-S-I-A…! Begitulah adanya.

Sementara saya sudah selesai menuliskan keluh-kesah saya dari lirik lagumu. Alicia, tetap mainkan! You go, girl! Terima kasih atas waktumu untuk berduet dengan saya. Setidaknya saya terhibur dengan permainan pianomu dan suara indahmu, dan saya mengimbanginya dengan ‘permainan’ keyboard-ku. Keyboard di komputerku. Permainan huruf-huruf dan rangkaian kata-kataku.

Thanks for tonight! Lain kali kita duet lagi yuk, jangan bosan-bosan ya :)

Singapore, 30 September 2009

-fon-

* Kalau Alicia Keys ngerti Bahasa Endonesa, mungkin dia bakal bilang, “ Emangnya gue pikirin soal duet ama loe??? Wakakaka….” Tapi dalam imajinasi gue, sah-sah aja, kan ya? Love you Alicia…Muachhh:) *


sumber gambar : http://cdn.last.fm/coverart/300x300/2025110-1537119016.jpg

No comments:

Post a Comment