Monday, September 7, 2009

Menulis itu Menyenangkan


Dulu, ketika aku baru belajar menulis dan mengirimkannya kepada segelintir teman-temanku, kira-kira tahun 2002-2003, aku mendapati bahwa menulis itu betul-betul menyenangkan. Bukan saja aku bisa mengekspresikan segala perasaanku, aku juga bisa menambahkan pendapat, imajinasi, sehingga terbentuk lebih dari satu jenis tulisan. Paling tidak ada cerber atau cerpen dan tulisan berupa pengalamanku.
Bahasa yang kupakai pada saat itu adalah bahasa gaul campur Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia tentunya dan aku betul-betul menikmati hal itu. Merasakan kalau aku betul-betul bisa ‘on’, betul-betul bisa puas kalau aku bisa menumpahkan segala perasaanku di atas tuts keyboard, mengirimkannya, dan mendapatkan tanggapan dari teman-temanku. Sederhana sekali sebetulnya, hanya itu saja.

Namun, sejalan dengan waktu yang terus bergulir, ada saatnya pula ketika aku tidak lagi merasakan kesenangan (fun) ketika menulis. Maksudnya begini, ketika sudah banyak komentar positif bahwa tulisanku meng-inspirasi mereka, dari dalam hatiku tanpa sadar ada keinginan untuk terus membahagiakan para pembacaku dan membuat standar baru yang terlalu tinggi bagi diriku bahwa tiap tulisanku HARUS BISA MENGINSPIRASI orang lain. Dan di masa seperti itu sebetulnya, aku kehilangan rasa ‘fun’ itu tadi. Menulis jadinya merupakan satu tindakan pembuktian diri, satu langkah untuk memaksa diri meng-inspirasi orang lain. Dan itu sebabnya menulis di kala itu membuatku merasa biasa saja dalam arti sudah kekurangan esensi yang harusnya menyenangkan itu tadi…

Semalam, aku menuliskan satu resensi film, dari sebuah serial Taiwan yang kutonton selama lima hari terakhir. Aku merasakan bahwa kalau diriku yang dulu, yang merasa harus terus meng-inspirasi orang, tentunya akan merasa bahwa tulisan itu sia-sia belaka. Itu kan hanya resensi, sinopsis film, bagaimana mungkin bisa meng-inspirasi?
Namun, di TK Yuk Nulis dengan Bu Guru Lini Hanafiah yang terus berkata: “ Bagus!” dengan setia, aku didorong (di-encourage) untuk bermain dengan bebas, meng-explore segala kegiatan menulis dengan ‘fun’ sehingga tak perlu memikirkan soal inspirasi bagi orang lain. Syukur-syukur kalau tulisan itu meng-inspirasi, kalau tidak, ya…anggap saja aku tengah bermain dengan teman-temanku sesama nuliser di Yuk Nulis dan merasa senang.

Ya, saat ini kami memang masih berada di TK Yuk Nulis dengan segala fasilitas playground-nya. Ada perosotan, ada jungkat-jungkit, ada merry-go-round semacam komidi putar, ada kuda-kudaan, dan sebagainya. Itu buatku berarti merasa nyaman dan senang dengan menulis apa saja, mulai dari sinopsis, cerpen, cerber, sharing, pendapat, imajinasi, sampai kepada novel seperti yang dilakukan salah seorang temanku.
Kebebasan berekspresi itu tak ternilai. Selain itu pula melakukan apa yang disukai tanpa tekanan, juga lebih menyenangkan ketimbang harus terus memaksa diri melakukan sesuatu yang belum tentu sesuai hasil. Saat aku merasa harus meng-inspirasi orang lain, mungkin tulisanku belum tentu bisa meng-inspirasi mereka, dan hasilnya aku menjadi kecewa.
Namun, tatkala aku hanya berusaha bermain dengan bebas, menuliskan semua ide dan inspirasi yang muncul, itulah saatnya aku merasa ‘fun’. Menulis memang menyenangkan!
Dan itu kudapati bersama teman-teman kami di TK Yuk Nulis.

Sudah dulu, ya… Aku mau main lagi sama teman-temanku. Lihat, perosotan itu menarik sekali… Dan kupu-kupu di taman? Ah, kami mau mengejarnya… Dan melihat keindahannya…:)

Singapura, 8 September 2009
-fon-
* terima kasih, khususnya bagi Lini, Femi, Angel, Anita, Grace, Martina, Imelda, Simon, Rosa, Rini, Sansan, Hanna, Shandra, Veronica, Ratna Fri dan teman-teman Nuliser lainnya. Maaf, kalau ada yang ketinggalan dan tak sempat absen nama kalian. But really, it’s such a good feeling to be with you all… Thanks for the fun that we have in writing world…:)

Picture: http://www.thewritersworkshop.net/writing-2.jpg

No comments:

Post a Comment