Chapters of Life, begitu saya senang menyebutnya. Karena bagi saya, hidup adalah babak demi babak, bab demi bab, yang menjadikan buku kehidupan saya sempurna.
Saturday, September 5, 2009
Remaja dan Seks
Awalnya, tidak ada niatan dari diri saya untuk menuliskan tentang seks. Suatu topik yang sepertinya agak tabu bagi sebagian orang dan bagi saya sendiri, saya belum pernah menuliskan tentang hal ini. Namun, berita yang dimuat di harian The Straits Times beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 2 September (Rabu), 2009, mau tidak mau membuat saya tergerak untuk menuliskan bagian dari keprihatinan saya juga soal remaja dan seks.
Interview yang diadakan oleh wartawati the Straits Times dengan seorang Pastor (Andrew Choo) dari Andrew dan Grace Home yang menangani masalah seks di usia remaja, membuat mata saya terbuka, karena memang benar inilah kenyataan yang dihadapi. Di Singapura, menurut Pastor Andrew sekitar sebelas tahun lalu, remaja akan mendekati Pastor untuk berkonsultasi kebanyakan tentang hubungan pacaran semata dan hanya sedikit saja dari remaja yang melakukan seks semasa berpacaran, itu pun di usia 18-19 tahun. Tetapi sebelas tahun kemudian, saat ini tepatnya, mereka-para remaja itu-sudah melakukan seks di usia 12 tahun, bahkan mereka dengan fasih bicara tentang oral sex!
Hati saya sangat sedih membaca kenyataan ini. Memang, mungkin ini adalah bagian dari modernisasi, penyebaran informasi, media, termasuk pergeseran nilai/norma di masyarakat. Begitu kompleksnya masalah ini, membuat kita mau tidak mau harus menyadari bahwa ini kenyataan yang pahit.
Terbayang, dulu… Ketika berumur 12 tahun, mungkin sebagian besar dari kita masih berada di bangku SD atau SMP kelas 1, yang tentunya masih culun, naïf, dan belum mengerti banyak hal. Tetapi, seiring perkembangan zaman, inilah umur di mana para remaja, para ABG di Singapura mulai melakukan kegiatan seksual secara aktif.
Di Indonesia, saya tidak tahu persisnya, namun saya kira apa yang terjadi di Singapura bisa menjadi bahan perbandingan sekaligus pembelajaran buat kita semua.
Saya tidak bisa membayangkan untuk beberapa tahun ke depan, berapa umur remaja alias ABG ini ketika mereka pertama kali mendapatkan pengalaman soal seks? 9 tahun???
Kalau iya, OMG (baca: Oh My God)! Ya, Tuhan…
Sebagai seorang ibu dari seorang anak perempuan yang masih berusia 2.5 tahun, jujur saja ada terselip kekuatiran dalam hati saya ketika membaca hal-hal semacam ini. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, 10 tahun ke depan, ketika anak saya berada di umur 12 tahun lebih. Yang jelas, teknologi tambah canggih sehingga akses terhadap pornografi bakal lebih mudah. Selain itu informasi yang didapat dari teman-teman juga akan lebih modern dan tidak sama seperti zaman papa, mama, atau neneknya mereka. Dan, peperangan ini juga melawan si Jahat yang ingin menguasai dunia lewat hal-hal negatif, termasuk kegiatan seksual di usia dini.
Memang hanya dengan iman dan menanamkan nilai-nilai yang kuat, itulah harapan yang masih bisa dilakukan. Dunia semakin jahat, semakin menawarkan banyak pilihan untuk berbuat jahat, namun orang-orang yang setia, orang-orang benar, orang-orang yang memilih nilai yang baik, tetap ada dan tak kurang jumlahnya. Dengan menanamkan nilai yang baik dan ketaatan akan Tuhan, diharapkan banyak orang bisa menanamkan nilai yang baik pula dan menjadi contoh yang baik juga bagi anak-anak mereka.
Remaja yang mudah dipancing rasa ingin tahunya, ingin mengeksplorasi banyak hal, termasuk rasa ingin tahu mereka akan seks. Dan cenderung mereka mencoba, ketagihan, dan menyesal kemudian. Perlunya pendidikan seks yang baik, yang menginformasikan juga konsekuensi dari tindakan seksual dan kemungkinannya seperti: kehamilan dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kegiatan seks bebas seperti AIDS dan penyakit kelamin lainnya.
Akhirnya, memang kita tak mampu melawan perubahan zaman karena perubahan itu akan tetap konstan terjadi, namun rasanya kita perlu menanamkan sikap sehingga membentuk anak-anak yang berkarakter. Bukan saja seks bebas dilarang oleh agama mana pun, apalagi di usia sedini itu, namun juga seks bebas memiliki banyak konsekuensi yang merugikan si anak bila dia terlanjur hamil atau terkena penyakit-penyakit lainnya.
Tanamkan kebaikan, bersenjatakan iman, bersama Tuhan, dan berilah contoh yang baik. Moga-moga remaja-remaja di masa depan, anak-anak kita yang saat ini berusia balita, bisa tetap mendapatkan masa depan cerah, namun terkendali. Dalam arti mereka mengerti konsekuensinya melalui pengertian yang diajarkan perlahan-lahan namun pasti, sehingga sebelum mereka bertindak mereka sadari semua konsekuensi itu dan bisa memilih teman-temannya juga (karena pergaulan juga bisa menjerumuskan seseorang apalagi seseorang yang masih begitu muda yang baru berumur belasan tahun).
Dan saya yakin juga di dunia, ada orang-orang seperti Pastor Andrew Choo, yang walaupun tidak saya kenal secara pribadi, namun perjuangannya sungguh besar bagi perkembangan mental para remaja di Singapura ini.
Godaan dan kejahatan memang makin hebat, makin canggih, namun saya juga tak kurang keyakinan, bahwa kuasa Tuhan juga akan semakin nyata dinyatakan di atas bumi ini. Tuhan tidak akan lari apalagi sembunyi, ketika anak-anaknya mengalami kesusahan, kekuatiran, dan mohon perlindungan.
Perlindungan-Nya akan selalu ada sampai kapan pun. Amin.
Singapore, September 05, 2009
-fon-
* prihatin akan hal ini, sekaligus percaya bahwa Tuhan tak pernah tinggalkan umat-Nya.
Picture:
http://img.dailymail.co.uk/i/pix/2006/09/pregnantteenager_228x272.jpg
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment