Holland Village di hari Sabtu, 19 September 2009
Sesudah menyelesaikan beberapa urusan di
Di luar Bread Talk Holland Village, kami hendak menyetop taksi. Memang bukan di taxi stand , tapi karena hujan dan Holland Village ini agak open space yang tak terlindungi sehingga sulit bagi kami untuk menuju ke arah taxi stand dalam kondisi hujan lebat begini, akhirnya kami naik dari depan Bread Talk saja.
Di depan
Namun tidak dengan orang yang saya jumpai Sabtu lalu. Dia seorang laki-laki, mungkin berusia sekitar 30-an hampir mendekati 40. Atau jika tebakan saya meleset, dia ada di awal umur 40. Dia ketika saya katakan bahwa saya mau membeli tissue dan bertanya berapa harganya. Dia hanya menjawab satu kata, “Terserah.”
(Saya menerjemahkan percakapan kami dalam bahasa Mandarin)
Kata yang tak pernah terduga dalam diri saya, keluar dari mulutnya. Dia berserah dan terkesan pasrah ketika mengatakan hal tersebut. Sekaligus tidak menunjukkan keinginan untuk dikasihani. Saya agak terperanjat karena reaksinya berbeda dengan ‘penjual tissue’ pada umumnya. Dia memiliki sikap berserah di tengah segala keterbatasannya, walaupun hanya duduk di kursi roda.
Terserah Tuhan…
Ketika kita meminta sesuatu, kita mohonkan dengan begitu spesifik. Karena katanya, Tuhan senang melihat impian kita yang begitu spesifik. Namun di balik itu, ketika kita terus meminta kepada-Nya, kita cenderung menjadi orang-orang yang demanding. Orang-orang yang kerap kali menuntut agar Tuhan memenuhi permintaan saya dan Anda. Bak seorang anak kecil yang tak diberi mainan atau permen yang diinginkan, dia lalu berontak. Entah dengan mengguling-gulingkan badannya di lantai, entah dengan menangis, entah dengan terus rewel meminta kepada orang tuanya tanpa henti.
Apakah saya terlanjur seperti itu Tuhan? Kapankah saya pernah berkata, “ Terserah Tuhan, apa yang Tuhan beri, saya berusaha menyukainya?”
Tentunya saya terus berusaha untuk berjuang dalam hidup ini. Berusaha meraih impian dan cita-cita saya, berusaha menjadi terbaik yang saya bisa. Namun, dalam satu titik saya juga harus berkata, “ Terserah Tuhan. Apa pun itu, saya yakin, itu yang terbaik bagiku.”
Sering kali kita terkesan mengatur Tuhan sebagaimana yang kita inginkan. Kita panjatkan doa dan keinginan kita kepada-Nya, lalu meminta-Nya mengabulkan ASAP (as soon as possible). Lebih cepat, lebih baik. Kalau bisa detik itu juga. Tuhan
Apa yang kita ketahui bahwa Tuhan Maha Kuasa, Tuhan memungkinkan segalanya, terkadang membuat kita menjadikan hal-hal tersebut sebagai senjata untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kita menjadi orang-orang yang selalu menuntut Tuhan untuk mengabulkan doa kita, tanpa pernah berkata: “ Terserah Tuhan, karena kuyakin ini yang terbaik bagiku.”
Terserah dalam hal ini bukan berarti tidak melakukan apa pun. Bukan berarti pula meningkatkan kemalasan dalam diri. Terserah yang saya maksudkan adalah menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan setelah semua yang terbaik sudah dilakukan.
Terserah bukan berarti cuek, terserah bukan berarti tidak bertanggung jawab. Justru ketika kita membebaskan Tuhan bekerja dalam diri kita, kita bisa melihat hasil karya-Nya yang luar biasa indah!
25 September, dini hari pukul 02.44 waktu Singapura
Hari ini ketika teringat bahwa Tuhan mengajarkan saya untuk kembali berserah lewat seorang penjual tissue di
Contohnya: saya mendapatkan pekerjaan yang saya idam-idamkan, kenaikan gaji dan bonus yang amat bagus, lalu saya bersyukur dan berkata, “ Terima kasih Tuhan, ke depannya mau bagaimana, terserah Tuhan.” Dengan harapan bahwa itu semua akan terus meningkat dan kalau ada masalah di kemudian hari, tinggal complain lagi, “ Gimana sih, Tuhan???”
Namun, hari ini mudah-mudahan saya bisa berkata, “ Terserah Tuhan.” Dan ketika saya mengatakan hal tersebut, biarlah itu betul-betul merupakan ungkapan hati yang terdalam, karena saya sudah lakukan yang saya bisa (I’ve done my best). Sementara sisanya, saya membiarkan Tuhan sebebas-bebasnya untuk mempersiapkan hari depan saya…I’ll let God do the rest.
Terserah Tuhan… Tuhan tahu apa yang terbaik bagi seluruh umat manusia. Termasuk saya. Termasuk Anda juga. Terserah deh, Tuhan. Saya percaya rencana-Mu yang terbaik bagiku. Amin.
Always do your best, and let God do the rest ..... very nice reflection, Fon
ReplyDeletethanks, Toing Cantik...Intan kan ya...? GBU...let God do the rest:)
ReplyDelete