Sunday, May 16, 2010

Ironi



Ketika banyak orang berusaha keras untuk tetap hidup dan terus berjuang untuk mengatasi penyakitnya dan kesulitan yang menderanya…

Sekumpulan orang lainnya malah berusaha keras untuk mati. Membunuh dirinya, menyakiti diri sendiri, melukai diri sendiri karena tak sanggup menahan cercaan, hinaan, kerasnya hidup dan derita di hati.

Ketika banyak orang berusaha untuk punya bayi, pergi sinshe, pergi dokter dalam negeri sampai luar negeri. Kalau biaya itu dikumpulkan mungkin setara dengan harga sebuah rumah atau mobil….

Sekumpulan orang lainnya malahan sibuk mengaborsi, membunuh calon bayi mereka sendiri. Sibuk cari dokter, bidan atau dukun. Sibuk cari obat, jamu atau ramuan Cina yang bisa bikin anak itu rontok dari rahim mereka sendiri.

Ketika banyak orang berusaha untuk mencari sesuap nasi. Menahan lapar yang tak terperi. Disengat matahari namun tetap mengais tempat sampah, dengan harapan masih ada sisa makanan sedikit saja karena ini hari kedua perutnya belum diisi….

Sekumpulan orang lainnya malah membuang apa yang masuk ke tubuh mereka demi alasan kelangsingan. Akibat pesta sana-sini, undangan makan sana-sini, sementara tuntutan penampilan yang harus tetap langsing dan cantik…. Banyak orang jadi penderita bulimia atau anoreksia nervosa. Makan banyak lalu muntahkan kembali.

Sekumpulan orang lain juga seringnya membuang-buang makanan secara percuma. Tak suka, buang saja! Uangku banyak inilah…. Bisa beli lagi, ‘kan murah?

Ketika banyak anak menangis pedih, tak cukup uang untuk melanjutkan sekolahnya. Ketika banyak orang tua yang mengeluh putus asa, tak punya cukup penghasilan untuk menyekolahkan anaknya sampai selesai…

Sekumpulan anak-anak lainnya, yang dianugerahi orang tua kaya raya, malah menyia-nyiakan kesempatan mereka untuk bersekolah. Mereka main sesuka hatinya, bermalas-malasan, tahunya cuma hambur-hamburkan uang yang dia pikir datang dengan mudahnya. Sekolah tak selesai tak mengapa, ‘kan orang tuaku kaya ini… Nanti perusahaannya pasti jatuh ke tanganku juga….

Ketika banyak wanita pusing dengan bentuk kakinya yang tak langsing, ketika banyak dari wanita yang memusingkan betisnya yang seperti pemain sepak bola, ketika mereka memimpikan memiliki betis bak seorang model yang cantik dan langsing….

Sekumpulan orang lain malah tak pernah tahu rasanya berjalan, karena mereka sudah cacat dari lahir. Sebagian tanpa kaki, sebagian pincang, sebagian lumpuh…

Sama halnya ketika banyak orang memusingkan fisiknya: mata yang terlalu kecil, hidung yang kurang mancung, bibir yang kurang ranum, tangan yang kurang ramping, tubuh yang tidak langsing…

Sekumpulan orang lainnya malah tak pernah bisa melihat indahnya dunia karena buta dari lahir, sebagian berbibir yang sumbing, tanpa tangan, tuli, dan cacat bawaan lainnya…

Ironi terus terjadi dalam hidup sehari-hari…

Putarannya terus bergulir bak roda pedati….

Pilihannya ada di tangan kita:

Akankah kita syukuri yang kita miliki?

Atau kita hanya melihat yang tak kita punyai?

Pikirkanlah juga orang-orang yang tak seberuntung kita…

Bukan demi berpuas diri, tetapi untuk langkah apresiasi atas apa yang sudah dikaruniakan-Nya kepada kita.

Semoga kita mau memulainya hari ini…

HCMC, 17 Mei 2010

-fon-

Sumber gambar:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw8PZ2dtqZW36GCNUkH8RnJrfQe_9s7cxSyyvumcg4i4YUIt2p2o_o7ySE0L7xu_LjZ3Pa1b4qVR4FkiZ3dtaGZqy0iyLSV0VFduswTTz_3cfPwszE25eoYAHCf8IMjzjsawdUUVs8wEc/s400/Irony.jpg

2 comments:

  1. Betul, mensyukuri apa yang ada, jauh lebih nikmat...
    Trims, Fonny!

    ReplyDelete
  2. @ Mbak Agnes: trims kembali:) GBU!

    ReplyDelete