Sunday, May 23, 2010

Terjepit in the Morning



Terburu-buru membuka lemari pagi ini, mengakibatkan jari kakiku terjepit. Secepat kilat aku langsung berteriak, “ Aduh, sakittt!”

Memang sakit, ketika tanpa sengaja terjepit. Peristiwa ini sebetulnya bukanlah yang pertama kali terjadi dalam hidupku, tetapi hari ini ‘koq dia berbicara lebih daripada biasanya, ya?:)

Masalah jepit-menjepit ini, sebetulnya jauh lebih kompleks ketimbang jepitan rambut atau jepitan jemuran tentunya. Apalagi bila disandingkan dengan kondisi, keadaan, permasalahan, atau problematika yang seringnya menjepit serta menghimpit manusia. Rasanya sesak, menyakitkan, dan pengin juga teriak: “ Sakitttt, Tuhan! Dada ini sesak, hati ini seolah ketimpa batu yang bujubune beratnya! Duhhh, Gustiii!”

Terjepit, bukanlah suatu kondisi yang enak. Bukanlah suatu kondisi yang diharapkan. Terhimpit juga: sama, sami mawon, idem, ditto. Kalau bisa ya, tetap lapang, tetap lega, tapi berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Betul begitu? :)

TETAPI, saudara-saudara sekaliannn, ternyata di balik peristiwa yang seolah menghimpit, menjepit, dan menyakitkan itulah biasanya proses pembelajaran diri yang signifikan (baca: penting) sedang terjadi. Keluar dari zona kenyamanan a.k.a ‘comfort zone’ kita dan merasakan tidak enaknya hidup, biasanya membuat kita-kita ini berpikir kreatif, melakukan sesuatu yang berbeda dengan keluar dari kotak pemikiran yang ‘inside the box’ menjadi ‘think outside the box’. (Tentunya setelah mengalami pula proses kecewa, pernah putus asa, pernah hampir menyerah, untuk kemudian memutuskan untuk menghadapi itu semua dengan tegar:)). Tak jarang pula, hasilnya pun di luar kemampuan pikir kita: manusia yang terbatas ini. Di saat itulah kita dilatih untuk lebih sabar, lebih menerima apa yang menjadi rencana-Nya, lebih mempersiapkan diri untuk sesuatu yang lebih besar dan lebih baik dari apa yang kita pikirkan- yang sudah disediakan-Nya bagi kita.

Tuhan bekerja dengan cara-Nya. Cara-Nya itu terkadang ajaib, tak terselami pemikiran manusia yang sempit seperti kita-kita ini. Di saat terjepit, terhimpit, terdesak, terpojok itulah sebetulnya saat-saat yang terbaik buat terus ingat bahwa kita ini bukan siapa-siapa dan ‘gak ada apa-apanya dibandingkan DIA Sang Empunya kehidupan ini. Sekaligus tetap percaya bahwa setiap himpitan masalah, setiap kondisi yang menjepit dan menyakitkan ini, akan membawa kita lebih dekat kepada-Nya asalkan kita dengan iman penuh terus percaya bahwa Tuhan lebih besar dari setiap masalah yang mungkin menghantam kita.

Selamat siang, Fonny dan peristiwa terjepit ‘in the morning’ undur diri. Pembelajaran luar biasa dari sesuatu yang sederhana. Semoga kita semua tak lupa, kondisi terjepit pun bisa jadi anugerah asal kita percaya pada-Nya.

HCMC, 24 Mei 2010

-fon-

* untungnya terjepitnya tidak terlalu parah:) Thank God buat pembelajaran di balik terjepitnya saya pagi ini…

Sumber gambar:
http://www.beaux-artz.com/admin/images/agung_yuwono,terjepit,180x130cm,2007.jpg

2 comments:

  1. thanks for "terjepit"-lesson nya...

    ReplyDelete
  2. Agnes: ma kasih kembali buat tanggapannya:) GBU alwayas yaaa:)

    ReplyDelete