Wednesday, June 23, 2010

Hebat


Hebat

Manusia punya tendensi untuk tinggi hati. Ketika menuliskan manusia, tentunya itu termasuk saya yang kalau dipuji sedikit – bangga, sukses sedikit- hidung langsung kembang-kempis. Makanya, tidak heran juga jika Dia tidak berikan semuanya sekaligus. Ada kalanya, kehidupan seolah menghancurkan semuanya dan menjadikannya baru. Terus terang, ketika merasakan kehilangan semuanya yang seolah milik saya yang harus saya pertahankan terus-menerus, saya pernah marah dan sakit hati. Tuhan, saya ‘kan sudah berjuang untuk mendapatkan itu semua? Seolah semua hasil jerih payah saya hilang begitu saja, semudah menjentikkan jari.

Tetapi, belakangan saya sadari…

Kalau semuanya lancar melulu. Rumah tangga baik, karir melesat, uang ada dan tak pernah kekurangan, saya jadinya kurang mensyukuri segala sesuatunya. Atau mungkin kata syukur seolah hanyalah basa-basi, padahal dalam hati? Belum tentu. Ketika kenyamanan ditarik dari diri saya sebagaimana kisah Ayub dalam kitab suci, masihkah saya bisa mengucap syukur? Jujurnya, pasti nangis bombay. Padahal pencobaan yang datang ke kehidupan saya belumlah seberat Ayub.

Kalau semua bisa saya dapatkan dengan mudah. Sedikit usaha bisa bikin maju, saya jadinya cenderung tambah arogan. Lihat nih, akuuuu! Menepuk dada, bangga bukan kepalang. Saat-saat itu terkadang menjadi saat-saat yang melemahkan jiwa dan hubungan saya dengan Sang Pencipta. Saat-saat saya merasa saya hebat dan Tuhan enggak ada apa-apanya. Semua ini bisa tercapai karena kehebatan saya sendiri. Makanya, sebelum diberi kesuksesan sepenuhnya, banyak kali ujian kepribadian itu yang terus datang. Oh, bukan berarti mereka yang sukses selalu sombong. Banyak juga mereka yang baru tanggung-tanggung, setengah seleb atau baru kaya, sombongnya selangit. Tak kalah banyaknya mereka yang mampu, pintar, dan punya banyak keahlian termasuk punya banyak uang, malahan adalah pribadi-pribadi rendah hati. Kita pasti pernah melihat dengan mata kepala sendiri, bukan?

Kegagalan memang diperlukan sesekali dalam kehidupan, biar tidak merasa sombong sendiri. Ketidakberhasilan bukan berarti kiamat, karena pasti ada jalan keluar, masalahnya seringnya saya sudah keburu menepuk dada itu tadi jadinya saya keburu stress bila kegagalan menyapa dengan ramah. Beruntun datangnya, tak henti-henti.

Dalam kegagalan dan kesesakan, saya belajar. Ada pribadi yang lebih hebat dari saya yang penguasa segalanya termasuk hidup saya yang cuma seiprit itu. Dalam masa-masa sulit, saya kembali disadarkan: mau sombong, mau tinggi hati, mau bertingkah sok luar biasa, semuanya tak ada guna. Ketika semua yang hanya titipan-Nya itu ditarik dari hidup saya, masih bisakah saya meneriakkan dengan lantang kehebatan diriku?

Akhirnya, kembali saya mengakui bahwa tiada pribadi lain yang lebih hebat ketimbang diri-Nya. Sang Pencipta. Tugas saya, hanya memelihara yang diberikan-Nya. Terus berusaha giat dalam hidup walaupun hasilnya belum tentu sesuai harapan saya karena Dia yang empunya rencana tahu yang lebih dahsyat ketimbang apa yang saya lihat di depan saya. Dan tetap rendah hati. Karena yang HEBAT di atas segala yang hebat, hanya Dia!

HCMC, 23 Juni 2010

-fon-

* tak lagi mau merasa paling hebat sendirian. Malu!:)


Sumber gambar:
http://www.google.com.vn/imglanding?q=super%20baby&imgurl=http://www.nicholasmcintosh.com/site/ssp_director/albums/album-5/lg/NMP.super-baby.1.jpg&imgrefurl=http://www.nicholasmcintosh.com/site/portfolio_people.php&usg=__VojY_WMzZhdntL7yMMKhjHfzkLk=&h=508&w=341&sz=104&hl=vi&itbs=1&tbnid=Ql9zYem6piJ_pM:&tbnh=131&tbnw=88&prev=/images%3Fq%3Dsuper%2Bbaby%26hl%3Dvi%26gbv%3D2%26tbs%3Disch:1&gbv=2&tbs=isch:1&start=10

1 comment: