Saya juga bukan orang yang terlalu canggih berinternet, tapi kalo ‘copas’ ‘mah taulah yaw’…:)
Dulu juga pas awal-awal ‘blogging’, pernah memasukkan beberapa artikel ke blog saya yang bukan tulisan saya sendiri. Ada tulisannya ‘Bo Sanchez’ yang saya suka atau yang cukup ‘ngetop’ yang sering orang ‘copas’ juga, tulisannya ‘David J. Pollay’ yang berjudul ‘The Law of the Garbage Truck‘ yang ada juga di blog saya karena sangat sangat menginspirasi diri saya pribadi. Masalah ‘copas’ tanpa saya sadari pernah juga saya lakukan, untungnya saya menuliskan sumbernya sebagai bentuk penghargaan bagi mereka yang sudah menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan.
Hanya dulu pas awal-awal memasukkan gambar/foto di blog, saya tak pernah menuliskan sumbernya. Gambar-gambar atau foto-foto itu fungsinya mempercantik tulisan juga, biar menarik dan saya tidak terbiasa dengan pencantuman sumbernya. Lagian terkadang karena terlalu banyak ‘copas’ jadinya sumber aslinya tidak lagi diketahui dan kesulitan untuk melacaknya. Tetapi sebetulnya itu bukan alasan untuk tidak menyertakan sumbernya, bukan? (Sumber tempat saya ambil gambar/foto itu setidaknya).
Itu dulu.
Tak lama, setelah anak-anak Yuk Nulis!(YN) (komunitas tulis-menulis saya) terus mendengungkan ‘Say No to’ plagiarisme, penulisan sumber itu menjadi lebih terasa pentingnya bagi diri saya sendiri. Setelah bincang-bincang di milis, Fekhi salah satu admin di YN menganjurkan untuk menuliskan juga sumber gambarnya. Karena foto adalah hasil karya orang lain yang harus kita hargai juga. Saat itu mulailah saya mencari-cari lagi sumber gambar yang saya ambil. Beberapa tidak diketemukan lagi, tapi jadinya saya hapus dari blog karena daripada membahayakan di kemudian hari…hehe…Serius ya?
Yang pernah juga terjadi pada diri saya dan teman-teman di YN alami, artikel atau tulisan kami yang memang tersebar luas lewat media ‘networked blog’, blog YN, blog pribadi kami, grup di FB yang memuat tulisan-tulisan kami, ataupun milis-milis lainnya- disebarluaskan tanpa dituliskan sumbernya. Mungkin kalau dulu, saya sih tenang-tenang juga walaupun pernah kaget juga karena tulisan saya di-forward kembali ke milis yang pernah saya ‘forward’ juga dengan penggantian judulnya tetapi isinya sama persis tanpa diubah. Yang tidak ada adalah nama penulis ataupun tanda –fon- yang biasa saya tempatkan di akhir tulisan saya. Pernah juga tulisan saya di-copas di satu blog tanpa sumbernya, seolah itu tulisan orang tersebut. Untuk itulah, bu kos di YN ‘a.k.a’ Lini Hanafiah mengingatkan saya untuk menempatkan tautan (‘link’) sumbernya di tiap tulisan saya yang saya ‘forward’ ke milis. Itu karena beliau juga menjadi pejuang melawan plagiarisme.
Saya menyadari juga, waktu dulu ‘copas’ foto karya orang lain di blog saya, ‘koq’ tidak menyertakan sumbernya. Itu dikarenakan saya tidak mengerti prosedurnya. Karena saya pikir, ah biasa saja. Namun, tindakan apresiasi terhadap karya orang itu seharusnya memang dilakukan dari hal-hal yang kecil. Yang nampaknya tak berguna, seolah sepele. Namun ketika itu terjadi pada beberapa tulisan saya yang di-posting di blog atau di notes FB orang lain, saya merasa juga tidak enak ya melihat tulisan milik sendiri di tempat orang lain tanpa nama dan seolah itu tulisan mereka. Dan bayangkan jika saya yang ‘copas’ tulisan Anda dan meletakkannya di notes saya tanpa nama Anda. ‘Gimana…gimana?’ Hehehe…
Banyak kali, berdasarkan pengalaman, yang memuat mengakui kealpaan mereka. Kalau mereka lupa atau tidak terbiasa dengan hal-hal tersebut. Karena mereka sudah menganggap itu sebagai hal yang biasa. Tetapi, lagi-lagi sebagai bentuk apresiasi dari hasil karya orang lain, yukkk kalau ‘copas’ jangan lupa sertakan sumbernya. Apa pun itu: mau gambar ‘keq’, foto ‘keq’, mau tulisan ‘keq’, mau musik ‘keq’…Memulai dari diri kita sendiri…Karena kalau itu karya kita, apa perasaan kita? Yang pasti sebetulnya saya menemukan beberapa orang itu bukan bermaksud jelek, hanya lupa atau mungkin tidak mengerti. Sama seperti saya dulu.
Apa kemudian kesannya eksklusif dan tidak mau berbagi apa yang sudah diberikan Tuhan dalam bentuk talenta kepada para penulis? Atau jadinya tidak tulus karena seolah berpamrih dan ingin namanya dikenal? Rasanya tidak juga. Karena saya dan teman-teman penulis saya pun rata-rata sangat senang berbagi! Yang menjadi masalah hanyalah bila tulisan itu di-forward berkali-kali tanpa sumber yang jelas yang walaupun tujuannya baik karena menganggap tulisan itu menginspirasi, tetaplah terjadi ketidakjelasan di sini. Ini pernah terjadi. Dan bila terjadi ada seseorang yang amit-amittt berniat buruk dan mengambil tulisan itu dan mengakuinya sebagai tulisan dia sendiri, kita mau bilang apa? (Karena ada kejadian seperti itu juga yang dialami teman penulis saya).
Pada akhirnya, dengan tidak mengurangi semangat berbagi yang masih membara di hati kami, saya mewakili banyak penulis yang masih mengandalkan sarana blog, networked blog, milis dan sebagainya menghimbau: kalau ‘copas’ tolong sertakan sumbernya. Nama penulisnya atau ‘link’-nya. Setidaknya Anda sudah membantu jalur kami untuk berjuang dalam hak cipta karya-karya kami. Dan setidaknya membantu memerangi plagiarisme. Dan mudah-mudahan hal ini tidak dicampuradukkan dengan ketulusan dalam berbagi. Berbagi dan apresiasi kalau sejalan, alangkah indahnya!:)
‘Copas’ tulisan saya (dan banyak tulisan teman-teman lain) saya kira tidak pernah jadi masalah. Asal juga mempertimbangkan kode etiknya juga. Seperti kalau menulis email atau SMS dengan huruf besar atau kapital semua, kita juga semua mengerti, jangan-jangan Si Penulis tengah marah? Sama halnya dengan ‘copas’ ini. Hanya menambahkan sedikit tautan atau nama penulis pada artikel yang Anda ‘copas’ ‘kan hanya perlu waktu sekian detik saja sebetulnya.
Semoga tulisan ini bisa mengingatkan kita semua untuk menghargai hasil karya orang lain. Apa pun bentuknya. ‘Tengkyuuu….:)’
HCMC,
-fon-
* ‘tetep’ rela tulisanku dikupas eh di-copas hehehe…Asal, jangan lupa sumbernyaa yaaa:)
m.a.n.t.a.b ini tulisannya, Mbak ^^. Sangat mengekspresikan sikon yang pernah juga saya alami. Saya takkan pernah lupa untuk MENGAPRESIASI KARYA ORANG LAIN yang notabene merupakan buah pikiran atau hasil kerja [keras] orang lain. Terima kasih atas "kupasan"nya, Mbak Fonny :)
ReplyDelete@ Bunga: sip, tengkyu dah mampir!:)
ReplyDeleteIyalah secara kita beredarnya di blog dan milis hehehe jadi kurang lebih sama pengalamannya ya...kembali kasih, bunga...xie2:)
yuk apresiasi:)
sebagai calon salep, eh seleb musti terbiasa untuk dicopas ya Fon wkwkwk
ReplyDelete@ Lini: yo-i, mustinya gw udah siapin diri sedari dulu...Sedari sekarang ini...Hidup salep wkwkwk:P
ReplyDelete