‘Deadline’
Dulu waktu awal-awal menulis, seorang sahabat pernah mengingatkanku. Mungkin sekitar tahun 2004, ketika bersama dia dalam satu proyek kegiatan yang mencakup menulis untuk anak muda di Majalah Katolik. Dia bilang padaku, sulitnya berhadapan dengan ‘deadline’ (yang waktu itu setiap bulan satu artikel ‘fresh’ yang harus saya lemparkan idenya ke majalah tersebut) yaitu tetap harus menulis ketika sedang tidak ‘mood’. Keberadaan ‘mood’ menulis harus diakui memang menjadi peranan yang penting untuk menumbuhkan rasa atau jiwa bagi suatu tulisan. Di mana rasa itu bisa tertangkap oleh pembaca dan terpancar dari suatu tulisan, sehingga menjadikan tulisan itu berbeda karena ditulis dari hati. Tiga tahun dengan setia menjalani itu semua. Pindah negara, punya anak, tak jadi masalah, karena sebulan menelurkan satu naskah agaknya tidak terlalu sulit ketika itu.
Minggu-minggu ini…
Beberapa ‘‘deadline’’ menumpuk. Satu dari renungan harian dan dua dari proyek bersama teman-teman penulis juga. Satu per satu selesai. Tinggal yang renungan harian masih ‘on the way’. Di tengah-tengah itu semua, ada lagi permintaan untuk menulis bagi satu majalah rohani dan ‘deadline’-nya seminggu sesudahnya. Ini pun ‘thank God’ selesai dalam satu hari saja. Syukur banget:)
Satu sisi saya mulai merasakan sulitnya menghadapi beberapa ‘deadline’ sekaligus. Nampaknya mudah kalau memang tengah ‘fresh’ dan ide-ide segar selalu mengucur deras. Namun ada kalanya ketika Si Mood pergi entah ke mana dan pikiran yang sudah dipaksa mengembara pun belum menemukan ‘click’ yang tepat. Hmmm, jadi harus melakukan sesuatu yang berbeda dulu untuk kembali mendapatkan ide. Bisa jadi mendengar musik, olahraga, atau hanya duduk di toko kopi agar bisa mendapatkan inspirasi. Tak jarang Si Inspirasi ketika dicari, terkadang belum nongol juga…Sembunyi entah ke mana. Perasaan jenuh pun pernah menerpa, ditongkrongi beberapa ‘deadline’ sekaligus memang tidaklah mudah. Terbayang penulis-penulis yang lebih senior yang juga harus menghadapi lebih banyak ‘deadline’ daripada saya yang terbilang pemula ini. Pastinya perlu kemampuan untuk mengatur strategi dan juga kemampuan mendisiplinkan diri. Selain juga tetap pasrah kepada Si Inspirasi yang datang dan pergi tak diundang:)
Oh iya, sebelum kita melangkah lebih jauh, saya pernah membaca rancunya kata ‘deadline’ dan ‘dateline’. Dari satu website di internet saya dapatkan infomasi sebagai berikut:
“Dateline” refers to a line in a newspaper article that gives the date and the place of origin.
“Deadline“, however, refers to the date or time a task needs to be completed.
Given the different meanings, we should not use these words interchangeably.
(Source: http://www.goodenglish.org.sg/improve/ask-about-english/dateline-or-’deadline’/)
Jadi, jelaslah ketika saya mengejar ‘deadline’, kata itu yang harusnya digunakan. Dan bukan ‘dateline’.
‘Eniwei’, balik lagi ke ‘deadline’ semula. Yang saya lakukan sementara ini adalah tetap setia menulis, apa pun yang terjadi. Berusaha menjadikan menulis sebagai kebiasaan dan menemukan kesenangan di dalam kebiasaan itu sendiri. Melihat berbagai topik dan menjadikannya tulisan yang mudah-mudahan bermanfaat atau layak dibaca. Menjadikan tulisan-tulisan itu sebagai pembelajaran bagi diri saya sendiri dan mengingatkan saya pribadi. Syukur-syukur bila ada di antara teman-teman yang merasa terberkati.
Menulis bagi saya ibarat kemampuan seorang ibu menyajikan makanan yang sehat bergizi dalam bentuk dan format yang berbeda. Itu saya juga lakukan bagi putri saya, tentunya dengan kekurangan di sana-sini karena saya bukan ahli masak:) Namun, saya berusaha. Menulis bagi saya sama halnya- menyajikan berbagai topik dalam format yang berbeda: entah puisi, cerpen, renungan, refleksi, laporan perjalanan atau pengalaman. Atau tulisan yang mungkin seolah tak ada juntrungannya karena dibuat berdasarkan aliran mood yang timbul seketika, spontan, namun memberikan kepuasan tersendiri bagi saya pribadi sebagai penulis yang mencurahkan isi hatinya.
Menulis tanpa terasa sudah jadi bagian hidup saya. Tiada hari tanpa menulis. Setidaknya dalam sehari saya menulis satu bentuk renungan harian singkat dan berusaha menuliskan satu tulisan yang lebih panjang. Tak lain tak bukan demi menyalurkan hobby menulis, berbagi, dan syukur-syukur menginspirasi.
Saya masih belajar untuk tetap setia menulis, untuk tetap setia pada ‘deadline’. Tidak mengeluh walaupun mepet. Berusaha mencari dan menggali berbagai inspirasi dari kehidupan sehari-hari ataupun apa yang menarik di hati saya. Selanjutnya, terserah pembaca yang budiman hehehe…
Hufff…Cerita soal ‘deadline’ koq melebar ke mana-mana begini? :) ‘Eniwei’, saya senang. Dengan menyalurkan isi hati, setidaknya saya sudah bersiap lagi menghadapi ‘deadlinesss’ (‘deadline’-’deadline’) di masa datang.
HCMC,
-fon-
* persiapan buat besok kejar tayang lageee:)
No comments:
Post a Comment