Wednesday, April 28, 2010

Thank God I Found You Part 4


Thank God I Found You Part 4

*** Episode: ‘Conspiracy Theory’?

Previously on Thank God I Found You 3 (Episode:’ Susi Strikes Back’)…

Susi meninggalkan Rumah Sakit dan pulang ke rumah. Di episode yang lalu, didapati gambaran mengapa Susi sampai seperti itu. Dia sakit hati karena Mamanya meninggal gara-gara stress karena Papanya selingkuh dengan Sekretarisnya di kantor. Kemudian, ia menikahi sekretarisnya itu dan memaksa Susi memanggil Mama kepada Tante Reni. Susi kecewa, menemukan Jason, bahagia, bertunangan, namun dia tak kuasa menolak ajakan dan perhatian pria lain. Terakhir bersama Andika, dia ‘dinner’ di hotel mewah di Senayan dan ketahuan Jason. Putuslah cinta mereka. Susi stress karena Jason menolaknya, lari ke Singapura, bertemu dengan bar tender di Margarita’s yang menyadarkan dia bahwa dia sangat mencintai Jason dan ingin kembali padanya. Masalahnya Susi menghalalkan segala cara untuk kembali bersama Jason, termasuk menyewa detektif dan yang terakhir: ingin mengganggu Vita yang terlihat akrab dengan Jason. Bagaimanakah sepak terjangnya? Juga Willem yang tak puas karena ditolak Vita? Bagaimana kelanjutan kisah kasih mereka? Simak di episode berikut ini…

Episode: ‘Conspiracy Theory’?


Rumah Sakit Harapan Kita…

Jason dan aku masih duduk di ruang tunggu ICU itu. Menunggu dan menunggu. Jemari kami saling menggenggam, saling menguatkan dalam mengatasi ketidakpastian dalam hidup ini. Menghadapi sakitnya Mama Jason, menghadapi tantangan dalam hubungan kami, berdua setidaknya kami lebih memiliki kekuatan dalam menghadapi badai menerjang.

Sementara di kamar ICU, masih di RS Harapan Kita…

“ Shin, bangun Shin… Bangunlah kau dari tidurmu!” Suara itu bergema di telinga Shinta, Mama Jason.

“ Iya, Mas Santo, aku mau bangun. Tapi mataku sulit sekali dibuka…Mas apa kabar?” Tanya Shinta.

“ Aku baik-baik saja, Shin… Di sini aku bahagia. Malah aku kuatir dengan kondisimu yang sering sekali terkena serangan jantung. Juga memikirkan Jason, anak kita… Sulitnya melewati masa-masa membesarkan dia sampai dia jadi anak yang berbudi seperti sekarang ini…” Jawab Mas Santo yang juga Papanya Jason.

“ Aku juga terus diombang-ambingkan hidup ini, Mas…Satu sisi aku tak sanggup juga melewati serangan demi serangan yang menghantam jantungku ini…Namun, yang pasti…Untuk Jason aku mau bertahan. Untuk dia, aku masih mau berjuang sekuat tenaga agar aku terus hidup. Aku mau melihat dia menikah dan aku juga mau menimang cucuku. Cucu kita, Mas, “ tak terasa genangan air mata mengalir di pipi Ibu Shinta.

Jason dan aku yang sudah berada di ruangan, melihat titik-titik air yang bergulir deras di pipi Ibunya, Jason menghampirinya, tissue sudah kusediakan untuk mengelap air mata Tante Shinta, Mama Jason.

“ Ma, bangun, Ma, “ Hanya itu bisikan Jason di telinga Mamanya.

Ibu Shinta masih diam. Belum bereaksi. Sementara di alam mimpinya, Ibu Shinta masih berdialog dengan Mas Santo, suaminya sekaligus Papanya Jason.

“ Aku akan kuat, Mas! Aku akan bertahan. Dari jauh, Mas tolong doakan kami. Tetapi, Mas tetap dekat di hati kami. Takkan ada satu pun yang mampu menggantikan posisi Mas dalam hidup kami. “ Kata Ibu Shinta.

“ Baiklah, aku pergi. Selamat tinggal, Shinta. Kamu baik-baik, ya!” Wushhh, bayangan Mas Santo hilang dan tiba-tiba mata yang sedari tadi terkatup, langsung terbuka.

“ Jason…” Hanya itu kata pertama yang keluar dari Ibu Shinta.

“ Mama! Akhirnya Mama sadar. Senang sekali melihat Mama sehat lagi…” Jason setengah menahan suaranya untuk tidak berteriak kegirangan.

Vita dari posisi duduk, mendekat ke tempat tidur Mama Jason dan mengelus tangannya.

“ Mana, Susi?” tanya Ibu Shinta lagi.

“ Mama, sudahlah. Mama jangan tanya apa-apa lagi tentang Susi. Mama tahu gak, Mama itu sudah dibohongi sama dia. Dia bilang apa sampai Mama pingsan?” Jason berusaha menekan nada suaranya biar tidak terlalu emosi. Dan Vita menangkap getaran marahnya yang dia tekan.

“ Dia bilang, kalian punya bayi dan bayi itu sudah umur dua tahun sekarang, dia titipkan di Surabaya tempat tantenya. Dan tadi, tadi dia bilang, anak kalian meninggal dunia. Mama jadi kaget, Jason! Mama belum sempat melihatnya, ‘koq sudah pergi lagi?” Isak Mama Jason.

“ Ma, aku dan dia tak pernah melakukan apa pun. Jadi, tidak mungkin Susi hamil, apalagi punya anak yang sudah berumur 2 tahun. Aku terlambat memberi tahu Mama tentang semuanya, memang. Aku minta maaf, tapi dalam kebimbanganku, aku mau menyelesaikannya dengan Vita juga. Aku sudah bilang sama Mama bahwa aku tidak menjamah Susi, tapi Mama seolah kurang percaya dan lebih percaya Susi,” Jason menjelaskan.

“ Jason, Mama bukannya tak percaya pada kamu. Tetapi, Susi datang membawa foto-foto anak itu, dengan dirinya. Jadi Mama langsung percaya padanya.” Ucap Mama Jason pelan.

“ Aduh, Ma! Susi ‘kan ahli rekayasa. Tak perlu bingung kalau dia bisa ini dan itu. Aku harap Mama lain kali jangan percaya apa yang dia bilang. Lagian saat ini, aku sudah tak cinta lagi padanya. Di mataku hanya ada Vita seorang. Dan kami berencana untuk menikah,” kata Jason lagi.

Akhirnya Mama Jason mengangguk pelan dalam kondisinya yang masih lemah. Dia masih kebingungan, tetapi memutuskan untuk percaya pada anaknya daripada percaya pada Susi.

***

Keesokan paginya…

Di parkiran Rumah Sakit, di belakang pepohonan yang cukup rindang sehingga mampu melindungi orang yang bersembunyi di baliknya. Tengah bersiap-siap seorang pria. Dia mulai membuka tas yang berisi perlengkapannya. Ada pisau, ada tali plastik, ada pistol, dan beberapa perlengkapan lainnya. Bukan, dia bukan teroris, tetapi dia bersiap-siap melakukan sesuatu kepada seseorang.

Saking asiknya dengan apa yang dia lakukan, dia tak sempat memperhatikan sekitarnya. Dia tak sadar, kalau di belakangnya ada seseorang yang memperhatikan gerak-geriknya. Mereka tak saling kenal, tetapi Si Perempuan menangkap gelagat yang mencurigakan sambil terus memperhatikan dari dalam mobilnya.

Aku keluar dari kamar RS, diantar Jason. Aku sudah keletihan dan mau pulang. Begitu pun dengan Jason, setelah Ibunya siuman dia ingin pulang sebentar untuk beristirahat.

Perlahan kami masih bergandengan tangan melewati lapangan parkir dan sesampainya mereka di dekat sebuah pohon yang cukup rindang, tiba-tiba seorang lelaki melompat keluar, memegang pistol dan segera merebutku dari genggaman tangan Jason.

“ Vit, kamu ikut aku, sekarang! Dan biarkan aku yang berkuasa atasmu. Terimalah upah atas kesombonganmu menolakku!” Geram Si Lelaki…

“ Willem, mau apa lagi kamu? Tidakkah cukup bagimu untuk tahu bahwa kita tak mungkin bersatu? Cocok saja tidak lagi, bagaimana kita bisa menikah?” Tanyaku.

Si Lelaki tadi yang rupanya adalah Willem, juga mengancam Jason:

“ Ooo, ini tokh yang kamu bangga-banggakan. Biasa aja, tuh! Gantengan juga aku. Ngapain kamu mau sama dia? Bodi bolehlah macho, tapiii… Apa macho saja cukup bagimu?

Pandangan Willem yang menghina ke arah Jason ditanggapi dengan tatapan dingin dari Jason. Dia tidak takut, tetapi ketika memikirkan keselamatan Vita, dia jadi kuatir juga. Pistol itu…??? Apa Willem gila mau membunuh orang yang dia cintai?

Tiba-tiba saja, seorang perempuan mengambil pisau dari tas yang digeletakkan Willem secara sembarangan. Dia mendekat dan menyorongkannya di leher Willem.

“ Lepaskan dia, atau kamu yang mati,” ujarnya.

“ Susi, gilaaa kamu!” Seru Jason.

“ Demi kamu dan Vita, Jason, aku mau lakukan ini semua. Demi kebahagiaan kalian aku rela.” Ujar Susi serius.

Willem tak berkutik, disesalinya mengapa dia meletakkan tas itu secara sembarangan. Dia tak menyangka sebegitu cepat Vita dan Jason akan muncul, maka dia tidak mengantisipasi merapikan tasnya. Sesal tiada guna, Wil!

“ Aku ledakkan kepala Vita, hai perempuan! Aku tak tahu bagaimana rupamu, hanya dengar suaramu. Tapi aku tak peduli, jangan kau pikir pisaumu bisa mengancamku!” Ujar Willem lagi.

“ Oh ya, sebelum kaulakukan itu, akan kutebas lehermu, “ ancam Susi.

Tiba-tiba dibuangnya pistol itu ke tanah. Dia langsung menangis tanpa sebab. Willem memang jadi lebih emosional setelah ditolak cintanya. Dia hanya berkata, “ Kamu berhasil! Pisau itu asli. Sementara pistol ini mainan yang menyerupai asli! Mana mungkin aku tega membunuh Vita?”

Aku langsung lari mendekat ke Jason dan Jason memelukku. Sementara Susi menggiring Willem ke mobilnya. Masih dengan pisau di tangannya teracung tepat ke lehernya. Willem terdiam, kehabisan suara. Dan untuk selanjutnya hanya nurut ke mobil Susi saja.

Setelah menempatkan Willem di bagian belakang mobil. Susi barulah memperlihatkan wajahnya kepada Willem. Sesuai reaksi pria-pria pada umumnya, langsung Willem terpesona seketika dengan kecantikan Susi. Dia hampir melupakan luapan cinta dan emosi yang barusan dialaminya karena Vita. Wajah ini terlalu cantik baginya dan dia merasakan senyawa kimia memenuhi dirinya. Dia amat suka! Karena untuk bilang cinta, masihlah terlalu pagi.

“ Bung, kamu suka pada Vita?” Tanya Susi.

“ Iya,” jawaban penuh keraguan keluar dari mulut Willem. Dulunya Iya, sambungnya dalam hati. Sekarang, menemukan perempuan secantik kamu, hmmm…

“ Aku suka Jason.” Jawab Susi tegas.

“ Kenalkan, Bung! Namaku Susi.” Susi mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis. Teramat manis bahkan senyuman itu di mata Willem. Gawat, dia mulai terkena ramuan cinta yang merekah pada pandangan pertama…

“ A…a…aku Willem, “ Willem berusaha mengatasi kegugupan dan kegagapannya yang hadir seketika.

“ Gimana kalau kita kerja sama. Untuk tercapainya tujuan kita bersama. Bung Willem setuju?” Tanya Susi.

Willem cepat-cepat menganggukkan kepala. Setidaknya ini jadi kesempatan untuk lebih mengenal gadis cantik bak model ini.

“ Okay, Will. ‘Let’s shake hand’. Buat kerja sama kita ini, “ Susi mengulurkan tangannya.

Willem menyambut dengan gegap gempita, sekaligus menenangkan debaran hatinya yang tiba-tiba melonjak lebih cepat, bahkan teramat cepat!

Sedikit harapan terselip, kalau-kalauuu Susi nantinya suka padaku juga???

Bersambung…

HCMC, 28 April 2010

-fon-

* tautannya akan ada di blog-ku http://fjodikin.blogspot.com/ besok tanggal 29 April karena hari ini masih bersama-sama anak-anak Yuk Nulis! merayakan hari Puisi, jadi hanya posting puisi saja.

* Copas atau share? Mohon sertakan tautannya atau nama penulisnya. Trims!

Sumber gambar:

http://images.buycostumes.com/mgen/merchandiser/36095.jpg

No comments:

Post a Comment